53. Distance Stretched

7.8K 462 26
                                    

Sapuan lembut di pelipis dan kecupan ringan di pipinya menyambut pagi hari Ravika

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.

Sapuan lembut di pelipis dan kecupan ringan di pipinya menyambut pagi hari Ravika.

Wanita itu membuka mata, mendapati Leionelle tepat di hadapannya. Ada sebuah senyuman di wajah itu, walaupun gurat lelah yang lebih mendominasi.

"Good morning, honey." Sapa Leionelle tersenyum lebar.

Senyum yang selalu Ravika lihat dua hari ini, senyum yang selalu menyambut pagi hari cerahnya.

Helaan nafas terdengar dari bibir Ravika. "Morning, Lei."

Ravika tidak menolak begitu Leionelle membantunya duduk di sandaran ranjang. Juga saat pria itu merapihkan helaian rambutnya yang berantakan.

"Aku sudah menyiapkan sarapan kesukaanmu."

Mata Ravika beralih pada nakas di sampingnya. Empat lembar avocado toast dan segelas susu dengan porsi yang cukup banyak.

"Tidak ada penolakan, sayang. Aku hanya ingin kau makan dengan banyak." Ucap Leionelle. Ia tahu bahwa Ravika akan protes dengan porsi makanan yang ia sediakan.

Mata Ravika menatap Leionelle. Wanita itu mengangguk. "Terima kasih, Lei."

"Aku akan pergi ke kantor. Jika membutuhkan sesuatu segera hubungi aku." Leionelle bangkit dari duduknya dan membuka lemari Ravika, mencari jas miliknya.

Ravika memang menolak untuk tinggal di mansion pria itu selama masa pemulihan, tetapi Leionelle dengan bersikeras ingin tinggal di rumahnya.

Maka Ravika hanya bisa menghela nafas lelah. Bagaimana bisa ia menghindari pria itu jika ketika ia membuka mata saja pria itu berada di depan wajahnya?

"Apa yang kau pikirkan, hm?"

Mata Ravika mengerjap cepat. Ia memundurkan wajah begitu merasa bahwa wajah Leionelle terasa sangat dekat dengannya.

Keterkejutan Ravika membuat Leionelle terkekeh. Wanita nya yang sangat menggemaskan.

"Jangan tunda sarapan mu, sayang. Aku akan kembali sebelum petang."

Ravika memalingkan wajah saat Leionelle hendak mengecup keningnya. Ia memejamkan mata, tidak kuasa melihat wajah kecewa itu saat ia selalu menolak melakukan sentuhan.

"Aku mohon, Lei. Jangan menyentuhku.." Kata Ravika dengan suara tercekat. "Setidaknya untuk sekarang." Tambahnya, berusaha untuk tidak menyakiti hati Leionelle.

Ravika dapat mendengar suara hembusan nafas Leionelle. Ia merasakan pria itu menyentuh jari jemarinya lembut.

"Aku pergi. Jangan lupakan sarapan mu."

Ravika masih tidak mau menatap Leionelle begitu pria itu memakai jasnya.

Ia pikir, pria itu akan segera berlalu pergi tanpa kata lagi. Namun perkiraan Ravika salah besar, Leionelle mengecup puncak kepalanya dan berbisik,

Wild Butterfly [End]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum