THE GUEST

5.8K 481 14
                                    


Hampir tiga puluh menit sejak panggilan itu berakhir. Telepon dari Mrs. Thompson. Sean tak yakin siapa wanita itu. Ia memang mengenal beberapa wanita berumur. Beberapa dari mereka adalah pemilik brand ambasador yang menawarkan kerja sama di luar profesinya sebagai atlet, beberapa lagi adalah wanita-wanita kompeten yang terlibat dengan popularitasnya di dunia olahraga. Lalu, sebagian lainnya, mereka hanyalah teman-teman Paman Tom biasa di laboratorium.

Namun, Sean tak memiliki hubungan pribadi pada semua orang itu di luar urusan perkerjaan. Sementara untuk teman-teman Paman Tom tersebut, ia hanya sesekali bertegur sapa jika mereka berkunjung ke rumah. Sean tak bisa menebak pasti apakah mereka orang-orang tersebut. Apakah orang-orang itu yang rela terbang ke Hatteras hanya untuk menjemputnya mengingat Paman Tom sendiri bahkan sulit dihubungi hingga tadi sore. Mengingat pria tua itu tak pernah menjawab pesan atau panggilan apapun darinya sebelum publik mengetahui kejadian aneh yang entah apa hingga ia sampai di Hatteras sekarang.

Pemuda itu melihat lampu pondok kediaman Anna masih menyala terang ketika mereka tiba di sana. Sean hampir melangkah menaiki tangga teras saat tiba-tiba Anna menahan tangannya, memegang tangan kirinya yang kini telah menjadi normal kembali setelah menunggu hampir lima belas menit di pinggiran pantai untuk semua sisik dan sirip itu benar-benar hilang dari kulitnya.

"Ada apa?" Tanya Sean berbalik pada gadis itu.

"Kau, kau yakin akan menemuinya? Kau tak harus menemuinya jika kau ragu. Melihat kondisimu saat ini, tanganmu, apa kau benar-benar ingin segera kembali ke Louisiana? kau masih..-"

"Tanganku sudah kembali normal." Sela Sean melirik tangannya. "Banyak hal yang harus kuselesaikan ketika tiba di Maryland, ketika aku pulang. Aku senang berada di sini, tapi aku harus segera kembali. Setidaknya, aku harus menemui pamanku dan membicarakan sesuatu padanya." Jawab Sean saat seluet gambaran Alexa tiba-tiba muncul.

"Begitu? B-Baiklah, terserah padamu. Kuharap dia orang yang kau kenal baik. Seseorang yang akan membawamu kembali ke Louisiana dengan-selamat." Anna mengangguk kecil, pelan-pelan menurunkan tangannya.

"Terimakasih."

Mereka menaiki anak tangga dan kemudian berjalan memasuki teras kecil pondok kayu itu. Seperti biasa, lantainya sedikit berdencit ketika mereka mendekati pintu. Sean membuka pintu dan masuk ke dalam diikuti Anna yang berjalan di belakangnya.

Sean berharap ia menemukan wanita itu duduk di sofa ruang depan mereka ketika ia memasuki ruangan. Berharap ia segera mengenali wajahnya, menyapanya dan berbincang sedikit dengannya. Mengetahui siapa orang tersebut dan dari mana ia datang sehingga rasa penasarannya segera terbayar.

Namun, di luar dugaan, ruangan itu kosong, tak ada siapapun. Hanya aroma parfum yang masih tercium kuat di hidungnya. Tampak seakan-akan seseorang yang diharapkannya tersebut baru saja pergi meninggalkan tempat itu.

Mrs. Thompson, wanita tua yang kini mengenakan kemeja berwarna hijau gelap, terdengar melangkah dari arah dapur menghampiri mereka.

"Di mana tamu kita bu?" Tanya Anna sambil celingukan. "Boleh aku bergabung dan menyapanya juga?"

"Ah.. Dia baru saja pergi. Kenapa kalian baru pulang?" Kata Mrs. Thompson. Ia berpaling pada Sean. "Dia menunggumu cukup lama tadi sayang, namun sepertinya dia wanita yang sibuk. Maafkan aku." Mrs. Thompson mengusap-usap kepala sean, seakan-akan mencoba menghapus rasa bersalahnya.

Namun tak lama, ia agak terkejut mendapati rambut dan pakaian Sean sedikit basah, tidak, tidak benar-benar basah, hampir seperti, lembab. Seakan bocah itu baru saja memasukkan seluruh badannya ke air, berenang? kehujanan? apapun itu. Lalu membiarkan dirinya kering dengan sendirinya. Kering karena angin, karena udara dingin di luar. Membiarkan pakaian dan tubuh basah kuyupnya terkena angin malam.

THEIR MERMAN [COMPLETE]Where stories live. Discover now