19

3.1K 335 65
                                    

***

"Mamah, Ade gak tenang masa," gumam Renza menoleh ke arah Neira yang duduk di samping ia terbaring. Neira memang menemani Renza untuk istirahat tetapi sudah satu jam Neira di kamar Renza belum ada tanda-tanda Renza mengantuk.

"Hem? Kenapa, Ade?"

Renza bangkit dari posisi rebahannya. "Ade kepikiran sama Abang. Abang udah pulang? Ini jam berapa, sih?" rentetan pertanyaan Renza sebutkan. Karena itu Neira melirik jam yang ada dikamar Renza.

Ternyata jam sudah menunjukan pukul sembilan malam, Neira jadi khawatir karena setahunya anak sulungnya itu belum pulang.

"Biar Mamah chat Papah soalnya Papah lagi dibawah ngerjain pekerjaan kantornya," tukas Neira mengambil hp nya dan mengirimkan pesan kepada sang suami.

Rezka tidak langsung membalas, wajar karena Bapak dua anak itu sedang fokus mengerjakan pekerjaan kantornya karena Rezka bukan hanya seorang Dokter.

Setelah mendapatkan pesan balasan dari suaminya Neira jadi tidak tenang. "Abang belum pulang, De. Ade coba hubungin Abang biasanya kalau Ade yang minta Abang langsung nurut," pinta Neira langsung di angguki oleh Renza.

"Siap, Mamah."

"Ade hp nya udah retak, gak mau ganti?" Renza menggelengkan kepalanya.

"Ade bukan Abang yang suka boros, Mamah. Lagian ini masih bisa di pakai, kok. Kasian Papah harus ngeluarin uang banyak terus," tukas Renza. Neira tersenyum dan mengusap surai hitam anaknya.

"Aktif Abang nya?"

"Aktif cuma belum di balas chat Ade nya. Mamah, Ade mau ke bawah, yuk? Ade mau nunggu Abang sambil makan puding lagi." Tanpa berpikir Neira pun mengangguk mungkin saja Renza menang benar-benar belum mengantuk dan tidak bisa di paksakan untuk tidur sekarang juga padahal Neira hanya takut anaknya itu kecapean makanya Neira ingin memastikan bahwa Renza itu tidur dengan baik.

Sedangkan di bawah sana Rezka hanya bisa geleng-geleng kepala melihat anak sulungnya baru saja pulang malam hari padahal hari ini adalah hari pertama Rendra sekolah dan kemarin baru saja keluar dari rumah sakit. Terkadang Rezka tidak habis pikir apa saja yang Rendra lakukan di luaran sana.

"Aku kerumah Kara dulu kalau gak percaya tanya Marven, tadi dia ikut," kata Rendra padahal Rezka belum mengucapkan satu dua patah katapun.

"Ade nya udah nungguin dari tadi, Bang. Kamu juga gak ada kasih kabar ke Papah. Kamu baru aja sehatan kemarin, udah keluyuran aja," tukas Rezka.

Rendra terdiam. Mengabaikan ucapan Papah nya Rendra bergerak untuk menyimpan tas hitamnya pada sopa, ia juga membaringkan tubuhnya di sopa ruang keluarga.

"Papah belum ngasih izin kamu futsalan lagi loh, Bang."

"Gak enak sama yang lain kalau absen terus, Pah." Rezka berdecak kesal, memang sudah mengajak ngobrol anak sulungnya itu.

"ABANG!!" teriak Renza dari atas tangga. Karena senang melihat kakak kembarnya sudah pulang Renza berlari membuat Neira meringis takut Renza terjatuh.

Bukan hanya Neira, Rezka juga takut anaknya itu jatuh. "Ade jangan lari-larian," pekik Neira menyusul.

Tetapi memang tidak di dengarkan oleh Renza, Renza menghampiri Rendra dan duduk disamping Rendra. "Abang.. abang kemana?" tanya Renza menggoyangkan lengan Rendra.

Rendra menoleh, terkekeh pelan melihat wajah kantuk Renza pasti adiknya itu kelelahan tapi harus ditahan karena menunggunya yang belum pulang. "Kok gak dijawab? Ade kan tanya ke Abang, Ade nungguin Abang dari jam tigaan tapi Abangnya baru pulang di jam sembilan. Ck, menyebalkan," gerutu Renza.

Narendra | Versi II EndWhere stories live. Discover now