19. Syukuran Kembalinya Menantu Kesayangan

196K 15.6K 111
                                    

Selamat malam! Tiba-tiba Emak banjir ide.
Langsung ngetiklah!

Emak mau ingetin kalau sudut pandangnya nggak monoton dari Kanesa aja, tapi juga dari sudut pandang penulis Yoo jadi jangan bingung.

Wokai selamat membaca 😊

Setelah menemani Mas Adi bekerja seharian, kami akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah. Bukan rumah orang tuaku tapi rumah Mami Deasye dan Papi Daud, mertuaku.

"Kamu nggak pengen makan apa gitu?" tanya Mas Adi.

Entah sudah berapa kali dia menanyakan itu. Sejak kami dari kantor lelaki itu terus bertanya tentang makanan yang aku ingin makan. Tapi aku tidak ingin makan sekarang, aku hanya ingin segera sampai dan tidur dalam pelukan Mas Adi.

"Nggak Mas, aku lagi pengen makan kamu aja," ucapku ngasal.

"Makan aku?" tanya Mas Adi dengan pandangan menggoda.

Astaga sepertinya aku salah bicara.

"Kamu tahu bukan itu maksudku Mas."

Aku kesal.

"Iya sayang, aku tahu kok. Jangan marah gitulah. Baru aja baikan."

Mas Adi membelokkan mobil ke arah pekarangan rumah kediaman keluarga Tano.

"Selamat datang Tuan putri," ujar Mas Adi setelah membukakan pintu mobil.

Aku berasa masuk ke dalam istana, entah kapan terakhir kali aku di rumah ini, rasanya sudah lama sekali.

Rumah nampak ramai.

"Mas kok rame banget? Mami sama Papi ada tamu?" tanyaku dengan nada bingung sambil turun dari mobil.

"Katanya Mami mau buat syukuran kembalinya menantu kesayangannya," jawab Mas Adi yang langsung membuatku terhenyak dengan rahang yang hampir jatuh.

Syukuran? Apa itu nggak berlebihan?

Aku dan Mas Adi memutuskan untuk langsung naik ke lantai atas melalui tangga depan, kata Mas Adi kita ganti pakaian dulu. Lagi pula aku juga sudah gerah dengan pakaian yang kugunakan sejak pagi tadi.

***
"Kita nggak usah turun ke bawah deh," cetus Mas Adi saat kami sudah bersiap-siap untuk turun dan menemui keluarga besar Tano di lantai bawah.

"Kok gitu Mas? Mas nggak lihat nih aku udah siap?"

Aku sedikit kesal. Aku sudah berdandan cantik dan dengan seenaknya Mas Adi berkata bahwa nggak usah turun. Enak aja.

"Baju kamu terlalu terbuka Fira."

Mas Adi kembali menatap gaun biru yang sedang aku pakai malam ini. Gaun itu model sabrina hingga menampilkan pundakku. Memang gaun itu hanya sebatas paha yang tentu akan mengekspos kakiku. Namun kupikir tamu undangan syukuran yang Mami Deasye adakan hanya keluarga tidak ada tamu yang lain.

"Oh My God, Mas aku udah biasa pakai kayak beginian. Yang lalu juga kamu jarang protes tapi sekarang kenapa jadi posesif kek gini sih Mas?"

"Kamu itu hanya milik aku Fir."

Mas Adi mendekat dan mengecup pundak terbukaku. Seketika aku langsung menjerit pelan saat merasakan gigitan di bahuku. Aku langsung menghadap cermin dan melihat kissmark di sana.

"Mas!!"

Aku berteriak kesal. Bisa-bisa dia membuat tanda di tempat yang memang tidak bisa aku tutupi dan jalan satu-satunya adalah ganti gaun. Menghabiskan waktu saja.

"Ganti baju kamu."

Mas Adi menampakkan senyuman miringnya.

15 menit kemudian kami sudah menuruni tangga, aku memasang wajah cemberut.

"Kamu marah?" tanya Mas Adi.

"Menurut Ngana?"

