25

3.1K 350 112
                                    

"Om Sap jangan gitu ih," tegur Renza tidak mau Kakak kembarnya merasa tersudutkan. Xavier terkekeh nendengar teguran dari Renza.

Padahal menurutnya benar apa Rendra tidak minder melihat prestasi Renza yang sangat jauh dengannya?

"Dia ya dia aku ya aku, Om," balas Rendra acuh. Xavier yang ia kenal sekarang bukan Xavier yang dulu. Xavier yang sekarang hanyalah Xavier yang tegas kepadanya, apa setidak pantas itu kah ia bersanding dengan anak bungsu keluarga Alexandra?

"Loh bukannya kayak gitu. Memang, kamu yang kamu adikmu ya adikmu seharusnya kamu mendapatkan motivasi dari keberhasilan adikmu bukannya malah berbicara seperti itu," tukas Xavier.

Neira yang sedari tadi diam hanya menatap mimik wajah anak sulungnya, Neira tidak pernah suka ada orang yang berbicara seakan-akan merendahkan salah satu anaknya.

"Heh udah ah kenapa malah berbicara hal kayak gitu?" Yala yang berbicara. Xavier berdecak pelan.

"Aku cuma mau ngasih motivasi aja siapa tau dengan aku ngomong kayak gitu Rendra mau rajin belajar, gak hanya satu loh yang lebih unggul dari Rendra melainkan ada Velly juga. Aku kalau jadi Rendra pasti minder lihat prestasi adik sama pacarnya," kata Xavier kepada Yala.

"Gitu kan, Rez?" tanya Xavier menoleh ke arah Rezka, di angguki pelan oleh Rezka walau sebenarnya Rezka tidak mau melakukan hal seperti itu.

"Gua gak pernah maksa Abang harus sama kayak Ade, mereka punya sisi prestasinya masing-masing," jawab Rezka dengan menatap ke arah Rendra yang sedang mengarahkan pandangannya fokus kepada menu makanan yang sedang ia makan.

"Prestasi Rendra di bagian mana?" tanya Xavier.

"Rendra kuat sampai detik ini aja udah prestasi buat gua, Sap," jawab Rezka dengan nada bicara yang dingin.

***

Sepulangnya dari makan malam bareng keluarga Xavier, Rezka dan Neira langsung masuk kamar begitu juga dengan Rendra yang langsung diikuti oleh adik kembarnya yang tidak pernah mau di tinggal oleh Rendra.

"Abang.. kenapa ya Papah kalau ke Abang kayak semuanya di bebasin sedangkan ke Ade enggak? Kayak Abang futsal boleh Ade basket gak boleh, terus Ade berprestasi di sekolah malah Papah mempunyai ekspetasi lebih tinggi sedangkan Abang? Papah diemin aja," jelas Renza saat Rendra sedang mencari baju untuk mengganti bajunya yang tadi ia pakai keluar.

Rendra sendiri tertenggun mendengar keluhan Renza. "Lo iri, De?" Renza menggelengkan kepalanya dengan cepat. Renza tidak iri hanya saja tidak mengerti dengan apa yang ada di pikiran Papah nya.

"Ade gak iri, Bang."

"Gua gak mau bahas hal itu, De. Udah pada intinya gua emang gak terlihat aja di mata Om Sapi, gua gak sanggup kalau harus sempurna di mata dia," tukas Rendra.

"Abang sini duduk!" ajak Renza menepuk tempat kosong disampingnya begitu juga dengan Rendra yang langsung menurut.

"Cukup jadi diri sendiri aja, Bang," kata Renza.

Rendra mengangguk pelan.

"Pokoknya Ade sayang Abang."

"Gua juga."

"Sayang Ade?" tanya Renza dengan nada antusias.

Narendra | Versi II EndWhere stories live. Discover now