38. Makan Malam

57.6K 6.4K 135
                                    

Selamat malam semuanya?

Udah pada tidur belum?

Di Manado sudah pukul 10.00 jam segini biasanya emak udah mulai ngantuk namun entah kenapa malam ini berbeda.

Idenya ngalir begitu deras hingga emak putuskan untuk membuat double up.

Seneng nggak? Harusnya sih senang ya!

Oh iya, bagian-bagian akhir episode ini pengembangan dari spoiler beberapa waktu yang lalu ya!

Jangan lupa tandai kesalahan penulisan, sebab udah nggak baca ulang jadi menunggu koreksi aja dari kalian untuk diperbaiki.

Selamat membaca 🤗

"Yey! dapet cucu cowok!!!!" teriak Mami super heboh menutupi teriakan yang lain di sana.

Mami memang tidak ada lawannya selalu heboh di segala situasi.

"Dapat teman main golf!" teriak Papi.

"Yey dap-" ku lihat Mama mau berteriak namun mulutnya sudah terlebih dahulu ditutup oleh tangan papa.

Dari tatapannya sepertinya Papa malu kalau sampai Mama berteriak seperti Papi dan Mami.

"Aku bakal punya sekutu nih," ucap Mas Adi lalu berlutut untuk mencium perutku di depan semua orang yang ada di sana.

Lagi-lagi mereka berteriak heboh ketika melihat tindakan Mas Adi.

"Bukan sekutu kamu Mas, tapi Aku. Dia bakal ada di pihakku kalau kamu nyakitin lagi," bisikku.

Mas Adi melotot.

"Jangan gitu dong sayang, aku nggak bakal nyakitin lagi. Lagipula semuanya udah berlalu, salah paham juga," balasnya.

Kemudian Mas Adi memelukku serta mencium secara bergantian pipi dan keningku.

"Sehat-sehat ya Fir, aku sayang kalian," ujar Mas Adi dengan nada manis.

Lagi-lagi aku tersipu, Mas Adi kalau masalah menggoda ya emang juaranya.

Lalu secara bergantian keluarga, sahabat dan rekan kerja mengambil foto bersama Aku dan Mas Adi. Setelah itu dilanjutkan dengan acara makan-makan.

30 Menit berlalu...

Saat ini rumah sudah mulai sunyi, yang lain sudah pulang.

"Tati," sahut Mas Adi.

Tatiana berbalik menatap Mas Adi dengan tangannya yang menggenggam tangan mungil Dean.

"Di," balas Tatiana pelan.

Perempuan itu menatapku dengan pandangan yang sepertinya tidak enak hati. Mungkin takut aku salah paham lagi.

"Nggak apa-apa kok, ngobrol aja," sahutku sembari mengulas senyum.

"Besok berangkat jam berapa? Ada yang ngantarin?" tanya Mas Adi.

Sebelumnya Mas Adi menatapku sejenak, meminta izin untuk berbincang dengan sahabat perempuannya. Kadang melihat persahabat Mas Adi dengan Tatiana aku iri, mereka begitu dekat. Tapi aku juga akhirnya sadar bahwa dua sahabat itu sudah berkomitmen dari awal bahwa mereka hanyalah sepasang sahabat dan tidak akan pernah lebih dari itu.

"Jam 9, diantar sama Om Gidon. Jangan sedih gitu dong Di. Entar Nesa jadi salah paham lagi lho."

Tatiana tertawa.

Sementara mata Mas Adi nampak berkaca-kaca, ya mungkin ini akan menjadi perjumpaan terakhir sebelum Tatiana memutuskan tinggal selamanya di LA. Bisa juga ya Mas Adi cengeng.

Mas AdiWhere stories live. Discover now