INCURSION

1.1K 214 30
                                    

...

Anna dan Sean beranjak menuju ke lantai atas kapal. Guncangan terus menerus datang hampir seperti gempa bumi, membuat benda-benda apapun jatuh tak karuan.

Sean bisa melihat mermaid dan merman yang entah berapa pasti banyaknya itu berusaha menghancurkan dinding-dinding kapal, menerobos masuk. Namun serangan mereka belum berhasil membuat lubang atau kerusakan fatal di badan kapal itu.

Sean tak berani menerka-nerka waktu yang ia punya. Yang jelas, cepat atau lambat mereka pasti akan berhasil membuat celah, menenggelamkan kapal itu, membuat segala sesuatu yang ada di sana menjadi tak bersisa.

Beruntung rasanya ia berhasil membuat rusak senjata atau peralatan-peralatan James. Jika tidak, James dan para bawahannya pasti akan menggunakannya untuk menghentikan mereka, lalu meringkus semuanya dengan sangat mudah. Sean tak bisa bayangkan kembali bagaimana kecewanya pria itu saat ini.

"Naiklah. Hati-hati." Sean mengulurkan tangannya pada Anna untuk naik lebih dulu ketika mereka tiba di tangga terakhir.

Anna menuruti kata-kata Sean dan berjalan lebih dulu. Sesekali ia kehilangan fokus karena suasana menjadi gaduh akibat ulah mahkluk-mahkluk di luar yang terus saja menyerang kapal. Namun Sean cukup mahir membuatnya tenang dan memperhatikan langkah-langkahnya. Anna bisa rasakan Sean tak melepaskannya sedikit pun di tengah situasi yang kacau tersebut.

-

Di luar, di bawah purnama yang tak henti menerangi malam, kawanan Meree makin hebat melancarkan tindakan brutal mereka. Sebagian berpencar ke kapal lainnya yang juga mengapung tak jauh dari sana. Sedangkan yang lain tetap dalam kapal pertama yang mereka lihat dan tak berhenti dengan aksi-aksinya.

Di tempatnya, Meree bisa mendengar raungan-raungan keras dari para pejantan. Mereka menabrakkan badan, memberi tinjuan-tinjuan, dan bahkan gigitan dari taring-taring tajam mereka yang hampir merusak beberapa bagian kapal. Sementara satu dua dari mereka mencoba melompat dari permukaan ke atas kapal, menyabet orang-orang di sana yang juga melakukan serangan dengan tembakan-tembakan. Orang-orang panik dan sangat terkejut. Para siren berhasil menangkap sebagian dari mereka, membawanya jatuh ke air, lalu segera memangsa mereka dengan sadis hingga darah dan daging dari orang-orang itu mengotori air, memunculkan aroma kuat yang membuat naluri mereka sebagai seekor-predator kian membara.

Meree memisahkan diri dari teman-temannya yang menggila tersebut. Ia berenang menelusuri badan kapal. Mencoba menemukan sesuatu yang telah ia janjikan pada William. Betina itu, entahlah Meree belum menemukan di mana betina yang pernah menjadi pasangan William itu. Aromanya berbaur dengan darah yang makin banyak menodai permukaan. Membuatnya kesulitan untuk menemukan jejaknya.

Sampai di dek belakang kapal, di tempat di mana hanya ada beberapa ekor merman dan mermaid yang sibuk dengan tindakan liar mereka, Meree tiba-tiba dikejutkan dengan sesuatu yang melesat dari atas kapal dan hampir mengenai dirinya. Ia menoleh dan melihat seseorang, berdiri di dekat pagar dengan senjatanya.

'...Betina?...'

Seketika Meree kembali mencium aroma yang ia kenali tersebut. Aroma yang sama yang pernah ia temukan pada William.

"Astaga! Akhirnya!" Alexa berseru keras sambil terus mengarahkan pistolnya di antara para siren itu.

Meree berenang sedikit lebih dekat ke arahnya, mencoba memperhatikannya.

Dan benar, betina yang ada di atas sana itu memiliki aroma yang hampir sama dengan William, bahkan dengan putranya. Dan juga hal lain yang membuatnya tambah yakin, ia melihat jelas tatapan mata betina itu, sorotan yang terpancar membuatnya seakan melihat, William.

'... Jadi di sini kau...'

Meree berenang lagi lebih dekat. Alexa melesatkan tembakan-tembakan. Satu persatu peluru tak henti menghujaninya. Jatuh ke air menembus permukaan.

Meree memekik ketika sebuah peluru akhirnya berhasil mengenai dadanya. Timah besi menembus kulit kerasnya. Namun seperti kawanan siren yang lain yang sebelum-sebelumnya juga sempat terkena peluru-peluru dari orang-orang di kapal itu, Meree tak mengalami rasa sakit atau luka yang parah.

Ia menusukkan kuku dari salah satu jemarinnya, mencongkel peluru itu keluar dari daging dan segera membuangnya ke lautan. Darah memang sempat mengalir beberapa saat, namun lambat laun berhenti. Tembakan itu seakan bukan masalah besar baginya, bahkan saat peluru kedua dan ketiga mengenainya lagi dan lagi.

Alexa berhenti bermain dengan pistolnya saat peluru tak lagi keluar dari benda itu. Tak memiliki cadangannya, wanita itu memutuskan untuk membuang senjata tersebut ke hamparan air yang makin riuh. Benda itu jatuh dan hilang dalam sekejap mata di antara mahkluk-mahkluk yang mendadak muncul tersebut. Mahkluk-mahkluk yang mengganas. Sejenak terlintas di pikirannya kenapa James tak melakukan serangan apapun. Apa yang pria itu lakukan dengan semua senjatanya.

"Dasar bodoh," Alexa melenggang pergi dari sana untuk mencari tempat yang lebih aman. Ia berpegangan erat pada tepian pagar. Beberapa siren berusaha naik ke tempatnya, tapi tak berhasil. Alexa yang sedikit bergidik dengan semua monster laut itu cukup dibuat lucu dengan apa yang ia saksikkan.

Namun, ia harus menarik kembali tawa kecilnya ketika salah satu dari mereka, seekor siren berekor gelap akhirnya mencapai tempatnya, melompat dari permukaan air dan langsung menariknya dari sana.

Alexa dan Meree, jatuh kelautan yang gelap dan dingin.

...

THEIR MERMAN [COMPLETE]Where stories live. Discover now