THIRTY-TWO

17.9K 3.2K 78
                                    

Happy reading-!♡


-AUTHOR POV-

Setelah kejadian itu, Alsyena dan Marry di bawa ke sebuah rumah penginapan kecil tempat laki-laki berjubah itu tinggal, tentu saja setelah bertanya terlebih dahulu pada Alsyena, setuju atau tidak.

Dan Alsyena menyetujuinya, akhirnya ia dan Marry pun mengikuti laki-laki berjubah itu.

Laki-laki itu mempersilahkan Alsyena dan Marry duduk, lalu menuangkan air dari teko ke gelas dan menaruhnya di meja.

"Minumlah, kalian pasti masih terkejut karena mengalami hal tadi," ucapnya ramah.

Alsyena melirik sebentar pada gelas didepannya, Laki-laki itu menyadarinya, lalu meminum air dari teko, "tenang saja, itu tidak beracun ataupun diberi obat tidur." ucapnya.

Alsyena tersenyum polos, "ah saya tidak bermaksud meragukan anda hehe, saya tau niat anda baik." ujarnya lalu segera meminum air dalam gelas.

"Terima kasih Tuan, sudah mau membantu kami." lanjut Alsyena.

Laki-laki berjubah itu mengangguk lalu melepas jubah yang menutupi seluruh tubuhnya. "Tidak masalah."

Alsyena dan Marry tersentak saat melihat penampilan dibalik jubah laki-laki itu.

Ternyata laki-laki itu memiliki paras yang amat rupawan, dengan rambut hitam legam dan mata berwarna biru gelap, tatapan matanya yang dalam, sedalam samudra tak berujung. Saat menatap matanya, seakan terhanyut dalam hamparan lautan yang indah, membuat hati menjadi teduh.

Alsyena segera tersadar, lalu menggeleng pelan.

"Mari kita perkenalkan diri ... saya Alsyena, dan anda?"

"Altheo."

Alsyena mengerjap, entahlah, ia seperti pernah mendengar nama itu, tapi tidak dapat mengingat dimana dan kapan dia mendengarnya.

"Baiklah, terima kasih Tuan Altheo. Saya pastikan akan membalas budi pada anda," ucap Alsyena sambil tersenyum manis.

Altheo menggeleng, "tidak perlu."

"Oh, kau berkata bahwa kau anak perempuan dari keluarga Grand Duke kan? Dari keluarga Duke mana kau berasal?" tanya Altheo.

"Duke Xavier," jawab Alsyena polos.

Dahi Altheo mengerut, "aku tidak pernah dengar bahwa Duke Xavier memiliki seorang putri."

Alsyena mengangguk, "saya memang belum resmi diperkenalkan, tetapi siapapun yang kenal dekat dengan Duke pasti akan tau. Bahwa Keluarga Xavier memiliki anak perempuan." balas Alsyena.

Itu semua karena Duke Legter De'Xavier yang sejak awal memang mengabaikan Alsyena, jadi anak perempuan itu tidak diperkenalkan ke dunia luar, namun karena dua tahun yang lalu, hubungan Alsyena dan keluarganya mulai membaik setelah saling terbuka, Alsyena mulai dikenalkan pada para keluarga bangsawan yang dekat dengan Duke Xavier dan juga para rakyat di wilayah kekuasaan Duke yaitu, Duchy.

"Jadi ... sedang ada urusan apa putri seorang Duke berjalan-jalan di daerah kumuh ini?" tanya Altheo.

Alsyena tersenyum "Eumm, saya pernah mendengar kalau daerah kumuh kekurangan, saya hanya ingin membantu para warga yang tinggal disini."

Altheo berpikir, anak perempuan yang duduk di depannya ini terlalu baik dan sangatlah polos.

Namun, ia tidak bisa membiarkan anak perempuan ini berkeliaran lebih lama di daerah ini, karena sangat berbahaya.

"Bagaimana kalau sekarang kau pulang saja?"

Alsyena mengernyit bingung, dari awal percakapan, laki-laki itu terus saja berbicara informal padanya, padahal laki-laki itu tau status Alsyena yang merupakan putri keluarga Duke. Dan sekarang, laki-laki itu berani menyuruhnya pulang? Siapa sebenarnya identitas laki-laki ini?

"Kenapa?"

"Karena, jika kau tinggal di daerah ini lebih lama, itu akan sangat berbahaya. Kejadian sebelumnya mungkin bisa terjadi lagi."

Altheo meneguk pelan air dalam gelas, "karena kau itu ... sangat cantik. Kau terlalu menarik perhatian, dan akan ada banyak orang jahat yang akan mengincarmu untuk diculik lalu dijual dengan harga tinggi." lanjut Altheo.

Alsyena tersentak pelan, namun segera tersadar. "Lalu, Tuan Altheo, apakah anda juga termasuk orang-orang itu?"

Altheo diam sebentar, 'Ah aku pasti sudah membuat dia ketakutan.' batinnya.

Altheo merogoh sakunya, ia memegang sebuah belati, lalu meletakkannya di depan Alsyena.

"Apa ini?" tanya Alsyena bingung.

"Ini alat untuk keselamatan. Kau bisa menggunakannya jika dibutuhkan." jelas Altheo.

"Bagaimana?" tanya Alsyena lagi.

"Jika menurutmu aku akan berbuat sesuatu yang buruk padamu, segera tusuk aku dengan belati itu." ucap Altheo.

Tanpa Altheo sadari, Alsyena tersenyum miring saat menerima belati itu ditangannya.

.
.
.
Bersambung...

Another DimensionWhere stories live. Discover now