11. Lose Control

262K 18.9K 294
                                    

Sekitar 30 menit aku menunggu, tak lama kemudian Mas adi datang. Lagi-lagi dia membuka kamar hotel dengan kartu. Entah dari mana dia dapatkan kartu itu, mungkin dia meminta dari pihak hotel tapi setahuku pihak hotel tak mungkin segampang itu memberikannya.

Namun saat ini bukanlah waktu yang tepat menanyakannya. Setidaknya aku sedikit bersyukur dengan keberadaan Mas Adi di sini. Tolong digaris bawahi bahwa aku hanya sedikit bersyukur saja karena dia cukup membantuku hari ini.

"Ini Pembalutnya," ucapnya sembari menghampiriku.

"Berhenti di sana," cegahku.

Mas Adi tidak mendengarkan, lelaki itu malah semakin mendekatiku.

"Mas," mohonku.

"Biaya pembeliannya akan kuganti, ku transfer. Terima kasih karena sudah membantuku hari ini. Sekarang bolehkah kamu keluar?"

Iya, aku mengusir Mas Adi dari kamarku. Jangan menganggapku jahat karena hal yang kulakukan masih sangat normal dan bukan kejahatan.

"Tidak perlu diganti," balasnya.

"Aku tetap akan mengantinya," tuturku lagi.

Wajah Mas Adi berubah semakin masam, sepertinya dia memang tidak suka dengan ucapanku. Kami bukan lagi suami-istri dan aku sendiri tidak ingin berhutang apalagi pada mantan suamiku.

"Mas, silakan keluar."

Aku kembali berucap ketika melihat laki-laki itu hanya terdiam. Mas Adi menatapku dengan mata tajamnya yang cukup membuatku agak merinding sebenarnya.

"Baiklah," pasrahnya.

Mas Adi kemudian keluar dari kamarku.

***

Jadwalku rusak.

Perutku melilit, punggungku sakit, kakiku kram, kepalaku sakit bahkan setelah 4 hari. Benar-benar menjadi liburan terburukku sepanjang masa. Selesai haid aku hanya jalan-jalan di sekitar hotel mencari beberapa kerajinan yang dapat kujadikan ole-ole. Aku juga menikmati wisata kuliner khas Labuan Bajo, sudah seperti food and traveling vloger. Ya, aku memang biasanya datang Bulang 4 hari saja.

Namun hari ini, setelah seminggu sejak aku selesai haid, aku mengusahakan diri untuk ikut snorkeling dan diving di Pulau Padar. Hal itu untuk membayar beberapa hariku yang terbuang hanya rebahan di dalam kamar hotel dan juga jalan-jalan yang tidak terlalu menyenangkan.

"Mau ke mana?" tanya Mas Adi saat aku baru saja keluar dari kamar.

Entah kenapa aku merasa bahwa laki-laki itu selalu muncul di manapun aku berada. Untungnya beberapa hari ini aku berhasil menghindar ketika pergi jalan-jalan berburu souvenir dan kuliner khas Labuan Bajo.

"Mau pergi kawin sama Komodo," balasku kesal.

"Udah nggak haid?" tanyanya lagi.

Aku memutar bola mata malas karena menanggapi ucapannya. Lagi pula aku haidnya paling lama 4 hari.

"Aku selesai haid atau belum itu bukan urusan kamu Mas, mohon jangan bersikap berlebihan karena kita sudah tidak ada hubungan," seruku agak kencang lalu pergi meninggalkannya.

Bisakah sehari saja hidupku tenang? Aku datang ke sini untuk liburan dan mengatasi rasa stress, bukannya menambah pikiran. Rasanya aku ingin melemparkan Mas Adi ke kumpulan Komodo namun sayangnya, binatang purba itu bahkan tidak memangsa manusia kecuali dia merasa diganggu barulah dia menyerang.

Terang saja aku sangat kesal dan ingin melakukan hal itu karena lelaki itu terus mengikutiku bahkan dari hotel di Labuan baju sampai ke pulau Padar.Tapi ada senangnya sih karena dengan Mas Adi biayanya gratis, Mas Adi berkeras untuk membayar. Tidak lupakan Mas Adi yang merupakan laki-laki paling gengsi se-dunia untuk dibayarkan. Namun berada ditengah-tengah Mas Adi sekarang merupakan musibah untukku.

Mas AdiWhere stories live. Discover now