19. Guard, Protect, By The Side

16.6K 876 8
                                    

"Terima kasih," Ravika berujar dengan senyuman manis yang senantiasa menghiasi wajah lelahnya, wanita itu menerima semangkuk sup tomat dan segelas air putih hangat dari pelayan di kantin rumah sakit ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Terima kasih," Ravika berujar dengan senyuman manis yang senantiasa menghiasi wajah lelahnya, wanita itu menerima semangkuk sup tomat dan segelas air putih hangat dari pelayan di kantin rumah sakit ini.

Setelah pelayan tersebut pergi, Ravika mulai memakan makanannya. Walaupun ia tidak memiliki nafsu makan sama sekali saat ini, tetapi setidaknya ada sedikit makanan yang masuk ke dalam perutnya.

Ya, Ravika harus sehat. Ada sang ibu yang membutuhkannya.

Ravika menengadahkan kepalanya begitu mendengar bangku di hadapannya berderit.

"Leionelle,"

"Hei,"

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Ravika spontan. Ia cukup terkejut dengan keberadaan Leionelle secara tiba-tiba di hadapannya, bukankah pria itu tadi masuk ke dalam salah satu ruangan bersama pria paruh baya berbalut jas dokter itu?

Leionelle mengedikkan bahunya acuh. "Hanya mengunjungi Paman,"

Paman? Apakah pria tadi adalah paman Leionelle?

"Apa yang kau lakukan disini? Kau sakit, Ravika?"

Ravika mengerjapkan mata. Wanita itu mengaduk-ngaduk sup miliknya. "Tidak, aku baik-baik saja."

Tanpa perduli akan respon Leionelle, Ravika kembali memakan sarapannya.

"Lalu apa yang kau lakukan di rumah sakit, Ravika?" Suara Leionelle kembali menarik perhatian Ravika. "Beritahu aku," Suara pria itu penuh kelembutan namun juga penuh dengan ketegasan, tanda ia tidak ingin di bantah.

Ravika menghembuskan nafas. "Ibuku sakit, Leionelle. Ia sedang di rawat."

Kernyitan halus timbul di kening Leionelle. Dengan tidak terduga, pria itu menggenggam tangan Ravika di atas meja, "Kau baik-baik saja?"

Ravika turut mengernyitkan dahinya. Bingung dengan pertanyaan Leionelle. Ibunya yang sakit mengapa pria itu justru menanyakan keadaannya.

"Aku?" Jari telunjuk Ravika mengarah pada dirinya sendiri. "Tentu, aku baik-baik saja."

Leionelle menggelengkan kepalanya. "Kau kurang tidur, Ravika."

Mata Ravika membelalak.

Tangan Leionelle terangkat dan mengusap kantung mata Ravika yang terlihat menghitam. "Kau pasti kelelahan."

Ravika terdiam dengan tubuh menegang. Mata wanita itu masih melotot menatap Leionelle, terlebih kini pria itu tengah merapihkan anak-anak rambutnya yang berjatuhan di kening.

Ya Tuhan, rasanya jantung Ravika akan merosot ketika wajah itu semakin mendekat. Hembusan nafas Leionelle mampu meluluhkan dan tatapan matanya yang sangat amat lembut berhasil membuat lututnya lemas.

"Kau tidak bisa hanya memakan semangkuk kecil sup tomat itu pagi ini,"

Leionelle menarik mangkuk sup tomat yang tinggal tersisa setengah itu. Kemudian ia menyerahkan segelas air putih kepada Ravika, "Minumlah. Aku akan memesankan mu makanan yang lebih berat. Tunggu sebentar," Setelah mengusap pipi Ravika sekilas pria itu berjalan meninggalkan tubuh Ravika yang masih membeku.

Wild Butterfly [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang