MEREE

10.6K 782 13
                                    

James menyodorkan benda itu pada Natalie. Kunci dari mobil kesayangannya. Chevrolet hitamnya, Lucy, Setelah ia membersihkan noda merah yang melumuri benda itu. Darah segar Sean. Wanita itu menerimanya dengan tersenyum. James berpikir bahwa ibu satu anak itu tadinya akan menolak dengan alasan yang cukup umum. Kotor, dan berbau anyir, lalu menelpon asisten kepercayaanya untuk mengirim mobil lainnya ke tempat itu. Tapi ternyata pemikirannya salah. Natalie, seorang pembisnis wanita yang cukup cakap dan terkenal dengan gaya eksentriknya tersebut, ternyata justru bersikap sebaliknya.

"Harum.. aroma seorang perjaka." Ia mendekatkan benda mungil itu ke hidungnya yang meruncing setelah melakukan serangkaian operasi kecantikan beberapa tahun silam.

Alasan yang cukup tak logis untuk semua dugaan James. Pria itu hanya tersenyum, ia kemudian mempersilahkan Natalie masuk ke ruangannya, ke sebuah kantor kecil yang cukup berantakan.

"Sekali lagi aku minta maaf untuk keributan kecil ini Nyonya." Kata pria itu cukup sopan. Ia menarik kursi untuk wanita itu lalu berjalan memutari meja dan duduk berhadapan di kursinya sendiri yang hanya terpisahkan oleh sebuah meja dengan setumpuk laporan.

Mencoba terlihat sedikit lebih tenang namun tetap santun, ia menarik nafas dalam, mengehembuskannya pelan-pelan. Ia ingat beberapa bawahannya telah mengurus Sean saat ini.Orang-orang itu tahu benar apa yang harus mereka lakukan, pada bocah yang sulit diatur? Ia hafal benar, semua kelakuan anak buahnya itu. Mungkin mereka akan bersikap lebih kasar mengingat Sean adalah seorang lelaki. Namun  ia yakin mereka tidak akan melakukan hal yang fatal. hanya untuk pelajaran, sedikit pengekangan mungkin, dengan tali dan rantai? atau kursi setruman? entahlah, yang pasti ia tak perlu memikirkan itu untuk saat ini. Saat berhadapan dengan Nyonya besar yang sama-sama penuh dengan ambisi kotor.

"Bagaimana lehermu James?" Natalie memainkan kunci itu di tangannya. 

James mengusap batangan lehernya. "Hmm.. ya, masih terasa sedikit, sakit. Tapi sudah tidak apa-apa, bukan masalah besar."

"Pemuda yang bersemangat." Wanita itu menyahut, sedikit tertawa. Menyandarkan punggungnya lebih santai. Sesekali ia melirik berkas-berkas yang tercecer di atas meja. Mata yang berhias dengan kontak lensa dan juga polesan maskara di bulu matanya yang cukup tebal, serta eyeshadow yang menutup kerutan-kerutan di sekitar bagian mata tua itu, melahirkan feminitas yang cukup berlebihan ketika bola matanya bergerak, memandang sedikit lebih cermat. "Kuharap kau takkan melakukan kesalahan yang sama seperti dulu James. Ingat? kau telah menyia-nyiakan hidup seseorang yang sebenarnya sangat berpotensi."

James sedikit tertawa. "Maksud anda William?"

"Tn. Lie. Ya, siapa lagi?!"

"Tenang saja Nyonya, meski Sean bersikap lebih memberontak, tapi dapat kupastikan ia tak berbeda jauh dengan ayahnya. Mereka, mudah ditaklukkan. Aku takkan ceroboh seperti dulu. Aku bukan seekor keledai dungu yang melakukan kesalahan yang sama dua kali." James mengulurkan tangan, menjamah tangan halus wanita itu yang berada di atas meja. Mengusap-usapnya sedikit.

"Jangan hanya pandai bicara James, Buktikan saja semua langkah yang kau ambil membuahkan hasil kali ini."

"Aku takkan mengecewakan anda RATUKU.." Pria itu membelai lebih lembut. Tak lama ia bangkit berdiri, sedikit membungkuk. Bibirnya mengkecup punggung tangan wanita seksi itu.

"Terimakasih." Natalie tercengir. "Sekarang, aku ingin tahu apa yang akan kau lakukan setelah ini. Sean. Kau pikir ia akan mampu bertahan di tengah-tengah samudera itu? Atlantik. Kau pikir ia akan cukup kuat setelah kau melukainya? menikam perutnya seperti itu? Bagaimana kau akan mengatasinya?"

James terkikik. "Ia akan segera sembuh nyonya. Itu hanya luka kecil untuknya. Tubuh Sean, tak sama lagi sekarang. Ia bukan lagi manusia utuh secara daging, Ia.. seekor Monster." James Brenner menyingkirkan tanganya dari wanita itu.

THEIR MERMAN [COMPLETE]Where stories live. Discover now