35

3.3K 358 46
                                    

"Iya.." balas Rendra dengan suara pelan.

Semenjak saat itu, Rendra selalu takut berduaan dengan Xavier. Karena yang sudah-sudah ucapan-ucapan Xavier selalu menyakitkan untuk ia dengar.

"Kamu ngaku kamu salah gak?" tanya Xavier.

"Apa semua kesalahannya harus di lempar ke aku, Om? Apa semua tentang Renza itu tanggung jawab aku?" Rendra di saat tubuhnya sedang tidak baik-baik saja bisa melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang setidaknya akan membuatnya tenang.

Xavier menghela nafas pelan. "Tentu saja karena itu adik kembar kamu, Ndra."

Iya benar, Renza memang adiknya. Tetapi apa semuanya harus di kait-kiatkan dengannya?

"Kenapa Renza gak bisa ngelawan di saat ada orang yang nindas dia? Renza juga laki-laki, Om. Setidaknya bisa melawan disaat aku lagi gak ada di samping dia. Dan Om, mamah, papah dan yang lainnya jangan terus ngebuat Renza bergantungan sama aku jika kejadian ujungnya tetap aku yang akan di salahkan."

"Loh kok kan emang semuanya berawal dari kamu."

"Orang kalau udah sekali salah sampai kapan pun di anggap salah ya, Om." Rendra memalingkan kepalanya.

"Om, aku yakin kedatangan Om kesini bukan hanya perkara masalah ini, kan? Om gak suka aku sama anak Om, kan? Sama Velly?" tanya Rendra karena yang Rendra kenal Xavier itu bukan orang yang bisa memihak hanya pada satu orang, apalagi kepada orang-orang terdekatnya.

Dan barulah kali ini Xavier bersikap memihak, memojokannya dan terus menyalahkannya di saat Rezka saja belum speak up kembali tentang masalah ini.

Lalu, apa masalah Xavier? Apa berkaitan dengan hubungannya dengan Velly? Xavier memanfaatkan situasi untuk menjelek-jelekan namanya agar Rendra beranggapan bahwa ia memang tidak akan pantas untuk Velly?

"Jika menjaga adik kamu saja kamu gak becus,  apalagi menjaga anak Om?"

Rendra memusatkan pandangannya ke arah lelaki paruh baya yang ia kenal sejak kecil sebagai Om sekaligus sahabat dekat sang papah.

Dengan helaan nafas pelan, Rendra bertanya.

"Om, apa setelah saya melepaskan anak Om, anak Om bisa terjamin bahagianya?" tanya Rendra memberanikan diri untuk bertanya.

***

Setelah obrolan panjangnya bersama Xavier, kini Rendra semakin murung bahkan pada saat di tanya oleh Velly dan Renza pun Rendra tidak menjawab, hanya menjawab dengan gelengan dan anggukan kepala saja.

Hal itu membuat Rezka cemas. Sependiamnya Rendra, anak itu tidak pernah mendiamkan anggota keluarganya apalagi mendiamkan adik kembarnya.

Bukan hanya Rezka saja yang cemas, melainkan Neira. "Na.."

Rezka mengusap bahu Neira untuk menenangkan istrinya itu. "Biar aku ajak ngobrol nanti, ya? Nei gak perlu cemas, aku yakin Abang baik-baik aja."

"Tadi sore Abang udah bisa ngobrol sama Nei, Na. Kenapa sekarang diem lagi? Padahal tadi ngerengek minta Velly ke sini setelah Velly nya ada, kenapa Abang diam lagi?" Beberapa pertanyaan yang Neira lontarkan terdengar oleh Rezka dan Xavier.

"Nei tahu Abang lagi sakit, kan? Nanti aku periksa lagi takutnya ada yang sakit tapi gak berani bilang." Neira menganggukan kepalanya.

Xavier yang duduk di sopa kini terbangun dari posisi duduknya dan melirik jam tangan yang terpasang di tangan kirinya.

"Udah larut besok Velly harus pembekalan lagi, gak papa gua ajak balik?" tanya Xavier.

"Gak papa, Sap. Thanks udah bawa Velly ke sini." Xavier mengangguk tidak masalah.

Narendra | Versi II EndWhere stories live. Discover now