TWENTY-NINE

18.7K 3.2K 6
                                    

Happy reading-!♡

"Hai Leon, apakah kau sudah makan siang?"

Ya, Syena. Barusan pelayan berambut keriting itu memberiku daging!

Aku ikut tersenyum kala mendengar jawaban ceria dan bersemangat dari Leon.

Sekarang, aku sedang beristirahat bersama Leon di taman halaman mansion keluargaku.

Dalam waktu dua tahun, bukan hanya aku dan keluargaku saja yang berubah, tapi Leon pun juga.

Leon yang dulu masih bisa kugendong dan kubawa kemana-mana sekarang sudah tidak bisa seperti itu lagi.

Itu semua karena tubuh Leon yang membesar dengan kecepatan yang kurang wajar bagiku. Tubuhnya sekarang bahkan lebih besar dari tubuhku yang bisa di bilang, aku cukup tinggi dibandingkan putri bangsawan seumuranku.

Entahlah, mungkin pertumbuhan yang cepat itu juga merupakan kelebihan dari magical beast.

"Syena, sedang apa?" Suara itu berasal dari Cassian, Kakak pertamaku.

Aku tersenyum, "ah Kakak disini juga. Aku sedang bersantai bersama Leon hehe."

Lelaki berusia 19 tahun itu duduk di sisi ku, tangannya mengelus puncak rambutku, "kenapa kamu kecil dan kurus sekali sih? Makanlah yang banyak, agar cepat tumbuh besar. Lihat, Leon saja badannya lebih besar daripada kamu." ucapnya.

Benar, Leon sudah besar!

Aku meninju pelan perut Cassian, "aku sudah makan banyaakk sekaliii~ tapi tubuhku memang tidak berubah. Jangan mengejekku! Aku ini masih dalam masa pertumbuhan. Sedangkan Leon, dia itu pertumbuhannya tidak wajar." jawabku kesal.

Kudengar Leon membalas,

Tidak Syena, Leon tumbuh karena makan banyak sekali makanan~

Aku semakin kesal dibuatnya.

Cassian tertawa hingga matanya sedikit menyipit, "hahaha, adikku ini imut sekali jika cemberut." ujarnya, sambil mencubit pipiku.

"Uh, itu sakit kak. Jangan cubit pipiku lagi, huh!" aku semakin cemberut, karena kesal sekali diperlakukan seperti bocah. Tapi ya bagaimana ... aku kan memang masih bocah disini.

Cassian kembali tertawa. Entahlah, setelah dua tahun yang lalu hubungan persaudaraan kita membaik, Cassian yang awalnya bersifat dingin layaknya gunung es, sekarang lebih banyak tersenyum dan tertawa padaku.

Cassian menggendongku, "Ayo kita pergi makan, Leon mau ikut kita makan siang?"

Leon menggeleng,

Leon sudah makan siang!

Cassian mengangguk, "baiklah kalau begitu, Syena kamu belum makan siang kan?"

Aku menganggukkan kepalaku, "aku baru saja menyelesaikan misi dari Organisasi, jadi belum makan siang."

Cassian memasang wajah kesal, "lain kali jangan sering melewatkan waktu makan. Kau harus makan, aku akan memarahimu jika kau mengulangi hal ini lagi."

Aku mengangguk menurut, "baiklah baiklah~ aku tidak akan mengulanginya lagi."

"Aku serius. Aku akan mendatangi Vazeon jika dia memberi banyak misi hingga adikku ini sering melewatkan waktu makan." ucapnya.

Aku menghela napas lelah, "iya iyaa kak. Aku tidak akan telat makan lagi, janji!" ucapku sembari menyodorkan jari kelingking ke depannya.

Cassian membalas dengan jari kelingkingnya, "kau sudah berjanji, harus ditepati." ucapnya lalu mengusap-usap kepalaku dengan gemas, seperti mengelus seekor anak anjing.

Aku tersenyum menanggapi.

Kita pun sampai di ruang makan, setelah para pelayan menyiapkan hidangan di atas meja. Aku dan Kak Cassian segera memakannya.

.
.
.
Bersambung...

Another DimensionWhere stories live. Discover now