10

3.8K 366 64
                                    

"Maaf aku udah nyakitin perasaan Mamah. Mamah pasti malu punya anak bermasalah kayak aku," ucap Rendra.

Neira tersenyum tipis mendengar perkataan anak sulungnya. Hati seorang Ibu itu lembut begitu juga dengan Neira. Tetapi Neira tidak bisa memperlihatkan air mata nya kepada anaknya, takut Rendra terus merasa bersalah karena nya.

Perilaku Rendra memang tidak bisa di wajar kan untuk orang tua seperti Neira dan Rezka yang penuh dengan ke hati-hatian. Neira menatap wajah buah hatinya yang saat ini menampakan wajah penyesalan.

Menyesal memang mudah, mudah untuk mengulangi kesalahannya yang sama. Sepertinya lah Rendra. Peristiwa seperti ini memang bukan satu dua kali. Jika dulu Rezka mau pun Neira masih mewajarkan hal tersebut, hanya saja untuk saat ini tidak lagi.

Keduanya sama-sama takut. Takut akan ada hal buruk nantinya yang akan menghampiri anaknya, tentang kesehatan Rendra.

"Mah, maaf."

"Gak papa, Abang. Anak Mamah udah bujangan semua, Mamah percaya ke depannya Abang pasti bisa lebih bisa memilih mana yang baik mana yang tidak dan Abang pasti akan paham kenapa Mamah sama Papah maupun Ade gak suka Abang merokok." Penjelasan Neira mudah Rendra pahami, sangat paham. Hanya saja Rendra tidak bisa untuk meninggalkan kebiasaanya yang ini.

Rendra mengangguk.

"Nanti minta maaf sama Papah, ya?"

"Soal malu atau pun tidak, Mamah gak pernah malu. Abang sama Ade itu anak Mamah, hidupnya Mamah. Mau bagaimanapun juga, Mamah akan bangga sama kamu mau pun sama Ade. Setiap anak membawa bangganya masing-masing, Bang. Jadi stop mikir kalau Mamah sama Papah itu malu punya kamu, ya?"

"Sekarang Abang samperin Papah nya di ruang kerja Papah, ya? Papah udah nungguin." Rendra mengangguk dan meronggoh saku celananya.

Papah
Sekarang keruang kerja Papah ambil semua rokok dan vape kamu kesini. Paham Narendra?

"Iya, Mah."

Rendra berdiri dan melangkahkan kakinya untuk menemui sang papah yang sudah menunggunya di ruang kerjanya. Sebelumnya Rendra sudah mengambil sisa rokok dan vape yang ada di kamarnya yang tersimpan sangat apik sampai Rezka maupun Neira tidak tahu tempat persembunyiannya itu.

Neira hanya menatap punggung itu yang mulai menjauh dari pandangannya dan saat itu juga air mata Neira mengalir, menyalahkan dirinya sendiri karena tidak bisa menjaga anaknya dengan baik.

***

Rendra membuka knop pintu ruangan itu dan langsung melihat keberadaan Rezka yang sudah duduk di kursi kerjanya.

Dengan langkah ragu Rendra berjalan menghadap Rezka, saat ini pergerakannya tidak jauh dari penglihatan Rezka.

"Duduk!" Suara dingin itu menyapanya. Rendra mengangguk dan duduk di kursi kosong tepat berhadapan dengan Rezka. Sejak masuknya Rendra ke ruangan ini kedua mata Rezka sudah tertuju kepada kedua tangan Rendra yang memegang beberapa bungkus rokok dan vape beserta liquidnya.

"Simpen rokok dan vape nya di meja!"

Lagi-lagi Rendra menurut dan menyimpan semuanya ke meja. Rendra menatap tangan Rezka yang salah satu nya mengambil satu bungkus rokok dan mengambil satu batang rokok tersebut dan mengambil korek menyodorkan satu batang dan korek itu ke arah Rendra.

"Coba ngerokok depan Papah!" pinta Rezka menatap Rendra dengan senyuman tipisnya, penasaran dengan respon apa yang akan di berikan Rendra kepadanya.

Ide tersebut atas masukan dari Xavier dan Rezka mencobanya.

"M-maksudnya gimana?" tanya Rendra dengan nada bicara yang terbata-bata.

"Ngerokok cepat! Depan Papah! Apa mau Papah juga yang nyalain rokoknya?" tanya Rezka tersenyum miring tidak melunturkan muka datarnya saat ini.

Narendra | Versi II EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang