NINE

31.6K 4.3K 57
                                    

Happy reading-!♡


Berpedang.

Tak pernah kusangka aku bisa sangat pandai bermain pedang. Aku memang dulu pernah mempelajari berbagai macam ilmu bela diri, tapi belum pernah sekalipun aku belajar berpedang, karena di duniaku yang dulu, ilmu berpedang itu hal tabu.

Nggak bisa digunakan di kehidupan juga, karena ketahuan bawa senjata aja udah kelihatan nggak bagus, apalagi bawa-bawa pedang kemana-mana, pasti orang-orang kira aku cewek stres.

Saat ini aku berlatih pedang dengan Lilia, kesatria perempuan terbaik yang menjadi anggota inti pasukan Glover, pasukan Glover adalah pasukan militer utama keluarga Duke Xavier.

Lilia bertepuk tangan kagum, "Bagus, kemampuan Nona Alsyena meningkat pesat sekali, jika diteruskan Nona bisa mengalahkan kemampuan saya," Ucapnya memujiku.

"Tidak Lilia, Kau berlebihan. Ini semua kan berkat Lilia yang dengan sabar mengajariku," balasku.

Kuakui, cara mengajar Lilia memang tegas dan kejam. Tapi aku suka caranya mengajar, berkatnya aku bisa dengan cepat menguasai ilmu berpedang.

"Untuk saat ini, latihan cukup berakhir disini, silahkan beristirahat Nona Alsyena," ujar Lilia mengakhiri kelas berpedang.

•••

"Axel!"

Tanpa sadar, aku menoleh pada Axel dan memanggil namanya. Aku sungguh-sungguh terkejut dengan keberadaan tak terduga yang baru saja muncul didepanku.

Bagaimana tidak terkejut?

Tepat di depan mata, aku melihat sebuah layar transparan berwarna putih kebiruan yang bersinar terang.

"Xel lo liat nggak?" Tanyaku memastikan.

Axel menggeleng, "Lihat apaan?" Tanyanya bingung. Itu tandanya dia tidak bisa melihat layar transparan yang muncul didepanku ini.

"Apa-apaan? Siapa kalian! Muncul nggak! Kalo nggak muncul, gue suruh Axel buat hajar lo!" Teriakku panik.

Axel memukul lenganku, "Lo kenapa anjir? Apa jangan-jangan lo udah gila? Lessy jangan gila, ntar gimana nasib gue?!" Tangannya meraba-raba wajahku.

Aku mendorong kepala Axel yang terlalu dekat denganku, dengan jari telunjuk, "Gue sehat! Sehat banget, sampai bisa salto sekarang juga!" Balasku kesal, masa aku dikira gila?

Tapi, bagaimana jika aku benar-benar gila? Sampai berhalusinasi bisa melihat layar terang didepanku? Arghh aku pusing!

Aku memijat pelipisku, "Udah lah, lo keluar dari kamar gue, kayaknya gue kecapekan. Tadi habis latihan pedang." Usirku pada Axel.

Axel menatapku khawatir, tapi dia tetap menuruti ucapanku dan berlalu pergi keluar kamar.

Setelah Axel keluar, keadaan ruangan hening. Hanya ada aku sendiri di kamar luas ini, dan juga layar didepanku yang hanya kuanggap sebagai halusinasi semata.

Saat aku ingin merebahkan diri diatas kasur, layar tersebut tiba-tiba berkedip-kedip dan tak lama muncul suara yang mengejutkanku.

“Halo, selamat datang di sistem 005. Perkenalkan saya Rezero, saya adalah sistem yang akan membimbing tuan di dunia ini.”

Suara kaku tersebut membuatku merinding.

Gila.

Hanya itu kata-kata yang bisa kuungkapkan untuk menjelaskan tentang sesuatu itu.

"Apa-apaan? Apa halusinasi gue makin parah? Bukan cuma ngeliat tapi juga bisa denger suara?!" Ucapku tak percaya.

Dan apa tadi dia bilang? Mau membimbingku di dunia ini? Hah, memangnya dia tuhan?!

Gila! Tidak masuk akal!

Jiwaku dan Axel yang berpindah ke dalam dunia novel saja sudah sangat diluar akal sehat, apalagi ditambah sistem-sistem seperti ini?

Sepertinya dunia sudah benar-benar gila!

Lama-lama aku yang gila!

.
.
.
Bersambung...

Another DimensionWhere stories live. Discover now