FOURTEEN

25.7K 3.8K 39
                                    

Happy reading-!♡

"Adik Syena! Kamu kemana saja? Aku mencarimu ke seluruh tempat yang ada di mansion, tapi tidak menemukanmu ... hiks, kukira kamu diculik," tangis Ravano sambil memeluk erat tubuhku.

Aku meringis, "Iya, aku memang diculik tadi, Oleh Vaz." Gumamku pelan, yang untungnya tak didengar oleh kedua kakak kembarku.

Aku mengelus punggung Ravano, "Maaf Kak. Syena tadi ketiduran di atas pohon, makanya Kakak tak menemukan Syena di manapun." Jawabku beralasan, tidak mungkin kan aku memberi tahu dia yang sebenarnya terjadi.

Ravino menatapku khawatir, "Lain kali kalau mau pergi, bilang dulu. Biar kita tidak menghawatirkanmu. Dan juga, kenapa kamu naik-naik keatas pohon? Kalau terjatuh bahaya! " ucapnya.

Aku kembali meringis, lalu melepaskan pelukan Ravano, "Oke maaf, tadi Syena sedang bosan jadi Syena memanjat pohon di taman belakang. Lain kali Syena akan izin dulu ke Kak Vano dan Kak Vino jika ingin pergi. Sudahlah Kak Vano jangan menangis lagi, Syena tidak kenapa-kenapa!" Ucapku sambil mengusap air mata di pipi Ravano.

Ravano mengangguk patuh, aku sungguh gemas dibuatnya, seakan-akan aku bisa melihat sebuah telinga dan ekor anjing muncul pada dirinya, terlihat seperti seekor anak anjing penurut yang lucu.

Ah aku teringat sesuatu, "Kak, Syena ingin belajar sihir, apakah Kakak bisa mengajari Syena?"

Walaupun aku sudah bisa mengeluarkan beberapa sihir tanpa mengucapkan mantra, karena sihir itu mengalir begitu saja. Tetap saja, aku harus belajar sihir, karena aku ini manusia dari jaman modern yang terdampar di dunia fantasi seperti ini, jelas saja aku tak begitu familiar dengan sihir, karena di dunia modern tak ada yang seperti itu.

Ravano tersentak, "Adik, kamu sudah bisa merasakan mana? Benarkah?!"

Ravano memegang bahuku dan sedikit meremasnya, wajahnya tampak terkejut sekali. Memangnya kenapa kalau aku sudah bisa merasakan mana dan ingin belajar sihir? Kan itu sudah hal yang biasa di dunia ini, bahwa semua orang mempunyai kekuatan sihir.

Aku menatapnya aneh, "Bukannya itu memang sudah biasa ya kak?"

Ravano menggeleng, "Adik! Kamu jenius! Biasanya seorang anak akan bisa merasakan dan membangkitkan mana sihirnya saat berumur 12 tahun. Tapi, kamu bahkan sudah bisa merasakan aliran mana saat masih berumur 10 tahun! Aku harus segera memberi tahukan ini pada Ayah!" Jelasnya padaku.

Astaga! Aku lupa! Di novel dituliskan bahwa Alsyena menyembunyikan kekuatannya, dan baru diberi guru sihir saat berusia 12 tahun, karena itu usia normal seseorang membangkitkan kekuatan sihirnya.

Ravano dengan cepat pergi ke ruangan Ayah untuk memberitahukan perihal aku yang sudah bisa merasakan mana.

Aku melirik Ravino, "Gimana ini? Gue lupa," Bisikku pelan.

Ravino melotot, "Salah sendiri, tapi gue dukung sih. Dengan begitu, alur novel bakal sepenuhnya berubah, dan lo nggak bakal kehilangan nyawa kayak yang ada didalam novel." Balasnya sambil memberikan jempol padaku.

Aku mendengus, lalu pergi meninggalkan Ravino alias Axel itu, dan menuju ke kamar.

•••

Lima hari sudah berlalu sejak Ravano memberi tahu Ayah tentangku yang sudah bisa merasakan aliran mana. Sejak itu juga Ayah memanggilkan guru sihir terbaik dari menara sihir Kekaisaran, entahlah apa yang dia pikirkan. Aku merasa sikap Duke tak sekeras yang ada dinovel.

Oh iya, tentang Vazeon ... Laki-laki itu belum menunjukkan batang hidungnya lagi didepanku. Sebenarnya aku tidak peduli, hanya saja aku sedikit merasa dibohongi. Sebab waktu itu ia bilang akan menjemputku dan mengenalkan ku secara resmi pada anggota kelompoknya yang lain.

Another DimensionWhere stories live. Discover now