22. Si Bucin + Cemburuan

173K 13.8K 328
                                    

Hai halo, selamat sore anak-anakku.
Pa kabar kalian?
Semoga selalu sehat ya!

Mana nih yang kangen sama Mas Adi?

Nih emak bayar rasa kangen kalian.

Selamat membaca ☺️

"Jangan makan itu," cegah Mas Adi saat Aku baru saja akan menyendok pepes tuna buatan Mama.

"Kenapa?" tanyaku dengan wajah tidak terima.

Sejujurnya aku sudah sangat ngiler dan kangen berat dengan pepes tuna buatan Mama.

"Aku pernah baca artikel, kalau nggak baik ibu hamil mengonsumsi ikan tuna. Kamu makan yang lain ya. Ini ada salmon."

Para orang tua hanya menganggukkan kepala membenarkan apa yang diucapkan Mas Adi.

Aku menghela napas mencoba untuk tidak kesal.

"Iya Mas," balasku dengan nada sedikit tidak rela.

Sementara kami sedang makan malam, bel rumah berbunyi.

Aku berinsiatif membukanya.

"Kamu ngapain ikutan Mas?" tanyaku ketika melihat Mas Adi malah mengekor di belakangku.

"Takut tiba-tiba kamu kepeleset," ucapnya dengan tangan yang memperagakan hendak menggendongku kalau misalnya terjadi apa-apa.

Aku membulatkan mata.

"Kamu doain aku kepeleset Mas?"

Mas Adi menggelengkan kepalanya kuat, terlalu kuat malah. Aku melirik ngeri, kepala Mas Adi malah seperti mau copot.

"Ya nggaklah sayang, nggak mungkinlah Mas doain kamu dan calon anak kita yang nggak baik."

Tanpa mempedulikan Mas Adi yang bertingkah berlebihan, ku putuskan untuk membuka pintu.

"Selamat malam Kanesa."

Aku melirik geli. Di depanku saat ini berdiri anaknya Pak lurah yang sudah berusia 34 tahun tapi belum menikah. Dulu, sebelum aku menikah dia gencar sekali bertingkah untuk menarik perhatianku.

"Siapa kamu?"

Mas Adi melangkah maju di depanku.

"Saya? Saya anaknya Lurah. Saya punya banyak tanah," sombong orang itu.

Dia tidak tahu saja seberapa kaya keluarga Mas Adi. Ku lihat Mas Adi tersenyum geli.

"Lalu untuk apa datang ke sini?"

Lagi-lagi Mas Adi bertingkah seolah rumah ini adalah miliknya.

"Ya mau ketemu Kanesa lah Mas. Mas ini siapanya Kanesa?"

Anak pak Lurah itu malah menyolot di depan Mas Adi.

"Saya suaminya," tegasnya.

"Lho bukannya udah cerai ya?"

Aku hampir tertawa menatap wajah tidak suka yang Mas Adi tampilkan di depan laki-laki bernama Farhan itu.

"Siapa bilang? Jangan ngasal ya. Ini istri saya lagi hamil."

Pandangan Farhan turun pada perutku.

"Eh ngapain lirik-lirik anak saya?"

Astaga sebegitunya protectifnya Mas Adi.

"Nggak. Saya cuman mau ngasih kolak pisang buat Kanesa, dari ibu saya. Rumah kami di depan komplek Mas."

Farhan menyerahkan sekotak tupperware di depanku.

Mas AdiWhere stories live. Discover now