6. Berangkat

200K 18.4K 198
                                    

"Kamu beneran mau ke NTT?"

Entah ini sudah pertanyaan ke berapa kali yang dilontarkan Mama. Beliau seolah tidak percaya bahwa aku akan berangkat ke Labuan Bajo siang ini.

"Iya Ma, dari tadi Nesa kan udah ngomong kalau mau liburan ke Pulau Komodo."

Aku mencoba menjawab dengan kalem menutupi rasa kesal karena menerima pertanyaan yang sama beberapa kali di waktu yang sama.

"Kenapa harus ke sana sih Nes? Kamu lagi nggak nyari jodoh di sana kan? Terakhir kamu ke sana 10 tahun lalu, kamu malah pulang dengan jatuh cinta sama Adi."

Oh iya aku lupa ngomong sama kalian kalau Aku dan mantan suamiku itu pertama kali bertemu di Labuan Bajo, dulu tempat itu belum terlalu terkenal seperti sekarang. Gegara Mama, Aku malah mengingat masa lalu.

"Kenapa sih Ma, Nesa mau liburan ya sekalian nyarin jodoh juga."

"Nesa, kamu baru 2 bulan cerai lho."

Memangnya apa pengaruhnya aku yang baru bercerai 2 bulan dengan cari jodoh? Tidak ada larangan kan.

"Emangnya kenapa sih Ma? pamali?" tanyaku.

Sembari menelepon dengan ponsel yang sengaja kujepit di telinga dan pundak, aku menyiapkan barang-barangku.

Pukul 10 penerbanganku ke Laboan Bajo, jadi aku masih punya waktu 4 jam lagi untuk bersiap-siap.

"Bukan pamali Nes, tapi apa kata orang, kalau kamu udah punya gandengan dalam kurun waktu yang begitu singkat."

Aku memutar bola mata mendengar ucapan Mama.

"Kenapa harus peduli kata orang, emang mereka yang ngasih aku makan?"

"Ya udah deh Ma, Nesa udah mau siap-siap. Salam sama Papa ya."

Tanpa mendengar balasan mama, panggilan itu segera ku matikan. Berbicara dengan orang tua kadang membuat telinga panas namun hal seperti itu yang selalu akan kita rindukan nanti.

***

Pukul 09.00 WIB.

Aku sudah sampai di Bandara bersama koper biru muda milikku. Pakaian yang kugunakan tidak mencolok, hanya kaos oblong berwarna putih dengan jeans hitam dan sneakers yang senada dengan kaos yang kugunakan. Aku juga menenteng tote bag berwarna campuran putih dan hitam yang di dalamnya ada beberapa perlengkapan keberangkatan seperti dompet beserta kartu-kartu di dalamnya termasuk kartu tanda penduduk. Beberapa peralatan make up dan juga ponsel.

Setelah check in ku langkahkan kaki menuju starbucks untuk memesan kopi, semalaman aku tidak tidur. Hmm, ya kebisaan anehku sebelum bepergian jauh, aku tidak akan bisa tidur semalaman. Maka itulah pagi ini aku cukup mengantuk.

Setelah membeli kopi aku memilih duduk di dalam waiting room tepatnya di bangku kosong paling pojok. Aku masih punya waktu yang cukup untuk membaca beberapa episode cerita di aplikasi wattpad sembari menunggu.

"Permisi Mbak, boleh duduk di sini?" tanya seorang laki-laki.

Aku lantas langsung menoleh dari bacaanku.

"Eh, iya boleh Mas. Kursinya juga bukan punya saya," candaku.

Laki-laki itu nampak tersenyum dengan gigi atas sebelah kirinya yang ginsul. Terlihat manis, menurutku.

"Dito," ucapnya sambil mengulurkan tangan di depanku.

"Kanesa," balasku.

"Ke Labuan Bajo ya?" tanyanya.

Aku tersenyum dan berucap, "Iya Mas."

Sebenarnya aku adalah tipe orang yang tidak terlalu suka mananggapi ucapan orang yang baru dikenal, karena pernah kena hipnotis zaman kuliah dulu. Tapi semoga saja laki-laki ini tidak punya niat jahat.

Mas AdiWhere stories live. Discover now