REMEMBER YOU

8.2K 624 6
                                    


Ekornya mengibas, mendorong tubuhnya terus bergerak meninggalkan tempat itu. Warna hijau keemasan yang tadi sempat terlihat berkilau dalam kegelapan kini meredup. Sementara sisik-sisiknya tergores dan patah-patah hebat.

Di sekujur tubuhnya yang lain, di bagian punggungnya, sirip dorsal yang sebelumnya terlihat indah dan gagah dengan semua spinosus-spinosusnya tersebut, kini rusak. Beberapa bahkan robek dan tergores tak karuan sama seperti sirip pektoral di tangan kanannya yang juga tersayat-sayat dan terluka cukup parah akibat ledakan yang tadi terjadi. Sangat menyakitkan saat ia mau tak mau menggunakannya untuk membantunya berenang saat itu. Berenang terus menjauh dari area tersebut. Menuju batas garis pentagon yang dibuat Tn. James.

Sean sekali lagi meyakinkan diri kalau ia pasti bisa melewati garis itu. Benar, setidaknya ia tahu sensor yang ada di sana hanya aktif hingga permukaan air. Sedikit lompatan ke udara mungkin bisa sangat membantu. Meski ia harus begitu memperjuangkannya mengingat kondisi tubuhnya tak lagi utuh.

Pemuda itu merintih sesekali. Menahan semua rasa sakit yang perlahan semakin menyiksa. Tangan kirinya hancur, tidak masuk akal jika ia tak menganggap itu sebagai luka yang serius.

Sean dapat melihat sisa-sisa daging dan kulit yang menutup tulang tangannya yang retak itu seperti tercacah-cacah, di titik tertentu bahkan menghitam mengerikan seolah telah terbakar hebat. Ia, juga tak yakin mendapati tulang jemari-jemari dan telapak tangannya masih utuh. Sementara itu, di kulit bagian lengan atasnya, seperti terkelupas-kelupas. Tak berbentuk. Tangan kirinya, tak lagi berbentuk. Hancur. benar-benar hancur dan membuat ia merasa lebih sakit ketika terus berada dalam gelombang air laut seperti sekarang, gelombang air asin.

Satu hal yang ia ingat sekarang dan terngiang di telinganya. Beberapa kata yang pernah diucapkan James Brenner ketika ia masih berada di laboratorium.

'... Sean, ia memiliki daya tahan tubuh yang cukup kuat dari kita (manusia), dan dari jenis hewan manapun, mahkluk hidup manapun!! ...'

Ya, tak masalah mengalami luka seperti sekarang. Sean telah memperhitungkan segalanya dengan matang. Termasuk ledakan yang ia alami tersebut. Hanya kehilangan satu anggota tubuh? semuanya butuh bayaran tentang apa yang harus dilakukan untuk mengakhiri sesuatu. Lagipula, ia juga merasa bisa bertahan sejak awal. Kekebalan tubuhnya memang berbeda dengan manusia. Ia merasakan itu, merasakan kelebihan itu. Semua yang diucapkan Tn. James benar.

Dan untuk sekarang, yang harus ia lakukan adalah pergi ke garis pantai, menerobos arus-arus air laut dari Teluk Gulfstream, meminta bantuan siapa pun yang ada di sana? Ya, ia akui ide yang sedikit konyol. Mungkin ia bisa saja dijadikan tontonan dan masuk pemberitaan besar karena wujudnya. Ia bisa menjadi perbincangan dunia yang serius. Diliput oleh media manapun. Apalagi mengingat kalau sebelumnya ia adalah seorang atlet yang cukup dikenal. Mungkin, ia akan menjadi topik utama di berbagai siaran tv, media sosial, atau yang lainnya.

Tapi tak ada cara lain. Entahlah, Sean belum bisa memikirkan apapun. Memikirkan ide lain untuk kembali ke kehidupan normalnya. Mencari jalan lain dengan bijak dalam kondisi dan situasi yang ia alami. Ia masih cukup terguncang dengan serentetan kesulitan yang terjadi bertubi-tubi sejak ia turun dari bus malam itu, masuk ke rumah, dan bertemu dengan paman Tom yang memaksanya untuk makan malam bersama, lalu, memasukkan obat bius atau apapun ke dalam minumannya, ke dalam teh roibos yang akhirnya ia minum. Sean hanya berpikir untuk bisa lolos dari James Brenner setelah semua kejadian tersebut, dan bertemu lagi dengan orang tua yang mengasuhnya itu, Paman Tom. Dan itulah yang terjadi sekarang. Setidaknya, ia berhasil dalam langkah pertamanya.

'Pergi ke garis pantai.'

Sean mengambil ide itu. Setidaknya, jika ia tetap tak bisa menemui paman tuanya itu, Yah.. mengingat ia bahkan tak memiliki kaki sekarang, ia akan mencari bantuan pada lembaga pemerintahan atau apa sajalah. Ia masih punya mulut yang normal untuk berbicara sebagai manusia. Mungkin ini yang terjadi pada William yang bisu. Ia tertangkap, lalu orang-orang itu membungkamnya. Membuatnya tetap diam, lumpuh, dan juga, buta. Mereka adalah para ilmuwan yang mungkin telah mengorbankan hati nurani mereka, rasa empati dan kemanusiaan mereka sendiri untuk semua eksperimen busuk ini.

