33. Kiss On The Ferris Wheel

12.6K 597 17
                                    

Sang bulan menunjukkan eksistensinya dan pasar malam pun semakin ramai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sang bulan menunjukkan eksistensinya dan pasar malam pun semakin ramai.

Suasana di sekeliling terasa sangat hangat karena banyak tawa keluarga atau bahkan sepasang kekasih yang tengah menghabiskan waktu bersama.

Hal itu semakin menambah senyuman lebar di wajah Ravika. Ia benar-benar merindukan hal seperti ini.

Ia memang tidak pernah menghabiskan waktu bersama di pasar malam bersama dengan ibunya. Sekitar 6 tahun yang lalu ketika ia berusia 19 tahun, Ravika pernah bermain sendiri di pasar malam.

Menghabiskan waktu dengan senyuman yang hadir di wajahnya, walaupun batin dan fisiknya tersiksa.

Ravika hanya sedang berusaha mencari setitik kebahagiaan dari hidup kelamnya.

Dan kali ini, ia bisa kembali merasakannya, bersama seorang pria yang sangat ia sayangi, Leionelle.

Rasanya seperti sempurna.

Sangat sempurna.

"Hei,"

Tubuh Ravika tersentak kaget begitu Leionelle menyentuh pipinya.

"Ada apa? Kenapa melamun?"

Ravika tertawa pelan. "Tidak. Aku hanya sedang melihat-lihat."

Wanita itu menerima permen kapas dari tangan Leionelle dengan wajah berbinar. "Thank you."

Mata Ravika membola saat Leionelle mendaratkan kecupan di kening nya.

"Kau baik-baik saja?"

Ah, ini dia. Sosok Leionelle yang selalu memperhatikan nya dengan baik.

Betapa bersyukur nya Ravika bertemu dengan sosok ini walaupun hanya sebatas perjanjian.

Setidaknya ia bisa merasakan bagaimana di sayangi dan di kasihi.

Ravika menyentuh lengan Leionelle dan tersenyum lembut, berusaha meyakinkan dan menenangkan pria itu. "Aku baik-baik saja. Thank you, Lei."

Leionelle menghembuskan nafas gusar. Pria itu merangkul tubuh Ravika dan kembali berjalan mengitari pasar malam itu.

"Jika ada hal yang mengganggumu, tolong katakan pada ku, Ravika."

Ravika yang tengah sibuk memakan permen kapas itu mendongak. Ia mengulas senyum yang sangat lebar sambil mengangguk cepat.

"Jangan khawatir. Aku baik-baik saja." Ravika mengarahkan permen kapas itu pada Leionelle yang langsung membuka mulutnya.

"Manis, sepertimu."

Tawa Ravika mengalun, ia memukul dada Leionelle pelan dengan kedua pipi yang sudah memerah.

"Mau kemana lagi, hm? Pulang?" Leionelle melepaskan rangkulannya. Beralih berdiri di hadapan Ravika sambil merapihkan rambut wanitanya.

Wild Butterfly [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang