WILLIAM Part 1

6K 415 14
                                    

Hello readers, dari sini saya bakal bawa kalian balik sebentar ke masa-nya.. William. Balik ke tahun-tahun awal eksperimennya James Brenner. Semoga ga bosen ya, sama-sama seru kok.

Happy Reading :)

...

Baton Rouge, 2010

Malam semakin larut ketika mereka selesai membawakan lagu terakhir mereka di salah satu tempat hiburan malam di kota itu. Dean, memukul sedikit lebih pelan permukaan drum-nya, mengiringi riuh sorak sorai penonton. Sementara William, ia segera mengucapkan terimakasih sambil sesekali menundukkan kepala, membuat rambut hitamnya sesekali jatuh ke depan yang kemudian ia sibak ke belakang membuat wajah tampannya terkesan makin mempesona hingga penonton wanita menjerit lebih keras.

Di pojokan, seseorang hanya tersenyum kecil melihat gemuruh itu. Seorang gadis dua puluh lima tahunan dengan rambut cokelat sebahu, tubuhnya terbalut mini dress hitam di mana membuat pinggang, perut dan kaki jenjangnya semakin memikat. Sementara itu, kulitnya, semakin mengkilap di bawah temaram lampu, didukung oleh wajah cantiknya yang terpoles make-up tipis.

"Kau tak suka penampilan kami, cantik?" Sapa Richard ketika mereka baru turun dari panggung dan menghampirinya.

Nathalie, berpaling ketika pria muda itu menyodorkan kecupan kecil ke pipinya. "Jangan menyentuhku bocah!" Ujarnya. "Penampilan kalian, bagus. Aku tak tahu bagaimana bila William tak bergabung bersama band bodoh kalian ini." Sambungnya menyeruput cocktail itu sembari melirik ke arah pemuda yang kini tengah sibuk melakukan sesuatu. Pemuda asia itu, seseorang yang membuatnya rela datang ke tempat itu.

"Kau mau ke mana Will?" Tanyanya lembut kemudian.

"Pulang." William membungkus gitarnya dengan rapi. Menutup rapat softcase gitar itu sebelum mencangklongnya ke balik punggung.

"Pulang?!"

"Dia selalu seperti itu." Richard mengendus leher Nathalie. Hampir mengkecupnya lagi sebelum William menepuk lengannya.

"Jangan lupa mentransfer bagianku bung, aku membutuhkannya." Ujar pemuda berdarah mongol itu.

"Hanya separuh karena kau pergi lebih dulu."

"Jadwal kita sudah selesai. Aku tak mau bermalam di sini." Kata William singkat ketika Bill, pemuda lain dengan botol bir-nya menghampiri.

"Kau yakin mau pergi? Ini belum lewat tengah malam. Ayolah.. "

"Seseorang membutuhkanku di rumah. Aku tak bisa meninggalkannya terlalu lama." Jawab William menyabet bir itu dari tangan temannya dan meneguk isinya sedikit.

"Seseorang? Siapa? Wanita tua itu?"

"Nenekku. Tak ada siapapun di rumah selain kami. Dan dia selalu menungguku."

"Anak baik." Ledek Richard.

William menyodorkan kembali minuman tersebut. "Kita bertemu besok di tempat biasa. Aku akan menunjukkan lagu yang baru kutulis." Ujarnya sebelum ia benar-benar melangkah pergi. Berjalan mundur menjauhi kerumunan. "Dan, Sampaikan salamku pada Ny. Rey, pemilik tempat ini. Bilang saja aku sakit perut. Terimakasih." Ia berbalik dan pergi menuju pintu keluar.

"AKU AKAN BILANG KALAU KAU BERCINTA DENGAN NENEKMU, LIE-WEI-YANG!!" Seru Richard sembari tertawa keras. Suaranya beradu dengan musik-musik DJ yang seolah menghentakkan bangunan tersebut.

Nathalie hanya terdiam ketika William akhirnya tak terlihat lagi. Ia meneguk hingga habis cocktail di tangannya sebelum menggerutu seperti biasanya. "Jadi... Dia mengacuhkanku lagi? Aku hampir membuang waktuku di sini untuknya dan dia pergi begitu saja? Bagus!"

THEIR MERMAN [COMPLETE]Where stories live. Discover now