Prolog

18.2K 697 64
                                    

Di sebuah rumah elit terdapat dua keluarga sedang berkumpul membicarakan hal penting sampai tidak penting. Kedua keluarga itu bermarga Nakaswara dan Alexandra, keluarga yang sudah bersahabat sejak mereka kecil hingga sekarang. Tidak hanya ada kepala keluarga, anak-anak juga istri pun sedang berkumpul di sana.

Dia Rezka, ayah dari dua orang anak laki-laki yang sekarang sudah berusia 17 tahun. Di samping lelaki itu ada Naira, ibu dari kedua anak mereka dan berstatus sebagai istri dari Rezka.

"Jadi gimana, Rez?" tanya lelaki tampan walau usianya sudah tidak muda lagi, Xavier.

"Apa yang gimaa?"

"Anak-anak udah ada kelanjutan?" sambung Xavier dan saat itu juga Rezka paham ke mana arah obrolan mereka.

Rezka melirik ke arah kedua anak-anaknya dan juga kepada Velly, anak bungsu dari keluarga Alexandria.

"Biarin aja mengalir seperti air," celetuk Rezka.

"Emang maksud Papah sama Om Sapi apa?" tanya Renza, anak bungsu dari keluarga Nakaswara sekaligus kembaran dari Rendra yang menjadi anak pertama karena lahir lima menit lebih dulu dari Renza.

"Nggak papa, De. Seperti yang udah pernah kami ucapain ke kalian, jika kalian mau lebih dari kata sahabat itu gak papa," tukas Xavier.

Panggilan 'Ade' memang sudah melekat pada Renza.

"Aku sama Renza, gitu?" Kini Velly angkat bicara setelah paham sama apa yang orang tua mereka maksud.

"Iya. Toh kalian sudah sangat dekat, Om sama Papah pasti senang kalau kalian pacaran," ucap Xavier tersenyum.

Renza dan Velly tatap-tatap-an dan mengidik secara bersamaan. "Gak ih, Pah," ucap Renza.

"Dih gua juga gak mau, ngapain coba," sambar Velly memalingkan wajahnya.

"Biasanya kalau yang gini-gini suka jadi," tukas Yala, istri dari Xavier.

"Ih Mamah apaan, sih?" kesal Velly.

"Kita udah sahabatan aja, Om, Tante, Papah, Mamah."

"Halah dalam hati mah kamu suka kan, De?" cibir Rezka yang tidak dapat balasan dari anaknya. Renza mengerucutkan bibirnya karena kesal.

"Yasudah jalanin aja dulu persahabatan kalian," kata Neira melerai obrolan yang bertolak belakang dengan anak-anaknya mereka.

"Emang Mamah doang yang ter the best," sahut Renza dan memeluk Neira. Neira terkekeh dan mengusap puncak rambut Renza dengan pelan-pelan.

"Rambutnya udah mulai panjang besok potong ya?" Renza mengangguk pelan.

"Lagian Velly mau mau fokus belajar, Velly gak mikirin apapun terkecuali aktivitas yang di sebut belajar. Velly gak mau rank di bawah Renza lagi, malesin," gerutu Velly.

"Ya atuh lo harus sadar aja kalau gua lebih pinter dari pada lo, Vell," balas Renza tidak mau kalah.

"Gak ya. Gua pinter kok, lo lagi hoki doang bisa juara kelas," kesal Velly.

"Kan mulai lagi, beneran pasti jodoh. Iya gak, Sap?" Xavier mengangguk semangat.

"DIH.." kesal keduanya.

Narendra | Versi II EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang