THIRTY-FOUR

19.5K 3.3K 202
                                    

Happy reading-!♡


Seperti yang sudah diperkirakan, perjalanan tidak mungkin hanya berjalan lancar dan mulus-mulus saja.

Pasti ada saja hambatan-hambatan yang tak terduga menunggu di sepanjang perjalanan.

Seperti sekarang ini, perjalanan kami harus tertunda karena sekumpulan bandit yang mencegat kami di tengah jalan sepi dengan hutan bambu di sepanjang jalan.

Tempat ini adalah tempat yang paling cocok untuk para bandit menjarah para bangsawan maupun pedagang yang melewati jalur ini.

Altheo turun dari kuda miliknya, lalu berbisik kearahku.

Walaupun aku tidak bisa mendengar suaranya, namun aku bisa membaca pergerakan bibirnya. "Cepatlah pergi bersembunyi," itu yang ingin ia ucapkan padaku.

Aku mengerti apa yang dia maksud, tapi aku tak mengikuti apa yang ia suruh.

Aku tetap diam diatas kuda dengan Marry yang sudah memelukku erat dari belakang. "N-nona, bagaimana ini ... harusnya sejak awal kita tidak usah melewati jalan ini." ucap Marry dengan tubuh bergetar ketakutan saat menyaksikan puluhan bandit berjejer mengepung pergerakan kami.

Aku menghela napas panjang.

Ini akan jadi merepotkan.

Aku akhirnya turun dari kuda, "Marry tetap duduk tenang di atas kuda, ingat ... percayalah padaku." ucapku pada Marry, yang untungnya bisa sedikit menenangkan gadis itu.

"Baik, Nona."

Aku berlari ke depan, dan merentangkan kedua tanganku. Aku yakin, yang lain pasti terkejut dengan tindakanku yang tiba-tiba ini.

"Tolong hentikan! Kau orang jahat! Aku pastikan untuk menghukummu saat kembali ke mansion!" teriakku.

Yah, aku tau itu hal yang bodoh.

Seperti yang kuduga, para bandit idiot itu tertawa terbahak-bahak mendengar ucapanku.

"HAHAHA ... kita mendapatkan tangkapan besar! Gadis itu adalah seorang putri bangsawan!" ucap salah satu bandit, yang terlihat seperti ketua kelompok itu.

"Alsyena! Sudah kubilang untuk pergi bersembunyi!" marah Altheo dan menarik tubuhku untuk berdiri di belakangnya.

Aku menatap punggung tegap milik Altheo, dan tanpa sadar aku menahan tawaku. Lucu saja, orang sepertinya bisa tertipu dengan aktingku.

"Apa kau begitu ketakutan?" tanya Altheo tiba-tiba.

Ah, sepertinya dia salah paham.

Aku begitu keras untuk menahan tawa, hingga tanpa sadar tubuhku terlihat bergetar. Namun, Altheo mengartikan bahwa tubuhku gemetar karena merasa sangat ketakutan.

Astaga, aku jadi semakin ingin tertawa dibuatnya.

Aku menggeleng pelan, "aku tidak papa.

Namun anehnya, Altheo malah menatapku dengan tatapan prihatin.

"BERIKAN GADIS BANGSAWAN ITU! DAN SEMUA HARTA BENDA KALIAN PADA KAMI!" teriak bandit itu, membuat kesadaranku kembali seperti semula.

Aku keluar dari balik punggung Altheo, dan berjalan ke depan.

"Alsyena! Berhenti!" teriak Altheo kalut.

Dia hendak mengejarku namun, segera ia terkepung oleh para bandit yang lain. Akhirnya, terpaksa ia pun melawan semua bandit yang mengepungnya, tanpa bisa mengejarku.

Karena di tempat ini sepi dan tertutup, juga perhatian Altheo yang teralihkan oleh bandit-bandit lain. Aku pun menghapus sihir tembus pandang pada Leon.

