FIFTY-FOUR

8.6K 1.4K 30
                                    

Happy reading-!♡

Setelah diperiksa, ternyata tak banyak luka dalam yang dialami oleh Alsyena.

Sang tabib mengerutkan keningnya, bagaimana bisa? Padahal ia tahu betul Alsyena terluka parah tadi, tapi setelah ia memeriksanya lebih detail, ternyata kondisi Alsyena tak separah yang ia pikirkan.

Meskipun begitu, tabib tetap melanjutkan tugasnya dan mengalirkan energi internal yang cukup untuk membuat kondisi Alsyena membaik dan sehat seperti semula.

Alsyena terkekeh, "Apa kubilang, aku baik-baik saja." ia menarik tangannya, "Terima kasih sudah memeriksa dan menyembuhkanku." ucapnya.

Gadis itu dengan senyuman yang teduh menatap semua orang yang melihatnya dengan wajah khawatir. "Sudahlah aku benar-benar tak apa. Lihat, aku sudah sehat." ucapnya sambil menggerak-gerakkan tangannya ke depan dan belakang.

Vazeon tersenyum tipis melihat itu. Ia mengusak rambut Alsyena pelan, "Baguslah."

Sedangkan Azlan tiba-tiba saja menatap Vazeon dengan pandangan yang tajam dan sinis. Membuat Alsyena menatap mereka berdua bingung.

'Apa yang terjadi?'

Alsyena menggelengkan kepalanya, tidak terlalu memikirkan tentang apa yang terjadi dengan mereka berdua.

"Kerja bagus semuanya. Kita berhasil menyelesaikan misi ini." ucap Alsyena menyemangati semua orang.

Semuanya bersorak senang mendengar itu.

"Ini semua juga tak luput dari bantuan Syena. Kekuatan elemen cahaya Syena tadi sangat luar biasa. Kami semua berjanji akan merahasiakan tentang kebangkitan kekuatan itu." balas Ally mewakili anggota Shadow lainnya.

Tak tahu harus membalas apa, Alsyena hanya tersenyum.

•••

Besoknya, kabar tentang keluarga bangsawan Count Livocs yang melanggar hukum Kekaisaran, yaitu dengan melakukan pelelangan ilegal yang menjual belikan manusia, tersebar luas di seluruh penjuru.

Kabar tentang seluruh keluarga Count Livocs yang dieksekusi mati secara rahasia pun juga tersebar.

Kehancuran dari keluarga bangsawan Count Livocs yang cukup tiba-tiba itu membuat kegemparan di Kekaisaran Rhyster.

Rumor itu semua disebarkan oleh para anggota Shadow. Mereka sepakat menyebarkannya tanpa menyertakan informasi aslinya, yang mana demon juga berperan dalam kejadian itu.

Akan berbahaya jika mereka mengumumkan perihal makhluk itu kepada seluruh dunia. Yang ada hanya menyebabkan kerusuhan yang tidak dibutuhkan.

Sekarang belum waktunya untuk itu.

"Alsyena."

"Ya, Ayah."

Anak dan Ayah yang sudah lama tidak bertemu itu terlihat menghabiskan waktu bersama menyesap teh di taman kaca.

"Benarkah apa yang kudengar dari bocah bernama Vazeon itu?"

Alsyena mengangguk, ia menyesap teh hangat untuk menenangkan dirinya.

"Ya, Ayah." ia memejamkan matanya, takut akan seperti apa Ayahnya bersikap setelah mengetahui tentang hal yang sudah dilaporkan oleh Vazeon.

Sejak dua tahun yang lalu, setelah Alsyena ketahuan bergabung dengan organisasi Shadow, Ayahnya itu mengizinkan dengan salah satu syarat yaitu Vazeon yakni ketua dari Organisasi Shadow itu harus melaporkan setiap hal yang terjadi pada Alsyena, kepadanya.

Duke Legter memijat pangkal hidungnya, dan menghela napas panjang. "Hhh ... Aku tidak percaya putriku menyembunyikan kekuatan sebesar itu."

Alsyena meneguk ludahnya, tamat sudah. Kekuatan yang selama ini bersembunyi ditubuhnya sudah bangkit. Kini seluruh anggota Shadow dan keluarganya tahu tentang itu.

Duke Legter menatap kearah putrinya yang cantik dengan rambut putih keperakan, yang diturunkan dari ibunya. Satu-satunya pemilik rambut putih keperakan di keluarga ini.

Setelah menatap putrinya cukup lama, ia kemudian mengatakan sesuatu pada putrinya.

"Kau tahu kan apa makna dari kekuatan yang besar itu?"

Alsyena mengangguk perlahan. "Ya."

"Kekuatan yang besar berarti, tanggung jawab yang diemban juga sangatlah besar."

"Putriku ... harusnya kamu hanya bersenang-senang dan tidak perlu memikirkan apapun. Ini semua salah Ayah sejak awal. Maafkan Ayahmu ini." ia tidak rela putrinya harus menanggung beban yang berat diumur semuda ini.

Tangan kecil itu berusaha menggenggam tangan besar Ayahnya. "Aku sudah mendengar Ayah mengucapkan maaf beribu-ribu kali. Sudah kubilang jangan terus menyalahkan diri Ayah. Aku sudah memaafkan Ayah."

"Aku hanya ingin Ayah membantuku."

"Jika kita melakukan bersama-sama, tidak akan begitu berat."

"Baik. Ayah akan membantu meringankan beban itu dengan seluruh kemampuan yang Ayah punya. Hingga akhir hayat Ayah."

Percakapan mendalam di sore hari yang cerah itu. Terekam jelas dibenak mereka.

.
.
.
Bersambung ...

Akhirnya aku update, maaf sudah berbulan-bulan lamanya aku tidak muncul. Aku akhirnya menemukan mood untuk menulis kembali 😔🙏

Another DimensionWhere stories live. Discover now