28. Cek Kandungan

103K 9K 85
                                    

Selamat malam, sayang-sayangnya emak.

Pada nungguin updet-an nggak?

Hehehe ini ya untuk kalian yang udah pada nungguin semoga menghibur kalian ya.

Selamat membaca 🤗🤗😁

Pukul 7 Malam Mas Adi sampai di rumah, wajah lelaki itu tidak nampak menyiratkan bahwa dia lelah. Mas Adi bahkan terlalu bahagia untuk ukuran orang yang baru pulang kerja seharian.

Kayaknya besok atau kapan-kapan saja aku mengatakan perihal kedatangan si Friska di rumah siang tadi. Karena sepertinya mood Mas Adi sangat bagus dan aku tak ingin menghancurkannya.

"Kok senyum-senyum gitu sih Mas? Kamu malah jadi mengerikan," tuturku agak takut.

"Ya siapa yang nggak senang saat ketemu istri? Lelah Aku malah menghilang Fir."

Aku menahan senyum.

Semakin hari, Mas Adi ini semakin pandai menggombal ya.

"Gombalan kamu basi Mas," seruku.

Padahal sebetulnya aku lagi menahan diri agar tidak tergoda.

"Idih, gengsi ngakuin," ejeknya.

Aku mendengus.

"Serah kamu Mas. Aku malas debat," pasrahku.

Aku lagi nggak mood untuk adu mulut dengan Mas Adi.

"Eh Iya Fir, besok jadwa kamul cek kandungan. Aku temenin ya. Kebetulan besok aku nggak punya jadwal pagi. Nanti aku minta Tatiana yang tanganin."

Aku terkejut.

Aku lupa dengan jadwal cek kandungan.

"Oh iya Mas, aku hampir lupa. Iya deh aku lagi pengen ditemenin sama kamu," balasku.

Mas Adi tersenyum dan langsung berlutut di depanku, di depan perutku tepatnya.

"Anak Ayah, kamu dengar nggak? Ibu kamu udah mulai pikun tuh. Keterlaluan banget dia malah lupa kapan kita cek kesehatan kamu."

Ada rasa begitu nyaman dan terharu ketika melihat bagaimana Mas Adi berkomunikasi dengan calon bayi kami. Lelaki itu nampak begitu antusias ketika berbicara di depan perutku.

"Namanya juga manusia Mas, ya maklum aja," sahutku.

Kami berbincang-bincang sebentar dan Setelahnya aku membantu Mas Adi menyiapkan air mandinya dan pakaian tidurnya.

***
Aku kembali mengecek beberapa barang penting yang jangan sampai ketinggalan saat akan cek kandungan pagi ini.

Mas Adi menelpon rekan kerjanya yang kebetulan istrinya adalah seorang dokter kandungan dan minta jadwal paginya dikosongkan demi membawaku saja.

Ya, mau melarang sudah begitu kalau anak sultan. Padahal sebenarnya aku ingin sekali merasakan bagaimana lamanya mengantri dan menunggu nama kita dipanggil.

Tapi Mas Adi takut aku lelah dan stres karena terlalu sama mengantri nantinya. Terdengar berlebihan tapi romantis.

Setelah semua hal siap, kami pun memutuskan berangkat dan kali ini tanpa supir karena Mas Adi menyetir sendiri.

"Kira-kira dia perempuan atau laki ya?" tanya Mas Adi entah pada siapa.

Aku menggeleng.

Bagiku jenis kelamin apapun tidak akan mempengaruhi hidupku, namanya anak aku akan menyayanginya. Aku sendiri tidak memiliki keinginan khusus berkaitan dengan jenis kelamin.

Mas AdiWhere stories live. Discover now