40. Restless

7.9K 463 10
                                    

Mata Ravika mengerjap pelan, wanita itu menggeliat di atas ranjang dengan selimut yang masih membalut tubuhnya

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

Mata Ravika mengerjap pelan, wanita itu menggeliat di atas ranjang dengan selimut yang masih membalut tubuhnya.

Butuh beberapa menit untuk kembali mengumpulkan kesadaran sebelum ia duduk dan menyenderkan punggung di kepala ranjang.

Ravika mengikat rambutnya dengan asal, ia menguap masih dengan kegiatan menggeliat kan tubuhnya.

Matanya beralih menatap jam di atas nakas, sudah menunjukkan pukul setengah enam pagi. Ravika meraih ponsel, melihat sebuah pesan yang belum sempat ia buka semalam.

Lei:
Good night, my lady. Have a nice dream.

Senyum Ravika terbit. Wanita itu mengetik pesan berisi ucapan selamat pagi dan mengirimkannya kepada Leionelle. Mungkin pria itu belum bangun atau mungkin sedang bersiap-siap untuk pergi ke kantor.

Ravika beranjak dari atas ranjang setelah meletakkan ponselnya kembali, ia membereskan ranjang dan membuka gorden sehingga sinar matahari yang perlahan naik itu menyinari kamarnya.

Matanya terpejam saat terkena sinar matahari. Ravika menghembuskan nafas, hatinya di penuhi dengan rasa syukur akan kenyataan jika hari ini ia masih di berikan kesempatan untuk menghirup udara pagi dan melihat sang matahari yang akan menyinari dunia.

Hal kecil namun merupakan anugerah terbesar yang Tuhan berikan kepadanya.

Ravika beralih memasuki kamar mandi setelah puas memandangi sinar matahari, wanita itu mencuci muka dan menggosok gigi. Masih ada waktu satu jam untuk ia memasak dan bersiap-siap sebelum pergi ke cafe.

Ravika keluar dari kamar dengan wajah bangun tidurnya yang cantik, alami, dan natural.

Ia melangkah dengan senyum di wajahnya. Tangannya terangkat mengetuk pintu kamar ibunya beberapa kali, tetapi belum ada jawaban apapun dari dalam. Ravika berusaha menepis pikiran buruknya, wanita itu kembali mengetuk namun tetap nihil, tidak ada jawaban sama sekali.

Dengan deru nafas berat, Ravika membuka pintu kamar ibunya. Pertama kali yang ia tangkap adalah kosong.

Kamar itu masih kosong, sama seperti seminggu terakhir ini.

Mata Ravika berubah sendu. Ia melangkah masuk ke dalam kamar ibunya, membuka gorden dan menatap ke seluruh penjuru kamar itu.

Kemarin sore ia masuk hanya untuk menutup gorden, dan pagi ini Ravika sangat berharap ia dapat melihat keberadaan ibunya di dalam kamar. Tetapi semua harapan Ravika kembali patah.

Setelah kepergian ibunya seminggu yang lalu, Alysse tidak pernah kembali. Hal itu bukan sesuatu yang baru bagi Ravika, ibunya memang terkadang pergi dan jarang sekali pulang. Tetapi paling lama hanya sekitar 4 hari saja, sedangkan pagi ini sudah hari ke 7 ibunya tidak pulang.

Kemana wanita itu sebenarnya?

Ravika ingin sekali mencari ibunya, tetapi tidak ada satupun kerabat atau rekan kerja Alysse yang ia kenal dan ketahui. Wanita itu benar-benar menutup akses kehidupannya kepada putrinya sendiri.

Wild Butterfly [End]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu