50 | End

5.2K 366 51
                                    

***

"Om Sapi butuh tranfusi datah, Ndra," tukas Yala saat ia baru saja masuk ke dalam ruangan dokter yang menangani Xavier.

Rendra terdiam sesaat, terus apa yang harus ia lakukan?

"Tapi mereka sedang mencari darah yang sama," sambung Yala.

"Syukurlah," gumam Rendra tidak tahu harus bersikap seperti apa.

Yala mengangguk dan berjalan ke dalam ruangan yang sudah menjadi ruangan rawat Xavier saat ini. Yala meninggalkan Rendra dan Velly berdua dengan di rundung rasa canggung terutama bagi Velly sendiri.

Setelah menatap Velly dengan dalam, Rendra duduk disamping Velly membuat gadis itu tersentak kaget dan sedikit menggeser posisinya agar tidak terlalu mepet dengan Rendra.

"Gak harus jauhan gini kan, Vell?" tanya Rendra, ada rasa menyindir yang Velly tanggkap dari pertanyaan Rendra kali ini.

"Heum? Iya.." balas Velly seadanya.

"Kenapa jadi jauhan gini?"

"Bukannya itu kemauan kamu---

Rendra terkekeh pelan. "Kemauan yang terpaksa? Maybe.." gumam Rendra langsung membuat Velly terdiam.

Jika bukan karena tuntunan dari Xavier dan Rezka tidak mungkin secepat itu Rendra mengambil keputusan. Bahagia Velly memang tidak bisa di atur ada gak ada nya dirinya, tetapi jika dari Velly nya merasa bahagia tentu saja Rendra sangat ingin terus berada di samping perempuan itu.

Melawan orang tua pun Rendra sudah tidak mampu, apalagi yang ia lawan restu nya adalah orang yang berpengaruh di kehidupan papahnya sendiri, Xavier.

"Jika bukan karena terpaksa mana mau aku lepasin kam--

"Kamu orang yang gak berpendirian tinggi, emang sejak kapan kamu perduli apa kata orang lain? Bukannya sejak awal pun kamu gak pernah---

"Karena itu ucapan papah kamu, Vell. Kamu itu punya papah mu, aku gak bisa merebut paksa kamu dari papah mu," tukas Rendra.

Rendra berdiri dan melenggang pergi untuk ke ruangan Rezka yang berada di lantai atas meninggalkan Velly yang bungkam sendirian tanpa memintanya untuk tidak pergi.

Nyatanya Velly tidak mengerti dengan tindakannya sekarang padahal Rendra seperti ini untuk menyelamatkan semuanya.

***

Tidak lama kemudian Rendra sampai di ruangan Rezka, apa yang di katakan Yala itu tidak benar. Rezka tidak ada jadwal operasi bahkan saat ini Rezka sedang istirahat di ruangannya itu sebabnya ia di panggil ke ruangannya.

"Papah.." panggil Rendra membuka pintu ruangan Rezka.

Rezka menoleh. "Masuk, Nak."

Rendra menganggukan kepalanya dan melangkahkan kakinya untuk masuk ke ruangan Rezka dan duduk berhadapan dengan Rezka.

"Kalau cape langsung pulang aja, Bang," ucap Rezka.

"Om Sapi butuh transfusi, mereka lagi nyari ke rumah sakit lain. Papah gak mau bantuin Om Sapi?" Bukannya menjawab, Rendra malah melayangkan pertanyaan lain.

Rezka tidak menjawab. Rendra mengerti, Papahnya memang masih sangat marah kepada Xavier.

"Pah.. bantu Om Sapi. Papah selalu berbuat baik sama orang lain, masa sama sahabat sendiri aja gak?"

"Papah gak bisa, Bang. Papah sering lembur, gak bagus buat badan Papah kalau maksain buat transfusi," ucap Rezka yang bukan hanya sebuah alasan.

Sudah hampir seminggu ini Rezka pulang subuh membuatnya kekurangan tidur dan istirahat, tidak memungkinkan untuknya mendonorkan darah kepada Xavier.

Narendra | Versi II Endحيث تعيش القصص. اكتشف الآن