FIFTY-THREE

11K 1.8K 81
                                    

Happy reading-!♡

Setelah kejadian yang mengejutkan itu terjadi, Alsyena langsung kehilangan keseimbangannya dan terjatuh, namun, dengan sigap Vazeon meraih tubuh Alsyena ke dalam pelukannya.

Dia meraih lengan Alsyena untuk membantunya berdiri tegak dan memanggilnya. Sedangkan Alsyena berdiri dengan kepalanya yang tertunduk.

"Syena, apakah kamu baik-baik saja? Syena!"

'Sial, ini menyakitkan.'

Alsyena memegangi kepalanya, ia merasakan kepalanya berdenyut nyeri, seakan dunianya berputar, tubuhnya juga terasa seperti diremukkan.

Pada dasarnya, dia merasa seolah-olah dia akan mati.

"Syena!"

"Alsyena!"

Dia bisa mendengar suara-suara akrab lainnya, yang terus memanggilnya semakin mendekat. Dengan menahan rasa sakit yang menyakitkan diseluruh tubuhnya, Alsyena mencoba mengangkat kepalanya.

"Syena, apakah kamu baik-baik saja?" Azlan bertanya panik. Ia tadi langsung berteleportasi ke sini karena misi sudah selesai dan dia begitu khawatir dengan keadaan Alsyena.

Alsyena mengangguk, "Aku baik-baik saja ... uhuk!" tiba-tiba saja, Alsyena terbatuk diakhir katanya.

Tes-!

Darah menetes dari mulut Alsyena. Pakaian yang awalnya sudah kotor oleh darah musuh-musuhnya, kini menjadi lebih kotor dengan darah miliknya sendiri.

Wajah Azlan dan lainnya langsung menjadi pucat "D-darah!"

Namun, bukannya kesakitan yang semakin menusuk sekujur tubuh Alsyena, justru ia merasa lebih baik setelah memuntahkan banyak darah itu.

Alsyena memejamkan matanya, mencoba merasakan sensasi tubuhnya. Tak seperti sebelumnya, ia merasa sangat segar saat ini, rasa sakit ditubuhnya pun perlahan berkurang hingga menghilang kemudian.

Ia tersenyum puas, elemen cahaya tidak buruk juga.

Namun, berbeda dengan Alsyena yang tersenyum, orang-orang disekitarnya justru menatap Alsyena prihatin, wajah mereka semua menjadi kacau.

Dibenak mereka semua 'Bagaimana bisa anak sekecil dia yang seharusnya bermain-main dengan teman-teman seumurannya, sekarang malah harus menanggung beban, terluka, dan berdarah, namun bukannya merasa kesakitan, dia justru tersenyum puas? Betapa terlalu dewasanya dia."

Itu semua kesalah pahaman.

"Kamu pikir ini lucu? Berhenti tersenyum seperti itu sekarang!"

Alsyena segera membuka matanya setelah mendengar suara Azlan yang terdengar sedih.

Ia mengerutkan dahinya bingung, 'Ada apa dengan bajingan ini?'

Sedari tadi, Azlan terus saja mengoceh didepan Alsyena, tetapi kata-kata yang keluar dari mulutnya itu cukup kejam. Sangat berbanding terbalik dengan perasaan asli Azlan yang dipenuhi kekhawatiran terhadap Alsyena.

"Aku akan memanggilkan tabib untukmu." putus Azlan, ia segera bergegas menghampiri salah satu anggota Shadow yang merupakan seorang tabib.

Bukannya Azlan tak bisa menyembuhkannya, ia bisa saja menyembuhkan seluruh luka luar Alsyena menggunakan sihir elemen air. Namun, sihir elemen air tak bisa mengobati luka dalam. Azlan takut Alsyena bisa saja mengalami luka internal, jadi dia menyerahkan tugas menyembuhkan pada tabib yang memang keahlian merekalah menyembuhkan luka.

Saat Azlan pergi, Vazeon menatap Alsyena yang berdiri disebelahnya dengan bantuannya, dengan tatapan teduh dan dipenuhi rasa bersalah. Dia menggigit bibir dalamnya kuat sebelum menundukkan kepalanya. "Maafkan aku."

Alsyena tersenyum, ia mencoba meraih kepala Vazeon dan menepuk-nepuknya pelan. "Tak apa, tak apa. Aku benar-benar baik-baik saja."

Melihat reaksi Alsyena yang seperti itu, mata Vazeon memanas, ia semakin menundukkan kepalanya. "Tapi, ini semua salahku. Jika saja dari awal aku tak memaksamu masuk ke Shadow, kamu tidak akan terlibat semua masalah dan berakhir terluka seperti ini." suaranya terdengar bergetar.

Alsyena menggeleng cepat, "Tidak! Itu bukan salahmu. Itu pilihanku, untuk masuk Shadow." balas Alsyena tegas.

Setelah beberapa saat, tabib datang dihadapan mereka.

Kenapa butuh waktu beberapa lama untuk memanggil tabib?

Itu semua karena anggota Shadow yang merupakan tabib, harus ditempatkan ditempat yang jauh dari pertempuran. Karena, saat bertempur, target utama musuh pastilah seorang penyembuh. Penyembuh itu pilar utama yang sangat dibutuhkan di dalam pertempuran.

Tabib itu terengah-engah, dia tadi diseret langsung oleh Azlan untuk datang kesini, Azlan terlalu panik jadi dia lupa untuk menggunakan sihir teleportasinya.

Vazeon mendudukkan Alsyena disalah satu reruntuhan bangunan dan menyerahkan Alsyena pada tabib untuk segera diperiksa.

Tabib itu menelan ludah, dengan tangan bergetar dia meraih tangan Alsyena dan memeriksanya.

Meskipun dia berada ditempat yang jauh dari pertempuran, tapi tabib itu dapat melihat dengan jelas bagaimana Alsyena, tubuh gadis didepannya ini melayang diatas reruntuhan bangunan kediaman Count Livocs dan memancarkan cahaya putih keperakan yang menunjukkan kesucian.

Itu adalah kekuatan diluar dari akal sehat.

Itu seperti kekuatan yang tidak berasal dari dunia ini.

Alsyena De'Xavier, anak perempuan berumur dua belas tahun, baru saja menunjukkan kekuatan sehebat itu. Fakta ini merupakan kejutan yang sangat besar bagi semua orang yang menyaksikannya.

Alsyena mengangguk paham. "Kurasa, ini pertama kalinya kalian semua melihat sihir elemen cahaya."

Ah.

Mereka semua menghela napas.

Elemen cahaya, peninggalan masa lalu yang hanya diturunkan pada orang-orang terpilih. Kekuatan hebat yang dianggap telah hilang dari peradaban. Kekuatan yang sering disebut sebagai sebuah legenda belaka.

Mereka menyaksikannya secara nyata.

Dengan senyuman teduh Alsyena berbicara pada semua anggota Shadow yang ada disana.

"Aku percaya kalian."

Cukup hanya dengan kata-kata itu, semua orang tahu apa maksud dari ucapan Alsyena.

.
.
.
Bersambung ...

Another DimensionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang