THIRTY

19K 3.1K 9
                                    

Happy reading-!♡


Setelah makan siang bersama Cassian, aku segera pergi lagi menuju ruangan Ayah.

Itu semua karena tiba-tiba aku mendapatkan misi dari sistem.

Misi itu mengharuskan aku untuk pergi ke daerah kumuh untuk membantu rakyat jelata disana.

Dan sudah pasti itu akan memakan waktu perjalanan yang lumayan lama, jadi aku harus memberitahu Ayahku perihal aku yang akan meninggalkan mansion. Karena jika tidak, Ayahku akan marah dan merajuk padaku.

Tok tok tok.

Hans, kepala pelayan yang sudah mengabdikan diri pada rumah tangga keluarga Duke Xavier sejak tiga generasi itu mengetukkan pintu ruangan kerja Ayah, untukku.

"Nona Alsyena ingin bertemu, tuan." ucapnya.

Terdengar balasan dari dalam ruangan, "masuklah."

Hans membukakan pintu, akupun masuk ke dalam ruangan.

"Ada apa lagi Syena?" tanya Ayahku bingung.

Aku menunduk, "uhmm itu, aku izin beberapa hari untuk meninggalkan mansion Ayah."

Raut wajah laki-laki berusia 39 tahun itu terlihat tidak suka, "kenapa? Kamu akan pergi kemana? Apa si bajingan kecil Vazeon itu memberikanmu misi lagi?"

Dengan cepat aku menggeleng, "tidak! Ini keinginanku sendiri Ayah," jawabku.

Ayahku mengembuskan napas panjang, "hah ... baiklah jika itu permintaanmu, aku akan mengizinkan. tapi! Kau harus berjanji akan baik-baik saja selama di luar mansion, aku akan mengirimkan beberapa ksatria terbaik untuk ikut denganmu."

Aku kembali menggeleng, "aku ingin pergi sendiri Ayah. Aku tidak ingin pergi bersama rombongan, itu akan membuatku terlihat mencolok."

Ayahku menatapku tajam, "Ayah tidak setuju jika kamu bepergian sendirian, diluar sana itu banyak bahaya Syena!"

Huh, membujuk Ayah itu memang merepotkan. Ayahku sungguh keras kepala. Ya ... walaupun aku tahu, dia melakukan semua itu juga untuk keselamatanku sih.

"Ya sudah, bagaimana jika aku pergi ditemani Marry, pelayan pribadiku? Yang penting aku tidak berpergian sendirian kan?"

Ayahku memijat pelipisnya, "kau memang keras kepala. Ya sudah, ku izinkan kau pergi, mohon berjanjilah untuk baik-baik saja selama diluar sana." ucapnya akhirnya mengalah.

Aku tersenyum senang, "baiklah! Aku berjanji Ayah!"

•••

Seperti yang sudah aku bilang pada Ayah, akhirnya aku pergi bersama dengan Marry, dan juga Leon yang ku sembunyikan dengan sihir elemen kegelapanku, yaitu sihir bayangan. Sihir itu membuat Leon menjadi tembus pandang dan tidak dapat terlihat oleh orang lain, kecuali aku.

Kita pergi menggunakan kereta biasa, tanpa lambang keluarga.

Tujuan kita adalah desa yang berada di bawah air terjun di ujung daerah Utara kekaisaran Rhyster.

Tempat itu disebut sebagai desa Falling Tears, seperti namanya, air terjunnya seperti air mata orang-orang yang tinggal disana.

Memang, di satu sisi, daerah kumuh juga merupakan tempat yang berbahaya. Karena tidak semua orang yang berada di desa itu merupakan orang yang baik.

Mereka akan melakukan berbagai hal untuk menghidupi dan mencukupi hidup mereka, entah itu dengan cara yang baik maupun cara yang kotor.

Itu membuat, daerah kumuh tidak mempunyai hukum sama sekali. Disana, kita bebas berbuat apapun. Tak heran berbagai macam orang akan pergi ke tempat ini. Orang-orang itu adalah orang yang menghabiskan kekayaan karena judi, orang yang tak punya tempat di masyarakat, atau orang yang kabur setelah melakukan kejahatan berat.

Kekaisaran Rhyster tidak peduli dengan tempat ini, karena menurutnya tidak ada cara untuk menyelamatkan atau mendapat keuntungan dari mereka.

Daerah itu benar-benar seperti terpisah dari dunia luar, daerah kumuh seperti ditinggalkan dan tak dipedulikan oleh para bangsawan dan rakyat yang lain.

"N-nona, apakah ini baik-baik saja? Daerah kumuh bukan tempat yang bagus, disana berbahaya nona." ucap Marry ketakutan.

Aku memegang dan mengelus pelan tangannya, "tenanglah Marry, kita akan baik-baik saja."

Ekspresi tegang di wajah Marry sedikit berkurang, "ya Nona, saya harap kita akan baik-baik saja." jawabnya.

.
.
.
Bersambung...

Another DimensionWhere stories live. Discover now