Sean berjanji akan memperkarakan ini ke meja hijau. Menyeret orang-orang itu kepada hukum. Sebelum mereka melakukan hal yang lebih buruk lagi dengan semua proyek gelap mereka. Ia akan membebaskan William. Pria yang dikurung selama belasan tahun tersebut dengan kondisi tak lazim. Dan mungkin ia akan mendapat jawaban tentang keberadaan Alexa ibunya darinya. Dari William. Pemuda asia yang katanya adalah ayahnya tersebut.

Pemuda itu terus bergerak. Berenang dan berenang semakin jauh. Beberapa LRC telah rusak akibat efek ledakan tadi. Tak ada yang mengikutinya saat ini. Ia bisa menebak ia akan sampai ke garis pantai sebelum malam jika tak ada hambatan apapun lagi.

Namun, belum lama ia menyetujui perkiraan-perkiraan itu, samar-samar mendadak terlihat sesuatu. Tidak, dia tidak hanya melihat, tapi juga mendengar. Mendengar sesuatu yang membuat ia merinding seketika. Sesuatu yang besar, atau mungkin lebih tepatnya banyak.

Sean melihat dan mendengar ribuan sosok yang sama persis seperti mahkluk yang baru ditaklukkannya tadi bergerak mendekati garis pentagon yang kini hanya berjarak sekitar dua ratus meter dari tempatnya.

Ribuan ekor Mermaid atau mungkin Merman. Entahlah, bentuknya seperti itu. Setengah manusia dan setengah ikan. Mereka terus bergerak mendekat. Beberapa meraum cukup keras. Sean mendengarnya sangat jelas. Raungan-raungan parau yang memekakkan telinga. Beradu dengan hempasan-hempasan ekor mereka di dalam gelombang laut. Seperti ratusan ribu prajurit perang yang menghampirinya.

Pemuda itu berhenti berenang manakala puluhan koloni itu kini hanya berjarak sekitar lima ratus meter lagi dari garis pentagon. Masuk. Entah apa yang terjadi jika mereka berhasil memasuki area ini.

Tak selang dua detik saat Sean memutuskan untuk menyingkir dari tempat itu, mendadak sesuatu yang lain terjadi. Kepalanya tiba-tiba terasa sangat pusing ketika ia mencium sesuatu. Aroma yang tak asing, seperti di laboratorium. Aroma yang membuatnya seketika begitu pening hingga tak sanggup bergerak dari sana. Lemas.

'Fuck!'

Sean tahu aroma apa itu. Tabung reaksinya. Tabung reaksi berisi cairan ungu yang tak berniat ia minum rupanya pecah. Ia tak tahu kapan itu terjadi. Ia ingat ia masih membawanya dengan baik setelah ledakan itu. Membawanya dengan tangan kanan. Dan tetap aman bahkan untuk beberapa saat yang lalu.

Namun kini, ia bahkan baru menyadari kalau benda tersebut tidak lagi ada pada genggamannya. Bagaimana bisa? warna keunguannya semakin pekat mengotori air ketika pemuda itu menuduh dirinya sendiri karena lengah. Lengah dan juga, ceroboh.

Sean merasa semakin pusing dan pusing saat cairan itu seolah merasuk ke tubuhnya lewat air yang bersentuhan dengan kulitnya, bahkan luka-lukanya. Saat cairan itu seperti mendesak masuk lewat pori-pori kulitnya atau lewat daging yang ternganga di tangan kirinya.

Sean merasa hampir mati. Ya, Ia akan mati jika memang cairan tersebut terus berkontraksi dengan tubuhnya. Ia akan kembali ke wujud semula, sebagai seorang manusia, sebagai pemuda dengan dua kaki kuat. Namun ia akan mati. Mati. Lautan itu benar-benar akan menjadi kuburannya.

Sean hampir putus asa ketika tiba-tiba ia mengetahui siapa yang melakukan ini. Siapa yang membuat cairan ungu itu bercampur dengan air laut. Sosok yang dengan lihai mencuri tabung reaksi tersebut dan memecahkannya.

'Tidak lagi...'

Mahkluk itu memiliki ekor berwarna lebih gelap dari yang sebelumnya. Tubuhnya lebih ramping dan memiliki ukuran tak beda jauh dari Sean saat pemuda itu mendapatinya dari arah belakang. Dari balik punggungnya. Ia hanya berjarak kurang dari semeter. Wajahnya cukup menyeramkan dengan gigi dan taring-taring lebih besar nan kuat. Sementara seluruh kulitnya seolah terasa lembek tanpa garis-garis kulit yang jelas.

Mahkluk itu memandangi Sean. Ia... TERSENYUM?

"William, aku MERINDUKANMU!"

MEREE mencium bibir Sean.

...


(Meree Part: Bab 8 'The Fin'-- Bab 9 'Meree')

-

THEIR MERMAN [COMPLETE]Where stories live. Discover now