THE ATLANTIC'S

12.9K 809 9
                                    

"Hari ketiga."

"Sudah hari ketiga kau tidak melihatnya?"

"Ah! Aku bahkan tak tahu apapun tentang dia. Besok adalah hari terakhir pertunjukkan kita di tempat itu."

Anna memasuki toko itu dengan dua gadis lain yang sejak tadi tak bisa berhenti bicara. Wanita-wanita muda yang bisa dibilang cukup bertenaga untuk pembicaraan apapun. Terutama jika menyangkut tentang pria. Mereka berjalan masuk dengan se-cup americano di tangan masing-masing, kecuali Anna yang lebih memilih cappucino dengan ekstra gula.

Saat itu udara cukup bersahabat, sangat pas untuk berjalan-jalan dan bersantai sebelum memenuhi jadwal yang lumayan padat keesokan harinya. Anna cukup bernafas lega setelah menerima beberapa sisa honor yang sejak beberapa hari lalu menjadi beban pikirannya. Menikmati hasil kerja keras itu sedikit lebih leluasa sebelum waktu-waktunya habis oleh pertunjukan yang harus segera ia lakukan.

Sementara itu, dua gadis lainnya, gadis berkulit hitam keturunan Afro-americans dan juga gadis lain yang berasal dari Oklahoma, menjadi dua orang teman yang bisa cukup diandalkan. Patner kerja yang cukup solid bagi Anna. Terutama ketika ia membutuhkan pinjaman sesekali untuk membantu menyokong kehidupannya sehari-hari.

"Oke! Menurutku, pemuda yang sering singgah di Taman Air raksasa itu benar-benar Sean, Sean Alex." Gadis kulit hitam itu berbicara lagi.

"Tidak mungkin. Sean Alex tak mungkin berpergian dengan transportasi umum. Ya.. Kau tahu, dia seorang atlet yang sedang naik daun sekarang. Kurasa kantongnya takkan kering andai saja Ferari atau Paganni huayra keluaran terbaru menjadi kendaraannya." Ujar gadis lain menyibak rambutnya ke belakang. "Lagipula, pemuda seusianya lebih senang menghabiskan waktu untuk bersenang-senang ketimbang di Aquarium konyol itu."

"Apa kau pikir dia menyukai salah satu dari kita?"

"Apa?!"

"Menyukai. Mungkin dia menginginkan salah satu dari kita. Ayolah, bukankah kita begitu seksi dengan pakaian ala mermaid itu?"

Mereka saling berpandangan.

"Masuk akal!" Anna menyela. "Kalau pun memang iya, harusnya itu aku!" Gadis itu meremas cup cappucinonya hingga cairan di dalamnya keluar lewat sedotan dan tumpah hampir mengenai jacket jeans yang ia kenakan.

"Hati-hati Nona percaya diri! kau bahkan kehilangan dia di bus itu. Jika aku jadi kau aku pasti sudah mendapatkannya."

Mereka bertiga, mendengar pintu toko tertutup kembali setelah berada di dalam. Toko itu tetap sama sejak kunjungan mereka beberapa hari lalu. Sebuah toko accessories dan souvenir-souvenir yang tidak terlalu ramai. Bangunan kecil yang dijadikan tempat usaha di pinggir jalanan kota. Anna dan kedua temannya terbilang cukup sering singgah ke sana untuk menambah koleksi astribut yang mereka gunakan untuk bekerja jika sedang pentas di kota itu. Jepit rambut, kalung-kalung yang terbuat dari cangkang kerang atau bahkan, anting mutiara palsu yang menjadi andalannya ketika ia tampil di beberapa tempat termasuk, di Aquarium dimana ia bertemu dengan Sean.

"Kau lihat Dream catcher di sana?" Salah satu gadis menepuk bahu Anna. Menunjuk ke sebuah rak besar di mana terdapat banyak sekali barang-barang yang cukup semrawut diletakkan dalam sap-sap rak besi tersebut. Mulai dari celengan-celengan berbentuk binatang, vas-vas bunga berukuran mini, keramik-keramik penghias meja, atau ya, lingkaran dengan jaring dan bulu-bulu ayam atau apapun sebutannya itu.

"Mainan anak-anak itu? Kenapa?"

"Kudengar itu bisa menangkal mimpi buruk."

"Semua orang tahu itu."

THEIR MERMAN [COMPLETE]Where stories live. Discover now