WILLIAM Part 2

4.6K 376 12
                                    

Aroma mentega tercium ketika William perlahan membuka matanya. Semakin harum saat ujung hidungnya juga disentil oleh wewangian daging giling yang dimasak bersama dengan bawang putih dan lelehan mentega tersebut. Suara lapisan teflon yang digores-gores di dapur tampaknya menjadi asal aroma yang membuat perutnya semakin keroncongan ketika baru membuka mata pagi itu.

Pemuda itu bangkit dari ranjang tua-nya dan berjalan pelan menuju pintu. Ia tak yakin neneknya mau membuat sarapan untuk mereka. Biasanya, Williamlah yang memasak dan menghidangkan makanan untuk mereka berdua. Dan jika William terlalu lelah untuk membuat masakan cina seperti biasanya. Wanita itu hanya makan outmeal yang dicampur dengan sirup mapel favoritnya. Bukan karena neneknya, Mrs. Lie, tak bisa memasak. Tapi tampaknya, wanita tua itu lebih suka mengomel dan merajut ketimbang mengurus rumah. Bahkan untuk mencuci piring bekas makannya sendiri.

"Kau sudah bangun Will?" Sapa seorang gadis yang kini memindahkan masakannya ke piring. Sementara neneknya, sudah bersiap di meja makan tak jauh dari sana.

"Nath?!"

"Duduk dan sarapanlah bersama kami. Aku menyiapkan makanan sederhana untuk kita bertiga." Nathalie, William tak tahu pukul berapa gadis itu kembali ke tempat ini setelah ia mengantarnya hingga mendapat taxi semalam.

"Kau?!..-"

"Apa? Aku kemari pagi-pagi buta tadi. Aku hanya ingin memastikanmu agar kau tak perlu repot-repot memasak pagi ini." Jawab Nathalie santai. Ia melepas clemeknya. "Ouh, Dan aku sudah mengisi lemari es-mu. Kau ingin melihatnya? Ada daging, telur, keju, susu, dan beberapa asinan untuk nenekmu." Putri keluarga Miller itu menghidangkan tiga porsi nasi goreng dengan daging cincang ke atas meja.

"Nath, apa yang kau lakukan? Kau tak seharusnya..-"

"LIE WEI YANG!" bentak Mrs. Lie tiba-tiba. Wanita renta itu menatap tajam William. "TUTUP MULUTMU DAN DUDUKLAH DI SINI!" Perintahnya lalu melirik salah satu kursi. Wajah tua itu, terlihat begitu marah. Apalagi jika sudah memanggil nama lainnya seperti itu, Lie Wei Yang. 

Si*lan, William tak tahu sampai kapan mereka bisa sepakat dalam satu hal. Terutama jika menyangkut gadis yang kini mengacak-ngacak dapurnya itu. Nathalie Miller.

William membungkam dan hanya saling melempar pandang dengan Nathalie beberapa saat sebelum akhirnya menghembuskan nafas panjang dan menuruti perintah neneknya. berjalan menghampiri kursi dan duduk tepat di sebelah kanan wanita lanjut usia itu. Seporsi nasi goreng di hadapannya langsung tercium ketika Nathalie akhirnya membuka suaranya lagi.

"Ahm.. Aku, aku tak pandai membuat masakan asia. Yang kutahu hanya fried rice dan wonton. Semoga tidak mengecewakan." Gadis itu menarik kursi dan duduk di hadapan mereka. Mata abu-nya, tak lepas dari pandangan William saat ia menyambung kalimatnya. "Aku akan pulang setelah ini Will, jangan khawatir." Ia meraih tangan William di atas meja, mengusap punggung tangan itu lembut ketika William hampir menghindarinya.

"Jangan terburu-buru Nn. Miller." Sahut neneknya pada gadis itu, tangan rentanya menahan pergelangan tangan William tetap di atas meja agar Nathalie, bisa tetap mengusapnya lembut. "Jangan perdulikan anak ini. Dia senang kau di sini."

"Nenek..-"

"Ah! Dan dia bisa menemanimu seharian. Kalian berdua bisa menghabiskan waktu hari ini. Pergi ke manapun kalian mau, kemana saja di kota ini." Sambung wanita keriput itu memberi penekanan pada kalimat-kalimatnya.

William menarik tangannya dari meja, mulutnya hampir mengucapkan sesuatu ketika wanita di sebelahnya itu mempelototinya lagi.

Ia tak tahu apa yang dipikirkan wanita itu, neneknya. Orang tua itu tahu benar kalau ia tak pernah tertarik atau bahkan, hanya merasa nyaman dengan gadis di hadapan mereka tersebut. Namun, kenapa ia terus bersikap menjengkelkan?! Dan mirisnya, William tak berhak melawan setiap keputusan seenaknya tersebut.

THEIR MERMAN [COMPLETE]Where stories live. Discover now