52. Selamat Datang di Rumah Baby Rafka

65.5K 6.6K 238
                                    

Selamat pagi semuanya, maaf kemarin nggak bisa double update. Tempat tidur udah manggil-manggil ya nggak bisa nolak.

Sebenarnya emak ragu mau upload ini, tapi mau hapus dan ngetik lagi sayanh banget.

Episode ini menurut Emak kek gimana ya jelasinnya. Terlalu panjang dan membosankan.

Tapi Emak bakal coba upload dulu, kalau ada yang komentar membosankan dan tidak menarik emak bakal hapus dan ngetik lagi.

Tapi semoga aja enggak.

Ide emak tiba-tiba buntu padahal sudah tersisa beberapa episode lagi 😭😭😭

Ya udah selamat membaca, jangan lupa saran dan kritiknya ya 😁

Aku dan Mas Adi masuk ke dalam mobil, meskipun Mas Adi memang harus masuk dengan sedikit paksaan. Mungkin laki-laki itu ingin ikut membantu Mami. Eh membantu apa?

Sementara Mami di luar terlihat berbicara serius dengan Mas Farhan. Entah apa yang mereka bicarakan, ku pikir tadi akan terjadi pertumpahan darah. Ternyata Mami tidak segila dan sekejam itu.

Sekitar beberapa menit Mami mengobrol dengan Mas Farhan sebelum akhirnya laki-laki itu terlihat mengundurkan diri dan pamit dari hadapan Mami.

Kemudian Mami masuk ke dalam mobil dengan senyum merekah.

"Bicarain apa sih Mi? Kok lama banget? Jangan-jangan Mami setuju lagi si Anak Pak Lurah mau rebut Fira dari aku."

Lah, mulai lagi ini masalah cemburu.

"Tenang Di. Tuh anak udah Mami atasi, kamu tenang aja 100% Nesa udah buat kamu kok."

Waduh pedenya Mami.

Sementara kami bicara, Mas Frangki menjalankan mobilnya. Supir kami itu sudah terbiasa dengan keanehan keluarga Tano.

"Emang Mami ngomong apa sih ke dia? Aku pikir tadi mau nonjok," seru Mas Adi.

"Nggak mungkinlah Mami nonjok, Mami kan perempuan, udah punya cucu lagi. Nggak baiklah nonjokin orang."

Aku dan Mas Adi sama-sama melongo.

"Tadi tuh Mami bilang ke si Farhan, kalau Mami bakal kenalin dia sama salah satu anak teman arisan Mami. Mami juga ancam dia kalau masih macam-macam sama Nesa, Mami botakin kepalanya."

"Langsung takut dia Mi?" tanya Mas Adi tidak percaya.

Tidak mungkinlah secepat itu Mas Farhan bisa berubah pikiran.

"Udah tenang aja, Mami jamin dia nggak bakal gangguin kalian lagi."

"Ya udah Frangki jalanin mobilnya."

"Udah dari tadi Bu, mobilnya jalan," jawab Mas Frangki.

Aku ingin tertawa terbahak-bahak tapi melihat ekspresi malu Mami aku malah jadi takut.

***

Tiga minggu berjalan dengan lancar, sehari 2 kali aku dan Mas Adi mengunjungi Rafka di rumah sakit. Kata dokter perkembangan Rafka lumayan pesat. Sekarang bayi kami itu berat badannya sudah 2 kg. Dia sangat sehat dan tidak ada keluhan apapun.

Kalau minggu depan berat badannya sudah 2.5 kg dan kesehatannya juga oke, dokter akan mengizinkan kami untuk membawa Rafka pulang. Rasanya tidak sabar, aku ingin segera membawa Rafka pulang ke rumah. Oh iya, Mas Adi sebenarnya sudah membeli rumah tak jauh dari kawasan perumahan elit Mami dan Papi.

Semuanya bahkan sudah siap, laki-laki itu menyiapkannya diam-diam sejak kami rujuk. Tapi Mami dan Papi untuk sementara tidak mengizinkan kami pindah. Terlalu dini katanya, kami pasti masih kurang becus merawat Rafka nanti, ya khas emak-emak emang dugaannya.

Mas AdiWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu