THIRTY-THREE

17.1K 3K 45
                                    

Happy reading-!♡


Besoknya, aku baru melaksanakan misi yang diberikan sistem.

Namun yang berbeda adalah, sekarang aku tidak hanya berdua dengan Marry, aku ditemani juga oleh Altheo. Ya, laki-laki yang kutemui kemarin.

Dia bilang, akan berbahaya meninggalkanku sendirian hanya dengan satu pelayan disini. Karena aku tidak mau pulang ke mansion, alhasil dia menawarkan diri untuk menemaniku selama di daerah kumuh ini.

Huh, dia tidak tau saja, siapa aku sebenarnya.

Aku bukanlah gadis yang selemah itu.

Aku mulai mengeluarkan barang-barang dari dalam kantung dimensi. Kantung dimensi adalah sebuah tas yang sudah diberi sihir, kantung itu dapat menyimpan banyak barang di dalamnya.

Ayahku lah yang memberikan kantung ini kepadaku, karena, ia tak mau aku kesulitan. Dengan membawa kantung dimensi ini, bepergian akan jauh lebih efisien.

Aku, Marry, dan dibantu juga oleh Altheo, langsung saja membagikan berbagai barang-barang kebutuhan sehari-hari, kepada para warga di sekitar.

Mission success.

“Point sedang di akumulasi kan.”

20.000 point berhasil didapatkan.”

___________________
Jendela informasi
___________________

Nama              : Alsyena De'Xavier
Umur              : 12 tahun
Disposisi       : Penyihir yang ahli berpedang
Class               : Heroic {Mage}
Tittle               : Gadis seperti dewi
Skill spesial  : Elemen cahaya
Skill umum   : Elemen kegelapan, elemen api, elemen angin, elemen tanah, elemen air, elemen es, dan elemen udara.
Kecerdasan   : 80%
Kecantikan   : 50%
Daya tarik     : 45%

Point                : 10.020.000
____________________

Layar sistem langsung muncul didepanku.

Jangan terkejut dengan beberapa perubahan yang tertera di dalam layar.

Semuanya sudah banyak berubah selama dua tahun ini.

Aku mendapatkan kelasku, yaitu sebagai penyihir dengan rank heroic, aku juga mendapatkan posisi sebagai penyihir yang ahli berpedang.

Poin yang kumiliki juga sangat banyak. Itu semua berkat semua poin yang kukumpulkan setelah melaksanakan misi-misi yang diberikan sistem.

Berkatnya, aku menjadi sedikit terkenal di Kekaisaran Rhyster ini, terutama di wilayah kekuasaan Duke Xavier, yaitu Duchy.

Aku dikenal dengan sebutan 'gadis berambut perak yang seperti dewi'

Karena setiap aku muncul, aku selalu berbagi kebaikan yang ku punya.

Memang, awalnya itu semua kulakukan karena sistem yang menyuruhku, namun lama kelamaan aku mulai menikmati kegiatan itu.

Aku diduniaku yang dulu tidak pernah melakukan hal seperti ini, tapi sekarang, di kehidupanku yang kedua ini aku akan menebarkan kebaikan sebanyak-banyaknya, aku juga akan membela kebenaran, dan tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan teguh.

"Nona muda sungguh baik hati, terima kasih atas bantuannya. Kami tidak akan pernah melupakan bantuan dari Nona muda." ucap seorang laki-laki bertubuh tinggi, namun kurus. Ia bersujud di depanku, bersama dengan para warga yang lainnya.

Dia adalah Joe, kepala desa di desa Falling Tears ini.

Langsung saja aku membantunya berdiri, lalu melambaikan tangan, merasa tak enak, "tidak, ini bukan bantuan sebesar itu, tidak perlu sampai bersujud seperti ini." ucapku.

"Tidak Nona, bagi kami, orang yang terbuang ini, bantuan Nona muda sangatlah besar, terima kasih. Jika Nona membutuhkan bantuan, kami akan selalu membantu dan mendukung Nona, meskipun kekuatan kami tidak terlalu besar." jawab Joe, matanya terpancar kebahagiaan juga penuh perasaan haru.