Bandit yang lainnya langsung terkejut saat melihat singa berukuran besar tiba-tiba muncul dari tempat kosong.

"ROAAARRR" teriakan Leon bergema di dalam hutan bambu, membuat beberapa bambu berjatuhan karena kerasnya auman Leon.

Hah ... aku tidak bisa menghentikannya saat ini. Karena, Leon sudah dengan sabar menahan semuanya sejak kejadian kemarin. Akhirnya hari ini, ia lepas kendali.

"Selamat bersenang-senang Leon." ucapku sambil melambaikan tangan pada Leon yang sudah berlari menyerang kumpulan bandit.

Aku menengok ke belakang, kulihat Altheo masih sibuk menghabisi para bandit yang mengepungnya, juga melindungi Marry yang masih duduk diatas kuda dengan penuh rasa takut.

Dan aku ... aku hanya bersantai sambil menyaksikan semuanya.

"AAAAA DARIMANA SINGA INI TIBA-TIBA MUNCUL?! CEPAT HABISI SINGA SIALAN INI!!!"

"AARGHHH"

"ROAAARRR"

Tanpa kusadari, ternyata ada satu bandit yang menyelinap ke belakangku, dan hendak membunuhku.

Sepertinya Altheo menyadari itu, dan segera berteriak, "ALSYENA!!!"

CRASSSHH

Aku segera berbalik dan memotong kepala bandit dengan cepat dan gerakan halus yang tidak menimbulkan suara sekalipun, menggunakan belati yang diberikan Altheo padaku.

Darah muncrat keluar, mengotori belati dan pakaianku.

Aku melihat sekelilingku. Altheo, dan bandit yang lain terkejut saat melihatku, kecuali Marry yang memang sudah tau aku sering melakukan hal ini.

"Kelihatannya semua orang begitu terkejut yah?" ucapku diiringi senyum sinis.

Pertarungan masih belum selesai, aku kembali melanjutkan kegiatan menghabisi para bandit yang ada.

Altheo juga seperti menyadari itu, dan kembali fokus dengan apa yang sedang dia lawan.

Setelah beberapa jam. Para puluhan bandit itu sudah rata dengan tanah hanya dengan aku, Altheo dan juga Leon yang menghabisi mereka.

Segera aku membakar mayat mereka semua dengan sihir elemen api, hingga hangus tak tersisa, bahkan abunya sekalipun.

Aku lalu menoleh kearah Altheo, yang sepertinya masih terkejut dan tak percaya.

"Anda benar-benar naif ya." ucapku sambil memutar-mutar belati pemberian Altheo ditanganku.

"Jadi ... itu semua hanyalah akting?" tanya Altheo, tak percaya.

"Maksudnya ... ?" tanyaku polos, pura-pura tak tau.

"Berhenti berpura-pura polos, dan bertingkah seolah kau gadis yang lemah." ucap Altheo kesal.

"Saya tidak berpura-pura. Saya hanya menjaga sopan santun dan tata krama sebagai gadis bangsawan yang lemah dan lembut." jawabku sambil terkekeh pelan.

Altheo nampaknya tidak puas dengan jawaban yang kuberikan.

"Kenapa kau menipuku seperti itu?" tanyanya lagi.

Aku mengendikkan bahu, "Saya tidak mencoba menipu anda tuh, anda saja yang mudah tertipu."

Altheo terlihat kesal sekali dengan jawabanku.

Aku mengibaskan tangan padanya, "sudahlah, saya akan segera pergi. Semoga kita tidak berjumpa lagi." ucapku sambil tersenyum puas.

Ah, aku teringat sesuatu. "Dan juga! Tentang singa yang anda lihat itu, anggap saja anda tidak pernah bertemu dan melihatnya. Paham?!"

Setelah mengucapkan itu, aku berbalik dan segera menaiki kuda dengan Marry. Sedangkan Leon mengikuti di belakang dengan sihir tembus pandang milikku agar tak terlihat oleh orang lain.

.
.
.
Bersambung...












Another DimensionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang