BONUS

1.6K 134 22
                                    

Siang itu, seorang wanita yang Jason tunggu akhirnya memasuki bar. Ia menghampirinya dan menarik kursi duduk di hadapannya.

"Hai Jason, bagaimana kabarmu?" Sapa Rachel melepas kacamatanya.

Jason tersenyum sejenak. "Baik. Sangat baik." Ia berdeham, berbicara lebih pelan. "Ngomong-ngomong, berhentilah memanggilku-Jason."

"Oh, maaf. Sulit menyesuaikan diri dengan identitas baru."

"Hal yang sama jika aku melihatmu, Nyonya...-"

"Bernsen. Lucia Bernsen."

"Nyonya Bernsen. Nama yang bagus." Jason mengangguk, ia lalu menangkap pandangan Rachel yang tak sengaja melirik salah satu bahunya, bahu yang tak lagi terdapat sebuah lengan di sana. "Ini ulah putra Alexa. Sean. Dia hampir membunuhku saat itu. Untung aku hanya kehilangan satu lengan saja."

"Binatang seperti dia memang sangat berbahaya jika lepas kendali. Kau ingat, ia bahkan membunuh James dengan membelah kepalanya." Rachel meminta tequila pada salah satu bartender.

"Ya, tapi sangat berharga. Sampai saat ini sebenarnya aku masih menginginkan dia."

"Dia hilang, dan mungkin saja sudah mati." Rachel menerima pesanannya.

"Lalu apa yang harus kita lakukan? Memulai segalanya lagi dari nol?"

"Kenapa tidak,"

"Ini akan memakan banyak waktu."

"Dulu James dan Alexa juga melakukannya." Rachel meneguk minumannya. "Kau pikir semua bisa diraih dengan instan? Coba hitung berapa banyak waktu dan biaya yang mereka keluarkan untuk projek itu?" Rachel menggeser duduknya, berbicara lebih pelan. "Dan.. Kau pernah lihat mahkluk-mahkluk aneh yang ada di Laboratorium James kan? Alexa bilang, mereka dulunya manusia. Projeknya berjalan selama lebih dari dua puluh tahun, apa kau kira hanya William dan Sean saja yang menjadi korban mereka? Tidak. Ini sudah memakan banyak waktu dan korban dari awal. Namun kau bisa lihat hasilnya, mereka hampir saja berhasil jika tidak saling serang sendiri." Rachel memesan satu minuman lagi.

Jason terdiam, tak ingin berkomentar apa-apa.

"Ayolah, tak apa mengulang semuanya lagi dari awal, kali ini kita akan mengakhirinya dengan baik, kerja sama yang baik. Tak ada harapan jika kau masih menginginkan Sean. Lebih baik kita berjalan saja lagi di garis start, namun dengan sedikit lebih cerdas." Rachel tersenyum. "Oh ya, ngomong-ngomong ada seseorang yang tadi ingin kukenalkan denganmu."

"Seseorang?"

"Seseorang yang akan membuat kita sukses menjalankan projek itu. Kau bisa lakukan apapun sesukamu padanya." Rachel melirik seorang remaja yang ada di meja billiar. "Tidak seperti James dan Alexa yang memilih-korban tanpa mempedulikan latar belakangnya, sehingga selalu menjadi sorotan publik jika terjadi apa-apa yang akhirnya menyulitkan mereka sendiri, aku mencarikanmu seseorang yang bahkan ibunya pun tak peduli jika dia.. hilang."

"Apa maksudmu?"

"Kau lihat bocah kulit putih yang bermain billiar di sana?" Wanita itu menunjuk salah seorang remaja berusia sekitar enam belas tahunan berambut blonde.

Jason sebenarnya agak terkejut melihat bocah di bawah umur yang, diijinkan datang ke tempat itu. "Ya, aku lihat. Kenapa?"

"Anak itu, dialah yang akan kujadikan alatmu. Alat yang sangat ampuh untuk kau memancing."

"Ampuh?"

"Boleh kujelaskan sebentar?"

"Silahkan."

"Namanya Luke. Dia baru saja keluar dari rehabilitasi remaja karena aksi kriminal."

"Kriminal?"

"Perampokan. Dia merampok untuk.. membiayai kehidupannya. Karena perceraian, orang tuanya tak lagi peduli dengannya, bahkan untuk mengurus kebutuhannya. Anak-anak buangan seperti dia kurang menjadi sorotan di masyarakat. Ini akan mempermudah rencana kita." Rachel tersenyum saat remaja yang ia bicarakan tak sengaja menangkap pandangannya. "Lihat? Wajahnya sangat tampan, dan badannya cukup sehat. Sayang jika kau menyia-nyiakannya."

"Dia masih sangat muda."

"Paling tidak dia telah mengalami masa pubernya. Kau tak penasaran warna apa yang cocok jika kita mengganti kakinya dengan ekor-ikan?"[]
...

~selesai~

THEIR MERMAN [COMPLETE]Where stories live. Discover now