Terdengar jelas sekali nada kesal dalam ucapanku, keterlaluan kalau Mas Adi bahkan tidak menyadarinya.

"Iya deh maafin aku, aku cuma nggak mau tubuh kamu diliatin semua orang Fir."

"Nggak sekalian Mas kafanin?"

Mas Adi terkekeh mendengar ucapanku.

"Yang di bawah kan cuma keluarga kamu Mas."

"Tapi tetap ada yang laki kan?"

Aku menyerah karena merasa semakin kesal.

"Aku kesal sama kamu Mas."

"Mas juga cinta kamu kok Fir."

"Masss!!!!"

***

"Menantu kesayangan Mami," teriak Mami Deasy heboh.

Wanita itu menghampiriku dan langsung memeluk erat tubuhku hingga membuatku meringis.

"Mi, Fira lagi hamil. Meluknya jangan kekencangan gitu," teriak Mas Adi panik.

"Kamu hamil Nes?"

Oh iya Mami dan Papi belum tahu tentang kehamilanku. Aku yakin mereka pasti akan heboh.

Aku menganggukkan kepala di depan Mami yang sedang menunggu jawabanku.

"Puji Syukur Mami bakalan dapet cucu!"

"Papi! Mami bakal dapet Cucu."

"Alin, Lia, Yena. Aku bakal jadi nenek."

Mama mertuaku itu benar-benar super heboh. Dia bahkan memanggil saudara dan para sepupunya untuk mendengarkan kabar kehamilanku. Astaga memalukan sekali.

Dari arah selatan kulihat Gisha bersama suaminya.

"Mbak Nesa, Gisha kangen!" sahutnya dan langsung memelukku.

"Berita Mas Adi sama Mbak Nesa rujuk udah heboh di grup keluarga, apalagi tadi dengar Mbak Nesa hamil ya? Seneng banget deh bakal punya ponakan."

Semua orang menyambutku dengan baik dan itu membuatku merasa terharu sendiri, mereka benar-benar menyayangiku dan tetap menginginkan posisiku berada di tengah-tengah kehidupan mereka.

Syukuran berlangsung dengan lancar dan terasa sangat menyenangkan.

***

Adi menatap kagum wajah istrinya yang kini diterpa sinar matahari. Pundak bersih perempuan itu terlihat bersinar.

Telah lama ini menjadi mimpi-mimpi Adi di beberapa bulan belakang ketika dia mencoba hidup tanpa Kanesa Alfira dan kini semuanya nyata. Ketika dia membuka mata, ada seseorang yang dia cintai tidur di sampingnya.

Adi mengecup pundak terbuka Kanesa dan membuat perempuan itu terusik. Kanesa perlahan-lahan membuka matanya dan menatap Adi.

"Mas!"

Kanesa kembali menutup wajahnya dengan selimut, dia malu tentu saja.

Semalam mereka baru saja...

Sial-sial! Wajah Kanesa memerah mengingat bayangan bagaimana tadi malam mereka berbagi kasih.

"Kenapa Fir?"

Adi berusaha menarik selimut yang menutupi wajah istrinya.

"Aku malu Mas," tutur Kanesa di balik selimut.

"Malu kenapa?"

Adi semakin tersenyum melihat tingkah menggemaskan Kanesa.

"Ih Mas!"

Kanesa semakin merapatkan selimut ditubuhnya.

Tapi semakin dia merapatkan semakin gencar Adi menariknya hingga akhirnya selimut itu sedikit terlempar dan menampilkan tubuh polos Kanesa sebatas perutnya. Dengan cepat perempuan itu menyilangkan tangan di depan dada.

"Mata kamu Mas," teriak Kanesa dan kembali menarik selimut.

"Mataku baru saja mendapatkan vitamin," ucap Adi terkekeh.

Laki-laki itu kemudian beranjak dari ranjang menuju kamar mandi dan hal itu berhasil membuat Kanesa berteriak histeris.

"Mas!!"

"Apaan sih! Aku udah lihat kali semalam," tutur Adi sambil senyam-senyum. Ternyata jatuh cinta lagi itu, begini rasanya.

Mas AdiWhere stories live. Discover now