54. Terima Kasih Mas Adi (END)

121K 6.3K 196
                                    

Selamat sore semuanya, selamat hari Minggu.

Ini adalah update episode terakhir Mas Adi 🥰🥳🥳

Nggak rela sih sebenarnya kalau Mas Adi bakal end 🥺😭😭😭

Oh iya, sebenarnya emak nggak pandai bikin ending jadi maaf banget kalau ending nggak sesuai ekspetasi kalian 🙏🙏

Tapi emak sudah berusaha sekali 😁

Semoga kalian terhibur ya.

Btw, terima kasih kepada semua pembaca emak yang sudah setia dari awal cerita Mas Adi sampai sekarang 🥰🥰🥰

Tanpa kalian Mas Adi nggak akan sampai 2 juta 😭🥰🥰

Oke deh,  jangan lupa tandai kalau ada kesalahan penulisan ya dan selamat membaca 🤗🤗

Hari ini, tepat 3 hari Rafka di rumah.

Beberapa hari ini Mami yang merawat Rafka, sekalian katanya untuk mengajariku merawat bayi.

"Mulai hari ini Rafka tanggungjawab kamu sama Adi ya, Mami hanya memantau."

Aku menganggukkan kepalaku, setidaknya beberapa hari ini aku sudah banyak belajar. Aku sebenarnya takut mengurus bayi apalagi Rafka yang dasarnya adalah bayi prematur.

Tapi sekarang aku sudah menjadi seorang ibu yang harus mengurus anaknya sendiri. Apalagi Mas Adi bilang bahwa ketika Rafka 6 bulan nanti kita akan pindah rumah. Mencoba untuk menjadi rumah tangga mandiri dan tidak bergantung lagi dengan Mami dan Papi.

"Mas!" teriakku.

Saat ini aku sedang mengganti popok Rafka.

"Iya Fir," balas Mas Adi berteriak.

Sepertinya lelaki itu ada di dalam kamar mandi. Ya, sedari pulang kerja dia langsung membersihkan diri.

"Kamu belum selesai mandinya Mas?" tanyaku.

"Lagi ngucek bajunya Rafka, sayang."

Aku membelalak.

Mas Adi? Mencuci pakaiannya Rafka? Astaga jangan sampai ini keluarga Tano jadi bahan gunjingan karena pewarisnya sedang mencuci pakaian.

Lagi pula di rumah ini ada banyak mesin cuci, ada banyak pelayan. Kenapa dia malah bersusah payah? Atau paling tidak dia menyuruhku, kan itu tugasku. Lebih etis kalau aku yang melakukannya.

Mas Adi keluar dari kamar mandi dengan seember kecil penuh baju Rafka.

"Mas, kamu ngapain nyuci baju Rafka? Kan ada aku, ada pelayan juga."

Malah aku yang menjadi tidak enak hati kalau begini.

"Kenapa? Apa salahnya aku nyuci? Sekali-kali meringankan beban pelayan, aku ingin merasakan nyuci pakaian anak sendiri itu gimana. Lagipula mungkin dengan begini Rafka bakal sadar perjuangan ayahnya dan mau sama aku kalau dipeluk nanti."

Aku menahan tawa.

Ternyata ada juga maksudnya Mas Adi melakukan ini. Tapi Rafka kan masih kecil mana ada dia tahu kalau Mas Adi yang mencuci pakaiannya.

"Ada-ada kamu Mas."

Mas Adi hendak ke lantai 3 tempat kami biasa menjemur pakaian.

"Eh tunggu Mas. Kamu nyuci pakaian Rafka pakai apa? Di kamar mandi kita nggak ada diterjen."

Aku baru ingat.

Mas Adi menyengir.

"Sabun mandi kamu," sahutnya.

Mas AdiWhere stories live. Discover now