48. Existence Of Ella Asteria Archiles

8.2K 448 17
                                    

Mommy sangat menyayangimu, sayang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mommy sangat menyayangimu, sayang.

Astelia juga sanat menyayangi Mummy.

Mommy sangat menyayangimu, sayang.

Astelia juga sanat menyayangi Mummy.

Mommy sangat menyayangimu, sayang.

Astelia juga sanat menyayangi Mummy.

"Ravika!"

Tubuh Ravika tersentak kaget akibat tepukan ringan di bahunya. Ia menatap sang pelaku.

"Ada apa denganmu? Kau terlihat melamun sejak tadi." Rena memegang kening Ravika. "Tidak panas. Apakah kau sedang kurang sehat?"

Ravika mengerjap bingung. Ia menatap Rena dan mencoba untuk tersenyum, "Aku baik-baik saja."

"Benarkah?" Kening Rena mengernyit. "Jika kau merasa kurang sehat, kau bisa kembali ke rumah, Ravika. Biar aku yang menggantikan tugasmu."

Kembali Ravika menggeleng. Ia menggenggam tangan rekan kerjanya itu dan tersenyum. "Aku baik-baik saja, Rena. Mungkin aku hanya kurang tidur semalam jadi tubuhku sedikit lemas."

"Oke. Kalau begitu tunggu di sini, aku akan membuatkan sesuatu untukmu."

Ravika menahan lengan wanita itu. "Tidak perlu, Rena."

"Aku tidak ingin di bantah, Nona."

Tawa Ravika mengalun, terlebih saat Rena memasang wajah datar, sangat tidak cocok dengan wajahnya yang terbilang ramah.

Ravika menghembuskan nafas begitu Rena berlalu dari hadapannya, ia memandang beberapa pelanggan yang tengah menikmati suasana cafe.

Jam masih menunjukkan pukul 1 siang, tetapi Ravika sudah merasa lelah sekali. Sudah beberapa hari ini Ravika memang sulit sekali tidur cepat, ia kerap kali terganggu dengan suara-suara dan sekelebat memori di kepalanya.

Ravika tidak tahu apa yang sedang terjadi. Terlebih ketika ia melihat Abigail di dalam ingatannya, terus menerus mengatakan bahwa wanita itu menyayangi Asteria.

Balasan yang sama dari adik Leionelle yang sudah tiada, tetapi Ravika tidak bisa melihat wajah Asteria di dalam kepalanya, ia hanya melihat Abigail menatapnya dengan lembut, khas tatapan seorang Ibu kepada putrinya.

Entah apa yang pernah terjadi, tetapi Ravika merasa segala sesuatu yang ia alami selalu berhubungan dengan Asteria. Seolah ada benang kusut yang menghubungkan mereka.

"Kau melamun lagi, Ravika."

Ravika mengerjap, ia menggelengkan kepala berulang kali, menatap Rena dengan senyuman canggungnya.

Rena mendesah seraya meletakkan cangkir di hadapan Ravika. "Minumlah. Kau membutuhkan energi untuk melanjutkan pekerjaan."

Tangan Ravika meraih cangkir berisi teh itu, ia memejamkan mata, menikmati kehangatan teh yang mengalir di tenggorokannya.

Wild Butterfly [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang