12. Semoga tidak bertemu lagi

248K 16.4K 145
                                    

Pukul 10.30 WITA.

Aku baru bangun.

Ya, sesuatu telah terjadi semalam. Jujur, aku menyesalinya, sangat-sangat menyesalinya. Aku sudah berusaha menolak tapi Mas Adi jelas-jelas sangat memaksaku.

"Selamat Pagi."

Aku mendengus ketika mendengar suara itu. Tanpa berniat menanggapi, aku memutuskan turun dari tempat tidur. Untungnya setelah aktivitas kami, aku langsung memakai pakaianku kembali. Sehingga pagi ini aku tak perlu bangun dengan kondisi memalukan.

"Mau ke mana?" tanya Mas Adi yang masih berdiam diri di atas tempat tidur.

"Kamu pikir ke mana lagi? Aku ingin pergi membersihkan diri dari segala dosa yang telah terjadi semalam," jawabku dengan datar.

"Dosa?"

Lelaki itu bertanya dengan wajah yang sepertinya tersinggung dengan ucapanku.

"Ya, kamu pikir apa yang telah terjadi bukan dosa?" tanyaku sinis.

Mas Adi ini bodoh atau pura-pura bodoh. Dia pikir yang kami lakukan semalam itu bukan dosa? Dia sudah gila. Aku sengaja memanggilanya dengan sebutan 'kamu' agar dia sadar bahwa saat ini moodku sedang sangat buruk.

"Aku tidak berdosa, aku melakukan kewajiban bersama istriku."

Aku ternganga sesaat setelah mendengar ucapannya dan kemudiah terkekeh sinis.

"Kamu sudah gila? Kita telah bercerai. C-E-R-A-I! Berhenti mengkhayal dan berhentilah mengusik kehidupanku setelah ini."

Setelah berucap aku pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan di sana aku malah menangis. Menangisi dosa besar yang baru saja kulakukan bersama Mas Adi.

***

Sehabis mandi aku keluar dari kamar mandi dengan harapan bahwa Mas Adi tidak ada lagi sana. Ya, melihat wajah lelaki itu membuatku ingin menelannya hidup-hidup. Tapi menyadari keberadaanku sebagai manusia aku pasti tidak dapat melakukannya.

"Bisakah kamu keluar dari sini?" tanyaku dengan nada tidak ramah.

"Kamu mengusirku setelah apa yang sudah kita lakukan?" tanya Mas Adi dengan alis yang terangkat sebelah.

Aku mendengus kesal.

"Terlepas dari yang kita lakukang semalam, Aku menyuruh kamu keluar dari sini dan anggap saja apa yang sudah terjadi adalah kehilafan Aku dan kamu sebagai manusia."

Aku berbicara sengaja dengan ucapan sopan, supaya Mas Adi mengerti kalau aku marah.

Ku lihat Mas Adi menatapku tidak suka setelah aku menyelesaikan ucapan itu. Dia pikir setelah melakukan hal sinting semalam, aku akan dengan muda luluh dan menyerahkan diri? Tidak, aku bukan lagi seorang perawan yang harus meminta tanggung jawab. Kami sudah sama-sama dewasa dan hal ini sepertinya sudah biasa terjadi apalagi untuk Mas Adi yang memang sudah pernah berselingkuh.

"Aku tidak akan menangis tersedu-sedu untuk meminta tanggung jawab, Aku adalah wanita dewasa dan Aku tidak bodoh untuk membiarkan hal semalam membuahkan hasil di kemudian hari."

Mas Adi semakin mengepalkan tangannya. Ucapanku cukup menyinggung perasaanya namun aku tidak peduli. Aku benar-benar sudah tak ingin punya urusan lagi dengannya.

"Fira-"

"Jangan bicara lagi dan silakan keluar dari tempat ini."

***

Hari ini adalah hari terakhirku di Labuan Bajo. Rasa tidak rela pulang secepat ini karena sejujurnya aku sama sekali tidak menikmati liburan kali ini dengan benar. Banyak hal yang menjadi faktor penyebabnya, namun yang paling ku benci adalah pertemuanku dengan Mas Adi di tempat ini. Berlanjut dengan malam yang membuat kami berakhir di bawah selimut tanpa helaian pakaian.

Mas AdiWhere stories live. Discover now