25. Kencan + Ngidam + Ketemu Mantan

140K 10.7K 57
                                    

Selamat malam sayang-sayangnya emak, belum pada tidur kan? Ini yah lanjutan kisah Mas Adi sama Nesa.

Selamat membaca ☺️

Pukul 09.30 WIB

Aku melenguh, merasakan sinar matahari menerpa sebagian wajahku. Entah berapa lama aku dan Mas Adi bergumul dengan olahraga malam kami, namun yang pasti aku bahkan enggan membuka mata karena merasa masih sangat mengantuk.

Mas Adi benar-benar menghukumku dan tidak membiarkanku tidur. Lelaki itu merealisasikan hukumannya.

"Jangan beranjak dulu," ucap sebuah suara.

Aku mendengus saat merasakan pelukan Mas Adi di pinggangku. Kalau seperti ini dia pasti akan menahanku lebih lama di tempat tidur sementara aku tahu sekarang sudah bukan pagi lagi.

Aku tidak tahu apa yang akan kuucapkan pada Mami karena bangun sesiang ini. Aku menantu tidak tahu diri.

"Aku lapar Mas," sahutku kesal.

Ya aku sangat lapar. Tenagaku habis terpakai untuk melayani Mas Adi semalam. Dia bahkan mengabaikan perutku yang beberapa kali berbunyi.

"Mas juga lapar, tapi mau sarapan kamu aja," godanya.

Aku mendengus dan dengan cepat melepaskan tangan Mas Adi di pinggangku lalu beranjak dari sana. Aku memilih ke kamar mandi sekadar mencuci muka.

 Aku memilih ke kamar mandi sekadar mencuci muka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sumber : google

Wajahku tampak lebih berminyak di pagi hari. Lebih berminyak lagi karena semalam begadang. Semuanya karena Mas Adi, laki-laki itu selalu saja seenaknya sendiri.

Setelah selesai mencuci muka aku beranjak keluar dari kamar mandi dan mendapati Mas Adi yang sudah duduk bersandar di punggung tempat tidur hanya dengan mengenakan boxer hitamnya.

"Mas kamu udah mulai malas kerja ya," tuturku yang sudah duduk di depan meja rias.

Ya, entah ini sudah berapa hari Mas Adi tidak pergi bekerja.

"Malas ah, lagian baru berapa hari juga," sahutnya dengan nada santai.

Aku mendengus.

"Iya tahu yang bos Tano Grup," cibirku.

Laki-laki itu hanya tersenyum bangga di depanku. Dasar gila.

"Hari ini aku mau ngajakin ibu hamil jalan-jalan, kemarin kamu kan udah berjasa buat aku. Udah berbakti sama suami karena semalam-"

"Diam Mas!" cegahku dengan wajah memerah menahan malu karena Mas Adi bahkan hendak menjabarkan apa yang kami lakukan semalam.

"Kencan ke mana Mas?" tanyaku.

"Ade deh, nanti kamu lihat aja kalau sudah sampai ke sana. Ya udah aku mandi dulu ya sayang."

Mas Adi kemudian melangkah ke kamar mandi, namun sebelum memutar kenop pintu dia berbalik menatapku dengan senyuman menggoda.

"Kamu mau ikut?" tanyanya.

Aku melotot.

"Nggak Mas, makasih!" tegasku

Gila saja dia mau mengajak mandi bersama.

***

"Mau ke mana?" tanya Mami saat melihat Aku dan Mas Adi yang sudah siap dengan kaos couple biru navi serta celana jins hitam.


"Kencan Mi," jawab Mas Adi dengan santai.

"Ke mana?" tanya Mami dengan nada kepo.

"Ade deh Mi, nggak usah kepo deh," sahut Mas Adi.

Ku dengar Mami mendengus pelan.

"Oh ya udah, jangan pulang terlalu larut malam, istri kamu lagi hamil Di," pesan Mami.

Mas Adi tersenyum dan memeluk mami sejenak.

"Iya Mi, tenang aja."

"Kami pergi dulu Mi," cicitku lalu mengambil sling bag dan segera menyampirkannya di atas pundak.

"Kencan nih?" goda Papi yang entah kenapa tiba-tiba muncul di balik dapur.

"Iya, kenapa Pi? mau ikut?" tanya Mas Adi dengan sedikit menahan senyum.

"Nggak, ngapain? Entar kalian bedua uwu-uwu, Papi lihat. Mata Papi jadi nggak polos."

Aku dan Mas Adi menatap Papi dengan rahang yang hampir jatuh ke tanah. Tumben sekali dia jadi agak lebay seperti itu.

"Papi lebay banget," sahut Mas Adi sebelum akhirnya kami menuju pintu keluar.

***

"Ke mana kita?" tanyaku bagaikan kartun dora.

"Ke mana-mana yang penting kamu senang, aku rencana bawa kamu ke pasar malam Fir. Tapi kalau kamu lapar dan pengen sesuatu kita cari makan dulu."

"Cari gorengan di tempat yang terkenal dulu yuk! Ini juga masih sore Mas," ajakku.

Aku lagi pengen jajan gorengan. Lalu setelahnya laki-laki itu menyalakan mesin mobilnya dan membawa mobil meninggalkan pekarangan rumah keluarga Tano.

Beberapa menit setelahnya akhirnya kami sampai di tempat yang kumaksud dan duduk di salah satu tempat duduk paling sudut.

Setelah memesan teh madu lemon kesukaanku dan sepaket pisang goreng, kami menunggu sekitar 5 menit tak lama pesanan datang. Oh iya ini adalah warung yang terkenal di daerah sini jadi tidak heran jika banyak orang terlebih anak muda senang mampir.

"Gimana perasaan kamu?" tanya Mas Adi tiba-tiba.

"Perasaan aku? Gimana maksud pertanyaan kamu Mas?"

Aku balik bertanya.

"Gimana perasaan kamu, aku ajak jalan-jalan begini?"

"Senanglah Mas. Aku bisa makan apa aja yang aku suka," sahutku.

Entah kenapa aku suka sekali kalau lagi ngidam Karena Mas Adi biasanya suka menuruti apa saja yang aku inginkan.

"Cinta banget deh."

Mas Adi mengambil pipiku dan mencubitnya.
Belum sempat aku membalas ucapan Mas Adi, suara yang begitu familiar terdengar mengudara di telingaku. Aku kemudian menoleh, mataku menangkap sosok yang sudah tidak ku temui entah berapa lama.

Orang itu tidak sadar dengan keberadaan Aku dan Mas di sana. Mas Adi juga ikut menoleh dan menatap ke arah di mana mataku terpaku.

"Itu Friska kan Mas?" bisikku tepat di samping telinga Mas Adi.

Mas Adi menganggukan kepalanya pelan.
Hingga menit selanjutnya wanita itu menyapukan pandangannya ke seluruh ruangan dan mata kami bertemu. Aku mengulas senyum. Aku semakin merasa tidak nyaman saat melihat perempuan itu mendekat. Sepertinya aku belum siap bertemu dengan mantan kekasih suamiku di masa lalu.

"Hai," sapa Friska.

"Oh hai," balas Mas Adi sambil tersenyum juga.

Sedangkan Aku diam bak manekin, aku bingung harus bersikap bagaimana.

"Kalian sering ke sini juga?" tanya Friska

"Iya, kamu mau duduk?"

Mas Adi kembali berucap dan mawarkan duduk pada mantan kekasihnya.

"Oh boleh?"

Suara Friska kembali terdengar.

"Boleh," jawab Mas Adi dengan lantang.

Oke, Ingatkan Aku untuk tidak cemburu dan mengamuk.

Mas AdiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang