FOURTY

12.7K 2K 3
                                    

Happy reading-!♡

- AUTHOR POV -

Alsyena bangkit perlahan, ia meremas tangannya kuat. Lalu bergerak mengambil pedangnya yang tergeletak ditanah dan memasukkannya di sarung pedang yang tergantung dipinggang.

Perasaannya campur aduk.

Tak mau berlama-lama di tempat itu, ia pun memutuskan segera pulang ke mansion dengan sihir teleportasi.

Dan sesampainya di mansion, ternyata Ayah dan kakak-kakaknya juga tiba di mansion.

Ravano menoleh, "Syena!" teriaknya lalu berlari menghampiri adik perempuannya.

"Apa kamu baik-baik saja? Kamu terluka?" tanyanya panik sambil mencengkram erat bahu Alsyena.

"Kudengar, kamu lebih dulu meninggalkan pesta. Kami khawatir, jadi menyusul pulang." Jelasnya.

Alsyena hanya bisa tersenyum kikuk, "Tentu saja, Syena baik-baik saja. Syena ini lebih kuat dari yang kakak kira, kenapa khawatir berlebihan?" ucapnya.

Ayahnya membuka suara, "Ayah hanya takut terjadi apa-apa denganmu, karena ini pertama kalinya kamu diperkenalkan di pesta. Apa yang terjadi? Kenapa kamu pergi sebelum pestanya berakhir?" tanya Duke Legter.

Alsyena pun berusaha memutar otak untuk memberikan alasan yang bagus dan cukup masuk akal.

"U-uhmm, jadi-"

"Tunggu! Kamu berdarah!" teriak Ravino terkejut, saat mendapati leher Alsyena mengucurkan darah.

Alsyena seketika panik.

Ia tak sadar jika lehernya terluka dan berdarah. Sepertinya luka ini diakibatkan oleh Azlan yang melawan disaat ia lengah dan menempelkan pedang miliknya di lehernya sendiri.

Sepertinya itu benar-benar menggores kulit leher Alsyena.

Dengan begitu keduanya impas, Alsyena benar-benar menggores leher Azlan, sedangkan Azlan juga menggores leher Alsyena.

Benar-benar tidak terduga.

"Siapa yang melakukan itu padamu?!" teriak Duke Legter marah.

"Uhmm, bukan apa-apa. Aku terluka karena bermain-main dengan pedangku sendiri." balas Alsyena beralasan.

Ayah dan kakak-kakaknya pun menghela nafas lega. Mereka benar-benar mengira bahwa Alsyena tidak sengaja menggores kulitnya saat memakai pedang.

"Lain kali jangan melakukan sesuatu dengan ceroboh, bagaimana jika kamu terluka parah?" ucap Ravino khawatir.

Alsyena mengangguk, "Iya kak, maaf. Lain kali Syena akan lebih berhati-hati."

"Ayah akan memanggil tabib untuk memeriksa dan mengobatimu." interupsi Duke Legter.

Dengan cepat Alsyena menggeleng, menolaknya. "Tidak usah! Ini bukan luka besar yang-"

Duke Legter memotong, "Tidak ada bantahan, tabib akan segera datang. Kau harus diperiksa!" putus Duke Legter yang tidak bisa diganggu gugat.

"Padahal aku bisa menyembuhkan lukaku sendiri dengan sihir elemen air." batin Alsyena.

Dengan pasrah Alsyena pun terpaksa menerima perintah Ayahnya untuk diperiksa oleh tabib.

••

Alsyena mengistirahatkan dirinya setelah diperiksa dan diobati oleh tabib dengan paksaan Ayah dan kakak-kakaknya.

"Astaga Nona, bagaimana bisa Nona terluka?! seharusnya tadi saya tidak menuruti kemauan Nona yang meminta dipakaikan pakaian ksatria dan membawa pedang, dibandingkan memakai gaun yang sudah disiapkan oleh para pelayan." ucap pelayan pribadi Alsyena, Marry. Sambil terisak kecil.

Marry begitu khawatir saat melihat Nona muda yang dilayaninya terluka, rasanya hatinya ter-iris saat melihat kain perban melilit dileher Nonanya.

Sedangkan Alsyena terlihat santai dan seperti tak merasakan sakit sama sekali, "Tenanglah Marry, ini bukan apa-apa. Percayalah luka ini akan perlahan sembuh dan tidak meninggalkan bekas dileherku. Jadi, bisakah kau tinggalkan aku sendiri untuk beristirahat?" ucap Alsyena berusaha menenangkan dan menyakinkan kekhawatiran Marry.

Meskipun masih tampak khawatir, Marry akhirnya meninggalkan kamar untuk membiarkan Alsyena beristirahat dengan tenang.

Rezero terbang disekitar Alsyena, sedari tadi sistem dengan bentuk peri itu terlihat tak kalah khawatirnya dari Ayah, kakak-kakak Alsyena, Marry, dan pelayan yang lainnya.

"Apakah Tuan benar baik-baik saja? Astaga bagaimana jika tadi laki-laki itu benar-benar menebas leher Tuan?!"

"Laki-laki itu dengan mudahnya membunuh seorang gadis yang tak disukainya, syukurlah Tuan masih baik-baik saja hingga sekarang."

"Kalau Tuan mati, saya pun ikut menghilang."

Ucap Rezero berceloteh.

Alsyena hanya diam tak menanggapi, sedari tadi ia tenggelam dalam lamunannya.

Tentang Azlan dan penawarannya padanya.

Apakah pilihan yang tepat untuk bekerja sama dengannya?

Alsyena bimbang.

.
.
.
Bersambung...

Another DimensionOnde histórias criam vida. Descubra agora