FRIEND OR FOE?

3.3K 323 9
                                    

Rachel berjalan beberapa langkah mendekati layar utama yang kembali menyala. Di mana menampilkan sesosok mahkluk setengah ikan dan setengah manusia yang berada dalam sebuah tangki raksasa.

"Aku ingat kata-katamu. Sekali lagi maaf, tadinya aku hanya ingin bermain-main sebentar. Aku tidak mengira kalau Anna senekat itu." Ujarnya sambil tak henti menatap mahkluk indah dalam rekaman pengawasan itu. Alexa menghembuskan nafas kesal, matanya ikut berpaling ke arah layar.

William, ia tampak semakin segar. Wajahnya tak sesayu ketika mereka berbicara beberapa saat lalu, saat ia mendaratkan ciumannya, bermain panas dengan bibirnya. Lelaki paruh baya yang masih tampak muda seperti bocah dua puluhan itu memiliki mata bening yang terlihat makin hidup. Sementara ekornya yang berwarna kebiruan seakan berkilau memantulkan cahaya lampu, tampak sangat anggun disertai sirip-sirip tipis yang begitu gemulai terayun oleh gelombang kecil air di tangki tersebut.

"Aku tak menyangka ia tak bertambah tua sedikit pun." Kata Rachel mengalihkan topik pembicaraannya. Semakin dalam memperhatikan pemuda itu.

Alexa meraih pistolnya yang tadi ia letakkan ke atas meja. "James merawatnya dengan baik. Jenius gila itu melakukan sesuatu padanya agar dia tak bertambah tua sedikit pun."

"Ouh.. hebat. Lalu, apa dia masih bisa bernyanyi?" Tanya Rachel lagi. "Aku ingat betapa populernya dia dulu, William Lie, karena suara emasnya itu. Dia hampir menjadi penyanyi terkenal bukan?"

"Dia bisu." Jawab Alexa. "William, sekarang dia bisu. Entah apa yang dilakukan James, sepertinya dia berhasil merusak pita suara pria mongol ini."

"Sayang sekali."

"Dia sudah gila."

"Dia tak harus membuatnya bisu."

"William pernah mencoba kabur."

"Kabur?"

"James begitu takut saat itu. Jadi dia membuat William bisu. Hanya sekedar antisipasi." Alexa mengusap-usap permukaan pistolnya. "Tidak hanya itu, dia juga membuatnya buta, dan lumpuh, tak bisa menggerakkan beberapa bagian tubuh. Dia menyekapnya dalam keadaan seperti itu selama belasan tahun setelah berhasil menipuku. Setelah kami berselisih karena memiliki pemahaman yang berbeda."

"Menipu.. yang kemudian mencoba membunuhmu sembilan tahun kemudian?"

"Ya, kau benar." Alexa tersenyum. Pembicaraan mereka berbelok ketika Alexa menyambung kalimatnya kemudian. "Membunuhku, dengan melesatkan timah pistolnya ke kepalaku." Ia menodongkan senjatanya, seolah meniru gaya James ketika menembakkan pelurunya. "Untungnya dia tak tahu bagaimana cara menggunakan senjata. Dia pikir tembakannya mengenai sasaran. Aku beruntung tak mengalami luka serius waktu itu. Dan kau menyelamatkanku tepat pada waktunya."

"Saat itu aku juga berpikir kau sudah mati." Rachel menghampiri Alexa. Menurunkan pistol yang masih diacungkan oleh temannya itu ke arah layar. "Aku cukup terkejut melihatmu muncul kembali ke permukaan dalam keadaan hidup di sisi lain kapal beberapa saat kemudian. Dan bodohnya mereka tak melihatmu saat itu."

"Aku berhutang nyawa padamu Rachel."

"Jangan sungkan."

"Aku tak tahu bagaimana nasibku jika kau tak membawaku kembali ke kapal saat itu secara diam-diam. Aku pasti sudah menjadi mayat busuk di lautan berarus itu setelah terombang-ambing oleh gelombang dan badai selama berhari-hari. Kau tahu, samudera cukup ganas, apalagi Atlantik."

"Itulah gunanya teman. Tak Ada ruginya kau melibatkanku dalam proyek ini. Jangankan Atlantik, sebagai patner kerjamu, aku bahkan tak akan pernah membiarkanmu terombang-ambing oleh lawan-lawanmu, bahkan jika itu Tommy." Rachel melirik kembali ke arah layar. "Sudahlah, sekarang kau hanya perlu fokus untuk tangkapan besar kita menggunakan umpan tampanmu itu, Lie Wei Yang, dan bagi keuntungannya denganku."

THEIR MERMAN [COMPLETE]Where stories live. Discover now