BRING YOU HOME

3.2K 317 21
                                    

...

Anna selangkah lebih dekat, tatapannya ikut beralih ke lautan. Jujur, gadis itu tak tahu ada apa dengan Sean. Ayah? Lautan? Ia tak ingin menebak kemana arah pembicaraan ini, tapi dengan mendengar dua kata itu, Anna yakin semuanya pasti masih ada sangkut pautnya dengan proyek milik James dan Nathalie Miller. Entahlah, mungkin bertahun-tahun silam?

"Apa yang terjadi dengan ayahmu? Apa ibuku melakukan sesuatu yang buruk juga padanya?" Tanyanya.

Ia ingat benar ia belum mendapat informasi apapun mengenai ayah Sean. Yang ia tahu, hanyalah tentang Alexa, ibu Sean. Dan itu pun karena Rachel yang tadi membicarakannya. Namun, dengan pria yang Sean panggil ayah, apakah, itu berarti tentang.. William? Mermaid Alexa meninggal karena menanyakan pria itu pada James beberapa tahun lalu, beberapa tahun lalu saat James akhirnya melakukan kesalahan fatal. Jadi, apakah mungkin dia ayah yang dimaksud Sean?

"Katakan saja apa yang terjadi pada ayahmu Sean, tolong. Aku akan membantumu sebisaku. Jika dugaanku benar, ini pasti juga karena ibuku, Nathalie Miller dan anak-anak buahnya. Aku bisa kembali padanya dan membicarakan tentang ini. Ya, hubunganku dengannya mungkin tak terlalu baik. Tapi aku akan mencobanya." Kata Anna.

Sean menoleh pada gadis itu. Bantuan? Anna menawarkan diri untuk membantu dengan berbicara pada Nathalie? Tak buruk. Sayangnya ia yakin itu takkan berhasil, dan lagi, Nathalie, bukan tokoh utama dalam proyek busuk ini lagi.

"Lebih baik kau kembali, pulang ke rumahmu bersama Kyle. Jangan mencampuri urusan ini lagi." Kata Sean melirik mobil angkut mereka yang berada tak jauh dari sana.

"Sean, aku akan membantumu menyelesaikan masalah ini."

"Aku sudah bilang aku tak mau kau dalam bahaya. Ini tak sesederhana seperti perkiraanmu."

"Perkiraanku? Apa maksudmu? Aku tahu ini jelas tentang ibu..-"

"Berhenti berbicara tentang ibumu." Sela Sean.

"Apa?"

"Harus kau tahu, untuk saat ini, apa yang terjadi di gedung Pusat kelautan yang baru kita tinggalkan itu, semuanya tak ada kaitannya dengan ibumu lagi. Dan kau bisa dalam bahaya jika terus memaksakan diri untuk terlibat seperti ini."

"Jika tidak ada hubungannya dengan ibuku, memangnya melibatkan siapa lagi, Sean? Hal-hal seperti ini aku tahu benar ulah James Brenner. Dan James Brenner adalah orang kepercayaan ibuku."

"Kau tak tahu apapun."

"Sean..-"

"Dengarkan saja aku, tolong." Sean memohon. "Pulang, dan urus urusanmu sendiri. Aku hanya ingin kau di rumah dan aman. Paham?"

Anna membalas tatapan mata Sean cukup dalam, memantapkan kalimat-kalimat yang ia ucapkan berikutnya. "Sean, kau ingat saat kita berada di pantai terakhir kali? Saat tanganmu mengeluarkan sisik dan membuat Kyle ketakutan? Waktu itu, bukankah aku berjanji untuk membantumu bagaimana pun resikonya? Dan kau juga bilang kau akan mengatakan semua yang kau alami begitu ingatanmu pulih. Kau bersedia untuk saling terbuka dan bekerja sama. Tapi sekarang.. Ada apa denganmu? Kemarin kau bahkan menghilang dari rumahku dan menemui James Brenner sendirian, di bangunan itu. Lalu kau bilang ini semua tidak ada kaitannya dengan ibuku? Kau tak masuk akal Sean. Apa sebenarnya, kau masih meragukan di pihak siapa aku sekarang?!" Anna melangkah lebih dekat.

Untuk beberapa saat Sean hanya diam, tak menanggapi kalimat-kalimat Anna dan hanya memalingkan pandangannya kembali ke laut dengan kesal. Ia tak ingin membicarakan ini lebih jauh. Apa ia harus mengatakan yang sebenarnya?! Tentang Alexa? Bah! Duri dalam hatinya seolah menusuk-nusuknya setiap kali ia teringat akan wanita paruh baya itu. Ia tak ingin membahasnya, sekarang, yang tentu saja hanya akan membuat hatinya terluka dan mengacaukan pikirannya. Ia harus tetap fokus untuk merencanakan tindakan-tindakan penyelamatan terhadap William, ia tak ingin sosok Alexa, tergambar jelas dalam otaknya dan mengacaukan segalanya. Apalagi, ia mengatakan itu pada Anna. Untuk kesekian kali, Sean memantapkan diri kalau ia juga tak ingin membuat penggemar berat Alexa itu kecewa, sementara waktu ini.

