LET ME GO

14.1K 843 36
                                    

Udara hangat menyelimuti ruangan yang penuh dengan peralatan medis itu. Sebuah tempat di mana terdapat banyak sekali benda-benda kedokteran yang bahkan jarang terlihat. Lampu yang agak remang tak memperlihatkan semuanya itu dengan lengkap. Hanya biasan cahaya terang dari sebuah lampu operasi yang berada di tengah, di mana lebih fokus memberikan cahaya pada sesuatu di bawahnya.

Sean perlahan membuka mata. Rasa sakit di kepalanya yang tadi menyerang rupanya belum menyingkir hingga sekarang. Sedikit-sedikit masih terasa pening, bahkan saat kelopak mata itu kini terbuka agak lebar.

"Arrgghh..."

Ia merintih, mencoba menahannya ketika pemandangan asing tiba-tiba saja tertangkap. Menyadari tempat itu bukanlah tempat yang dikenalnya. Bahkan mungkin, belum pernah ia kunjungi.

Bau obat-obatan atau gas-gas aneh memonopoli hidungnya. Tabung-tabung penelitian atau apalah seolah menghiasi bersamaan dengan meja-meja yang di atasnya penuh dengan berbagai peralatan bedah.

Ya, Sean memang sempat berpikir kalau ia berada rumah sakit. Apa Tommy menelpon ambulance untuknya? Ia masih ingat benar acara makan malam itu. Tapi ia segera menyangkal dugaan itu ketika melihat beberapa mahkluk aneh berukuran dua kaki diletakkan dalam tabung-tabung bersama dengan cairan-cairan yang berbuih. Jelas itu bukan rumah sakit. Bahkan lebih mirip dengan laboratorium yang sedang digunakan untuk menjalankan suatu eksperimen atau sejenisnya itu.

Di tengah-tengah kebingungannya, tak lama ia mendapati seorang pria berpakaian serba putih sedang asik melakukan sesuatu di sudut ruangan. Tak jelas apa yang ia sibukkan. Sean hanya bisa melihat punggungnya dari tempat ia berbaring.

"Permisi..-" Pemuda itu mencoba bergerak saat menyadari kalau tangannya, terikat. Tali-tali melilit di kedua pergelangannya ke tepian ranjang.

'Ini?!'

Sean sedikit panik, mencoba membebaskan diri ketika mendapati seluruh tubuhnya yang kini, telanjang? tertahan di sana. Dada dan perut, bahkan kaki dan lututnya pun diikat cukup kencang. Mustahil ia bisa melepaskan diri.

"Ouw, kau sudah bangun anakku?" Pria itu berbalik saat mendengar rontaan Sean.

"Tn. Brenner?" Sean terkejut ketika matanya menangkap siapa orang itu. Dia, pria yang berteman dengan pamannya.

"Panggil saja aku James, Tn. James."

"Tn. James ada apa ini? Tolong lepaskan aku." Sean memutar pergelangan tangannya lebih kuat.

James hanya tercengir sambil berjalan menghampiri. "Tidak apa-apa, jangan takut nak. Kau ingat ketika aku mengatakan kalau kau adalah golden ticket-ku?" Orang itu mendekatkan mulutnya, mencoba berbisik. "Sekaranglah saatnya, hidupmu akan berubah sedikit!" Ia lalu mengambil beberapa peralatan.

"Apa maksud anda? Bisakah anda..-"

"SSsstttt.. Kau akan segera tahu." Ilmuwan itu meletakan peralatannya ke meja tepat di sebelah ranjang. Di mana terdapat ponsel milik Sean.

Dengan wajah yang tetap berseri-seri, ia kembali mendekatkan diri. Tangan besar nan kasarnya merayap, membelai wajah Sean perlahan-lahan. "Bagaimana bisa? Bagaimana bisa Tommy memiliki harta sebagus ini? Tak ada cacat sama sekali" Pujinya.

Paman Tom? benar, di mana pamannya sekarang? Sean memandang ke sekeliling. Namun tak ada seorang pun kecuali ia dan orang itu.

"Sebenarnya sudah lama aku ingin melakukan ini." Kata James lagi. Ia menaikan tangannya ke rambut Sean, membelai hangat layaknya seorang, ayah. "Apa aku harus menceritakannya padamu? tentang semua bangsa-bangsa lautan itu? Ah, Sudahlah. Tak perlu banyak bicara. Aku akan segera melaksanakan eksperimennya saja."

THEIR MERMAN [COMPLETE]Where stories live. Discover now