15. Victoria Secret

20.8K 1K 11
                                    

Mobil yang tengah melaju di jalanan Manhattan itu begitu hening, baik Leionelle maupun Ravika belum ada yang mau membuka suara

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mobil yang tengah melaju di jalanan Manhattan itu begitu hening, baik Leionelle maupun Ravika belum ada yang mau membuka suara.

Hanya ada suara kendaraan yang tengah berlalu-lalang di sekitar mereka.

"Hei," Ravika menoleh begitu Leionelle membuka suara. Seperti biasa, dengan begitu lembut. Jujur saja, pendengaran Ravika sangat di buai dengan suara serak nan rendah itu.

"Apakah kau makan dengan cukup tadi?" Leionelle bertanya.

"Ya, tentu saja." Jawab Ravika. Wanita itu sudah kembali mengalihkan pandangannya, melihat setiap para pejalan kaki yang tengah berjalan dengan santainya di pinggiran kota Manhattan.

"Beritahu aku apa yang kau makan di cafe tadi,"

Pergerakan kepala Ravika yang berputar itu terlalu cepat, bahkan Leionelle pun meringis kecil. Ada apa memang dengan pertanyaannya?

"Untuk apa?"

"Mmm.." Pria berusia 31 tahun itu melarikan bola matanya dengan gelisah, seperti tengah mencari sesuatu, "Aku hanya ingin tahu saja,"

Hembusan nafas Ravika langsung terdengar di telinga Leionelle. Dan hal itu membuat ia sedikit gelisah.

"Kau tidak perlu tahu, Leionelle. Itu hanya hal kecil yang tidak penting." Oh ayolah, untuk apa Leionelle bertanya tentang apa yang ia makan tadi? Sungguh amat tidak penting.

"Bagimu tidak, tetapi bagiku penting, Ravika." Suara lembut Leionelle berubah tegas, wajahnya pun terlihat sedikit tidak bersahabat.

Bahkan hal tersebut membuat Ravika terkejut. Untuk pertama kali Leionelle berbicara kepadanya dengan begitu dingin hanya karena perihal makanan.

Berusaha untuk menghiraukan perilaku aneh Leionelle, Ravika menghembuskan nafas kemudian menjawab, "Arepas--,"

"Pakai sayur?" Leionelle memotong ucapan Ravika, membuat wanita itu mendengus kesal.

"Ya, pakai sayur."

"Bagus." Puji Leionelle. "Minum?"

"Segelas espreso,"

"Hangat atau dingin?"

"Hangat."

"Bagus." Puji Leionelle kembali. "Tetapi jangan terlalu sering meminum kopi, Ravika. Tidak sehat," Pria itu kembali menambahkan.

Ravika hanya diam dengan kepala yang mengangguk-angguk. Patuh sekali, berbanding terbalik dengan batinnya.

Cerewet, bossy, bla bla..

"Kau mendengar ku, Nona Ravika Estelle?"

"Astaga. Ya, aku mendengar mu dengan baik, Tuan Leionelle Archiles. Terima kasih untuk segala perhatian yang kau berikan untukku." Seru Ravika berapi-api. Kesal karena Leionelle memancingnya untuk mengeluarkan taring.

Wild Butterfly [End]Where stories live. Discover now