THE GLASS PRISON

3.7K 358 34
                                    


Juni 2015


"Paman!"

Sean-kecil, menghampiri Tommy yang saat itu tengah bersantai di kursi malasnya sambil menonton TV. Perut pria itu terlihat lebih buncit beberapa hari terakhir terutama saat ia meletakkan remote TV itu ke atasnya. Sean berlari dan tak sengaja menabrak paha gempal Tommy yang saat itu melintang ke atas meja. Membuat Sean seketika terpental, jatuh ke atas karpet namun cepat-cepat berdiri kembali.

"Ya ampun! Kau tidak apa-apa? Berapa kali paman bilang jangan berlarian di dalam rumah."

"Maaf-Paman." Sean mengusap-usap pantatnya, berjalan menghampiri Tommy.

"Paman hanya tidak mau kau jatuh dan terluka. Lihat pantat kecilmu." Tommy membalikkan tubuh kurus Sean dan menepuk-nepuknya. "Oh, astaga, kau bisa kehilangan pantatmu jika kau tidak pernah hati-hati. Peri-peri tidak pernah memperbaiki pantat anak-anak. Begitu juga Santa Claus." Candanya mengangkat tubuh Sean kemudian, membuatnya tengkurap di atas pahanya, mengusap semakin kencang, hampir seperti menggelitik. Membuat Sean seketika tertawa hingga suaranya mematahkan kesunyian ruangan itu yang tadinya hanya didominasi oleh suara TV.

"Berhenti paman." Sean menggeliat geli di atas pangkuan Tommy ketika pria itu semakin bersemangat.

"Rasakan ini, rasakan seranganku!" Pria itu terus memainkan jemarinya. Ini sudah ratusan kali mereka lakukan. Tommy senang dengan caranya menggoda keponakannya tersebut. Menggelitik. Ia memang sering menggelitiki Sean setiap ada kesempatan. Anak itu sangat menggemaskan jika tertawa lepas seperti itu. Mulut mungil Sean, dapat mengeluarkan suara-suara ceria khas anak-anak yang dapat mencairkan kejenuhannya.

"Oke, oke paman berhenti." Ia akhirnya berhenti setelah beberapa saat. Mengambil nafas sejenak dan membenahi posisi mereka. "Jadi, apa yang membuatmu bersemangat hingga berani menabrakku, jagoan-kecil?" Tanyanya kemudian.

Sean duduk di atas pangkuan Tommy sedikit lebih tenang. "Ibu, ibu berjanji akan memberiku anak anjing jika aku berani masuk ke dalam air di kolam tempat ibu berlatih!"

"Apa?"

"Ibu-bilang, ibu, akan memberiku anak anjing jika aku mau masuk ke kolam tempat ibu berlatih menjadi Mermaid."

"Anak anjing?"

"Anak anjing. Anak anjing berbulu putih seperti yang selama ini kuinginkan. WOOF! WOOF!" Celoteh Sean dengan menarik kedua tangannya tepat di depan dada dan berakting seolah-olah ia adalah mahkluk berkaki empat tersebut.

"Wow, itu hebat."

"Dan aku akan memberinya nama Alex."

"Alex?"

"Ya, Alex. Aku akan mengajak Alex bermain setiap hari. Bermain di belakang rumah, bermain di kamar ibu, bermain di..-"

"Jangan mencoba merusak alat rias ibu lagi Sean. Dan, bukankah Alex adalah namamu juga?" Sela Alexa tiba-tiba. Ia menghampiri dua pria tersebut dari ruang depan. Tak terasa hampir seharian sejak kunjungannya ke kediaman Tommy hari itu. "Jadi, besok kau sudah siap ikut dengan ibu sayang?"

Sean kehilangan binar-binarnya dalam sekejap ketika wanita itu melangkah semakin dekat.

Tommy menegakkan posisi duduknya. "Jangan terlalu memaksanya. Dia berbeda denganmu." Kata pria itu yang sesekali memperhatikan wajah Sean yang mendadak lesu. Ia tahu benar kalau Sean, tak pernah berani berurusan dengan air selain berada di bak mandi beserta dengan semua bebek-bebek karetnya.

"Apa kau mau bilang kalau dia lebih mirip ayahnya? Pria timur itu sama sekali tak bisa berdekatan dengan air. Bahkan berenang teknik dasar pun dia tak tahu. Dia selalu menjauhi air, apa kau mau bilang kalau dia seperti itu dan akan terus membuatnya seperti itu?!"

THEIR MERMAN [COMPLETE]Where stories live. Discover now