Aku balas tersenyum, "ya, aku akan mengingatnya."

Setelah urusanku selesai di daerah kumuh ini, aku dan Marry kembali bersiap-siap untuk pulang ke mansion.

"Apa kau pulang dengan kereta kuda?" tanya Altheo.

Aku menoleh kearahnya dan menunjukkan raut wajah yang lembut, "Saya akan menunggangi kuda."

Altheo tersentak, "Hah? Darimana kau mendapatkan kuda?"

Aku tersenyum bangga, "pemilik penginapan punya beberapa kuda. Dan saya membelinya satu, tapi, harganya terlalu mahal dibandingkan harga biasa. Yah, saya mengerti sih, itu semua karena keadaan mereka."

Altheo mengangguk, "kau bisa berkuda rupanya."

Aku menatapnya sedih sambil pura-pura mengusap air mataku yang keluar, "Anda meremehkan saya ... ?"

Aku tertawa dalam hati saat melihat Altheo yang terserang panik saat melihat aku benar-benar mengeluarkan air mata. Hah ... padahal air mata ini keluar karena aku sangat mengantuk, bukan karena aku benar-benar menangis haha.

"Jangan menangis, aku tidak bermaksud meremehkan mu." ucapnya sambil menepuk-nepuk kepalaku yang hanya sebatas ketiaknya. Aku tidak menepisnya sih, karena tepukannya lumayan membuatku nyaman.

Sedangkan Marry terkejut dengan perubahan emosiku, "N-nona anda menangis? Tidak biasanya anda cengeng seperti in-"

Ucapan Marry berhenti kala mendapat pelototan tajam dariku.

"Kau sedang berbicara apa? kenapa tidak dilanjutkan?" tanya Altheo bingung pada Marry.

Marry menggaruk-garuk belakang telinganya. "Ah-haha tidak. Tidak ada." jawabnya.

"Ya sudah, urusan kami disini sudah selesai. Kami akan segera kembali." ucapku lalu berbalik pergi menuju kuda yang sudah di siapkan.

"Tunggu!" cegat Altheo.

Aku berhenti sejenak lalu berbalik, "ada apa lagi?"

Altheo menatap ragu padaku, "ehm, bolehkah aku mengantarmu? aku khawatir akan banyak hal-hal berbahaya di luar sana. Jika kau pergi bersamaku, aku bisa menjamin keselamatanmu."

Aku terdiam sejenak. Sebenarnya, aku bisa melindungi diriku sendiri. Tapi, aku tidak boleh terlalu sombong dan berbangga diri, karena di luaran sana masih ada banyak orang yang lebih kuat dari aku.

Apalagi ditambah aku harus melindungi Marry juga. Yah, aku tau, aku masih punya Leon yang akan membantuku bertarung, namun ... akan merepotkan jika Leon terlihat oleh orang lain.

Belum waktunya untuk memperkenalkan Leon ke dunia luar, karena jika orang lain tau tentang keberadaan Leon, tidak akan ada hari baik yang berjalan, itu semua karena orang-orang jahat dan serakah akan berusaha merebut Leon dariku.

Aku masih belum cukup kuat untuk bisa melindungi Leon, jadi untuk sekarang, tugas Leon hanyalah menemaniku.

"Yah, itu bukan ide buruk. Baiklah, mari pergi bersama." ucapku menerima tawarannya.

Entah ini penglihatanku yang bermasalah atau memang apa yang kulihat ini benar. Aku melihat Altheo tersenyum senang walaupun hanya sekilas mata saja.

Entahlah, aku tidak peduli.

Aku tidak tau apapun tentangnya. Bagaimana bisa dia berakhir di daerah kumuh ini? Atau, apakah dia sama sepertiku, yang hanya memiliki urusan di daerah kumuh ini? Siapa dia sebenarnya? Namanya cukup familiar di kepalaku, tapi aku belum bisa mengingat, kapan dan dimana aku pernah mendengar namanya.

Hah ... merepotkan.

.
.
.
Bersambung...



Another DimensionWhere stories live. Discover now