2. Berhasil?

229K 21K 274
                                    

"Mas Deon, lihat Bu Nesa nggak?" tanya Egal salah seorang office boy yang biasanya memang membawakan cappuccino untuk Nesa.

"Lagi ke ruangan pak Adi, kamu letakkan aja kopinya di atas meja Mbak Nesa nanti saya bilang kalau kamu yang buat," balas Deon.

"Oke, makasih yang Mas," sahut lelaki muda itu dengan ramah.

Setelah Egal pergi dari sana, Deon melihat jam yang melingkar di tangan kirinya. Sudah lebih dari 30 menit sejak Nesa memutuskan ke ruangan Direktur dan sampai sekarang belum kembali.

"Mbak Lis," teriak Deon.

Divisi Operasional siang ini cukup sunyi. Hanya ada ada Deon, Lilis, Miranda, Sania dan Dedi Sementara 5 karyawan yang lain sedang ada tugas di luar kota.

"Kenapa Yon?" tanya Lilis yang masih sibuk dengan komputernya.

"Mbak Nesa udah setengah jam nggak turun, sepertinya terjadi sesuatu."

Lilis langsung meninggalkan mejanya setelah mendengar pembicaraan menarik yang disampaikan rekan kerjanya itu.

"Mulai deh ngerumpi," cibir Sania.

"Ikutan dehh," teriak Miranda sambil lari-lari meninggalkan beberapa kertas yang harusnya segera dia copy.

"Aku nggak ikutan ya kali ini, Ac di lantai 7 lagi bermasalah aku mau hubungi tukang Ac buat benerin."

"Heleh, alasan aja kamu Mas, bilang aja mau ngechat istri."

Sania mendengus.

"Ya, sekalianlah."

Mereka terbahak.

"Mungkin nggak sih Mbak Nesa sama Pak adi, sementara bikin anak?"

Semua orang melotot.

"Mulutmu Mir,"seru Lilis.

"Ya, mungkin juga," sahut Deon dan mereka kembali terbahak.

Enak memang ngerumpi di kantor seperti ini apalagi membahas mantan pasangan fenomenal. Kanesa Alfira dan Refaldi Tano.

***

Aku menatap gusar lelaki di depan sana yang sedang fokus dengan komputernya, sudah 20 menit aku dikurung dalam ruangannya. Bahkan ketika Tatiana mengetuk pintu lelaki itu hanya mengatakan bahwa dia sedang tidak ingin diganggu.

"Pak," seruku lagi.

"Panggil Mas, kita hanya berdua Fira."

Oke, dia memang mamaksaku memanggilnya dengan sebutan Mas sejak tadi.

"Oke Mas Adi, tolong biarkan saya mengundurkan diri dan keluar dari rungan ini."

"Aku setuju kamu berhenti dari perusahaan ini kalau kamu nginap di rumah malam ini."

Aku melotot.

"Aku nggak bisa. Kita udah cerai Mas."

Gila saja menginap di rumahnya malam ini. Diserang warga sekompleks baru tahu rasa dia.

"Hanya nginap aja,nggak ngapa-ngapain," tegasnya.

Aku menghela napas pelan.

"Oke, hanya malam ini," putusku akhirnya.

Aku malas berdebat semakin lama dengan Mas Adi karena lelaki itu bisa-bisa menjadi semakin menyebalkan.

***
Aku balik ke lantai 6. Para rekan kerja terlihat berpencar kembali ke tempat mereka masing-masing.

"Jangan berpura-pura, kalian lagi ngerumpiin saya kan?" todongku.

Deon yang pertama kali kulihat hanya cengengesan, dasar mereka ini.

Mas AdiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang