7. The Memories Left Behind

29.4K 1.6K 13
                                    

"Maafkan aku, Tuan Archiles

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Maafkan aku, Tuan Archiles."

Leionelle tertawa pelan sambil memakai kaus berwarna hitam. "Sudah kesekian kalinya kau mengatakan itu, Nona Estelle."

Ravika melirik dari ujung matanya, ketika ia mendapati tubuh tegap Leionelle sudah tertutupi wanita itu menghela nafas pelan, entah mengapa untuk pertama kali ia merasa gugup melihat seorang pria bertelanjang dada.

Setelah tanpa di sengaja Ravika menabrak dan menumpahkan kopi miliknya di kemeja Leionelle, pria itu memaksa Ravika untuk bertanggungjawab. Tetapi kata 'tanggung jawab' yang di maksud oleh pria itu sungguh membuat Ravika tidak habis pikir.

"Temani aku mengganti baju dan setelah itu aku akan mengantarmu pulang."

Saat Ravika ingin menolak, pria itu justru kembali menyela dan berkata dengan penuh otoriter,

"Dan aku tidak menerima penolakan apapun, Nona Estelle."

Setelah berkata seperti itu, Leionelle langsung menarik tangan Ravika menuju mobilnya yang terparkir di depan resto.

"Tuan---,"

"Leionelle saja,"

"Ah," Ravika mengerjap dengan cepat. "Tidak bisa, aku tidak b---,"

"Aku tidak suka saat mendengar mu memanggilku seperti itu, Leionelle saja." Bantah Leionelle. Pria itu meletakkan kemeja kotornya ke kursi penumpang di belakang.

"Mm," Ravika bingung apa yang harus ia lakukan saat ini, ia merasa canggung dan aneh saat berhadapan lebih lama dengan seseorang yang sudah pernah menyewanya.

"Ada apa, Ravika?" Perkataan Leionelle membuat jantung Ravika kembali berdebar. Untuk pertama kali ia mendengar pria itu memanggilnya dengan nama depan. "Apa yang ingin kau katakan?"

Berbanding terbalik dengan Ravika yang saat ini gugup setengah mati, justru Leionelle terlihat sangat tenang.

"Kau tidak perlu mengantarkan aku, Leionelle. Aku bisa pulang sendiri," Percayalah, Ravika mengatakan itu dengan usaha yang kuat. Entah mengapa ia benar-benar gugup. Sangat amat gugup, bahkan lidahnya pun terasa kelu.

Oleh karena itu ia berusaha agar tidak menatap mata tajam itu saat berbicara.

"Tidak, aku tidak bisa membiarkanmu berjalan sendiri di pukul 2 dini hari." Lagi dan lagi, pria tampan itu kembali membantah permintaan Ravika.

"Ta--,"

"Aku tidak bisa, Ravika. Maafkan aku," Leionelle mengangkat kedua tangan dan matanya menatap Ravika penuh dengan kehangatan.

Hal itu berhasil menyengat setiap aliran darah dalam diri Ravika. Setiap kali matanya menatap mata pria itu, Ravika seolah terlempar dalam gubangan memori yang bahkan sama sekali tidak ia miliki, mungkin.

"Biarkan aku mengantarmu dan biarkan aku memastikan bahwa kau sudah sampai di rumah dengan selamat," Leionelle kembali berujar, "Okay?"

Dengan perlahan walaupun penuh dengan keraguan, Ravika menganggukkan kepalanya.

Wild Butterfly [End]Where stories live. Discover now