"Sebentar lagi fajar, sebaiknya kau pulang sebelum ibumu, Mrs.Thompson bangun." Ujar Sean kemudian, seolah tak mendengar apapun lagi dari Anna. Kaki-kaki telanjangnya lalu mulai melangkah ke arah laut setelah ia mengucapkan selamat tinggal.

Anna berseru mengejarnya, tapi Sean, seakan tak peduli, ia terus berjalan ke arah laut. Melepaskan bajunya, melemparkannya ke atas pasir seraya masuk ke gulungan ombak, menenggelamkan diri dan dalam sekejap mata, lenyap ke dalam kegelapan perairan itu.[]

*******

Tommy kembali meneguk scotch-nya. Perutnya kini terasa penuh karena cairan keemasan itu, namun ia tak peduli. Ia meneguk hingga habis, lalu menuangkannya lagi, meneguk lagi entah sudah yang ke berapa kali. Seperti itu terus hingga kepalanya terasa seperti hampir meledak.

Dari tempat di mana ia duduk, ia bisa melihat meja makan besar yang terbuat dari kayu Acacia itu. Ia ingat saat terakhir kali mereka duduk dan menikmati hidangan di sana, ia dan Sean. Bayang-bayang lelaki muda tersebut tiba-tiba tergambar jelas di dalam kepalanya yang kacau.

"Aku tidak mengerti dengan semua ini Paman Tom." Ujar Sean kala itu sambil mendekati meja saat Tommy menghidangkan banyak sekali makanan lezat.

"Sudahlah, duduk dan nikmati. Kau tahu acara makan malam kita sempat batal beberapa hari lalu." Ujar Tommy memaksa. Ia masih bisa membayangkan bagaimana respon Sean dengan semua tindakan manis terakhir yang ia berikan itu. Ia melihat kilasan penuh pertanyaan dari mata pemuda tanggung tersebut. Ia ingat Sean menarik kursi dan duduk menuruti perintahnya, pemuda itu lalu meraih cangkir dan menuangkan teh Rooibos kesukaannya. Tommy ingat benar setiap gerak-gerik anak lelaki itu. Ia juga ingat setiap kata yang mereka bicarakan. Sebenarnya, tak banyak hal yang mereka obrolkan, selain tentang latihan Sean menjelang olimpiadenya, dan juga tentang, Alexa.

'Ya Tuhan Sean.. Maafkan aku..' Tommy menitikkan air matanya mengingat semua kejadian itu.

Ia bahkan tak bisa membayangkan lagi bagaimana perasaannya melihat apa yang sudah ia lakukan pada Sean ketika akhirnya pemuda itu ambruk tak sadarkan diri karena teh Rooibos yang sengaja ia beri obat.

Tommy kesulitan menghapus rasa sedih, sakit, apapun itu yang semakin lama terasa menggerogoti hati nuraninya. Ia merasa sangat buruk menyaksikkan keputusannya untuk menghianati, dan menyerahkan Sean pada James dan Nathalie Miller untuk keperluan eksperimen laboratorium mereka.

Tommy berjuang keras mengobati rasa bersalahnya dengan mengungsikan diri ke Bahama dan bertemu dengan Rachel. Ia yang tahu bahwa Alexa begitu tertarik dengan semua hal tentang Mermaid, berharap semua yang ia lakukan membuahkan hasil untuk menemukan kembali saudara perempuannya tersebut. Dan benar, semua itu tak sia-sia.

Beberapa waktu setelah Sean menjadi objek penting di proyek yang James dan Nathalie kerjakan, Alexa tiba-tiba muncul mengunjunginya dan berbicara hal-hal yang mengejutkan. Ia senang dengan kemunculan Alexa. Namun, kelakuan adik perempuannya itu sungguh di luar dugaan.

Tommy tak tahu apa yang ada dalam kepala Alexa, ia tak mengerti bagaimana jalan pikiran wanita itu. Tommy berharap dirinya mendapat hukuman, cacian, atau bahkan tuntutan hukum dari sang adik karena telah mencelakai Sean. Namun, kenyataanya tidak. Alexa justru bilang kalau ia akan menyeret Sean dalam semua rencana gila ini semakin jauh, ia bilang ia akan meneruskan apa yang sudah Tommy lakukan pada Sean. Dan Alexa berkelit bahwa Tommy lah yang memulai segalanya saat pria tua itu menegurnya. Entahlah, apa ia benar-benar sudah kehilangan akal sehatnya? Bedeb*h!

Tommy meneguk lagi scotch-nya entah yang ke berapa kali. Seolah berusaha mencuci kesadarannya dengan minuman itu. Ini menyakitkan, sangat menyakitkan! Ia tak tahan lagi. Hingga sesuatu dalam hatinya, tiba-tiba mendorongnya untuk segera mengambil sebuah keputusan.

'Baiklah! Aku akan menyelamatkanmu Sean. AYAH, AKAN DATANG DAN MEMBAWAMU PULANG KE RUMAH!'

THEIR MERMAN [COMPLETE]Where stories live. Discover now