42. Mas Adi VS Dokter Ganteng

70.9K 6.6K 194
                                    

Hai, apa kabar?

Semoga selalu sehat ya anak-anak emak tersayang 🥰🥰

Di Manado saat ini baru pukul 20.37 WITA

Tapi emak udah super mengantuk, untungnya ketikan emak untuk episode ini udah selesai. Jadi setelah ini emak bakal tidur nyenyak tanpa mikirin apakah sudah update atau belum.

Selalu emak ingatin jangan lupa tandai kalau ada penulisan yang salah biar bisa emak revisi.

Oke deh, selamat membaca sayang-sayangku ☺️🤗

Mami Deasye sedang duduk bersama seorang bayi perempuan. Bayi itu sangat cantik, Mami memberi nama Gisha Tano. Sementara putranya sedang bermain bola di depan sana.

"Adi hati-hati jangan sampai jatuh," peringat Mami.

"Iya Mi!!" balas Adi, bocah kecil yang tadi dipanggil oleh Mami.

Sementara tanpa mami Deasye sadari di luar pagar ada dua orang anak lelaki yang sedang memperhatikan mereka.

"Mami udah punya dua anak?" tanya Dito.

"Kata papa cuma satu, adik yang kecil itu bukan anak Mami," jawab Marko.

"Jadi ini alasan Mami nggak pernah lagi datang ke rumah?" tanya Dito dengan nada sedih.

"Nggak usah nangis."

"Kata Papa, Mami udah lupain kita. Mami udah punya keluarga baru,"

Dito semakin mengencangkan tangisannya.

Suara itu membuat Mami Deasye menoleh, sebelum ketahuan, Marko sudah terlebih dahulu menarik Dito untuk pergi.

"Kata Papa, Mami itu jahat. Jadi nggak usah kamu tangisin. Kita bakal kembali ke sini lagi suatu saat nanti."

Kemudian dua anak itu pergi dari sana memasuki sebuah mobil hitam.

Dua anak laki-laki yang harusnya tidak memiliki perasaan jahat, namun karena Papa yang bahkan tak sampai 5 kali mengunjungi mereka telah mengatakan sesuatu yang tidak benar hingga otak kecil mereka berpikir bahwa Mami Deasye telah melupakan mereka.

Ditambah dengan Mama mereka yang bahkan tak pernah mau datang melihat mereka. Papa mereka juga tidak pernah memberitahukan keberadaannya.

***

"Fir kamu tahan, kita sedikit lagi nyampe kok."

Perutku terasa semakin sakit bahkan saat mendengar suara Mas Adi.

"Fir kamu jangan tidur!" teriaknya panik.

Mas Adi sialan. Aku hanya menutup mata untuk menetralisir kesakitanku dia malah berteriak seperti sapi yang akan dibawa ke tempat pembantaian.

Saat ini kami sedang dalam perjalanan ke rumah sakit. Mas Adi duduk bersamaku di kursi tengah sementara Herlan dan Friska di depan. Herlan terlihat sibuk mengemudi sementara Friska diam bagai patung, dua orang itu seperti tidak ingin membuka suara ataupun berbincang.

Aku heran, mereka seperti dua orang yang tak saling mengenal.

"Fir jangan tidur!"

Lagi-lagi Mas Adi berteriak.

Aku menoleh dengan wajah kesal.

"Aku nggak tidur Mas. Coba kamu diam deh, dengar suara kamu si dedek bayi malah sudah mau meloncat keluar dari perut."

Mas Adi terdiam, aku tidak peduli.

Tak lama kemudian kami sampai di rumah sakit, aku langsung dibawa ke UGD. Aku sedikit lega karena telingaku yang tersiska karena teriakan Mas Adi sudah berakhir.

Mas AdiOù les histoires vivent. Découvrez maintenant