FOURTY-SEVEN

10.3K 1.7K 39
                                    

Happy reading-!♡

Kini Alsyena sudah berada di kamarnya.

Setelah Alsyena muncul secara tiba-tiba di dalam kamar tadi, Marry yang sedang merapikan tempat tidur terlihat biasa saja dan tetap melanjutkan kegiatannya.

Marry sudah terbiasa menyaksikan pemandangan aneh itu, karena sangking seringnya Nona mudanya itu muncul dan menghilang tiba-tiba.

"Apa Nona ingin dibawakan cemilan?" tanya Marry setelah selesai merapikan tempat tidur dan membantu Alsyena membersihkan diri.

Alsyena yang duduk di pinggiran kasur, menggeleng pelan. "Tidak perlu, aku sedang tidak ingin makan."

Marry menatap Alsyena dengan khawatir, "Tapi Nona, anda tidak ikut makan malam bersama tuan Duke dan para Tuan muda tadi. Bagaimana jika Nona jatuh sakit karena tidak makan dengan teratur?"

Alsyena terkekeh geli melihat tingkah Marry yang begitu memperhatikannya, ia memasang senyuman lembut dan berkata, "Tenanglah Marry, tidak perlu terlalu khawatir begitu. sebenarnya saat diluar tadi aku sudah makan."

Alsyena tidak berbohong, tadi setelah selesai membahas tentang masalah demon, Azlan menawarkan untuk makan malam bersama. Karena Alsyena kebetulan belum makan, dan waktu sudah menunjukkan waktu makan malam, alhasil Alsyena pun menerima ajakan tersebut.

Marry menghembuskan napas lega, "Bukannya saya terlalu khawatir Nona. Saya hanya tak ingin Nona muda saya yang manis dan baik hati ini terluka dan jatuh sakit." balasnya.

Alsyena menggeleng, "Itu sama saja Marry." ucapnya diselingi tawa kecil.

Marry menunjukkan cengirannya, "Hehe. Baiklah jika tak ada lagi yang Nona perlukan, silahkan beristirahat dengan nyaman. Jika ada yang Nona inginkan, tekan saja loncengnya, Marry akan sedia setiap saat untuk Nona!" ucapnya ceria lalu pergi meninggalkan kamar Alsyena.

Alsyena tersenyum geli melihat Marry yang begitu ceria.

Padahal awal-awal hubungan mereka tak sedekat ini, dulunya hanya seperti atasan dan bawahan yang kaku.

Namun lama-kelamaan mereka berdua mulai dekat, Alsyena menganggap Marry sebagai teman sekaligus orang yang bisa ia percaya. Sedangkan Marry menganggap Alsyena sebagai Nona muda yang harus ia jaga dan rawat dengan sepenuh hati. Ia menganggap Alsyena sudah seperti adik perempuannya sendiri.

Setelah Marry meninggalkan ruangan, Alsyena merubah posisinya dan merebahkan tubuhnya diatas kasur sambil terlentang.

Rezero hinggap di rambut perak panjang milik Alsyena.

"Tuan, saya bukan kekuatan yang bisa Tuan gunakan untuk melawan demon. Saya hanyalah sebuah sistem yang membantu membimbing hidup Tuan di dunia ini. Bisa dibilang saya hanyalah bonus dari kekuatan elemen cahaya Tuan." ucap Rezero memulai percakapan.

Alsyena mengangguk pelan, "Ya, aku tahu."

Alsyena mengulurkan tangannya ke atas, tak lama kemudian Rezero terbang dan hinggap di jari telunjuk Alsyena.

"Rezero, apakah menurutmu Azlan benar-benar orang yang bisa kupercayai? Aku terlalu takut untuk mempercayai seseorang. Aku takut jika sudah mempercayainya, mereka justru akan menusukku dari belakang dan menghianatiku." ucap Alsyena.

Rezero memeluk jari Alsyena, "Menurutku Azlan bukan tipe orang seperti itu. Dia memang terlihat jahat dan licik, tapi itu mungkin memang cara dia untuk melindungi dirinya dari dunia yang kejam."

"Cobalah mempercayainya seperti kau berusaha mempercayai orang-orang terdekat disekitarmu."

Alsyena tersenyum kecil, "Baiklah, terima kasih atas nasihatmu."

Another DimensionWhere stories live. Discover now