27

3K 326 105
                                    

Dengan langkah pelan dan ragu Rendra sampai di depan ruang rawat Renza yang pada saat itu langsung mendapatkan ruang VIP. Satu helaan nafas pelan Rendra hembuskan secara bersamaan dengan ia membuka pintu rawat Renza.

Hari ini Rendra memutuskan untuk izin tidak masuk sekolah itu sudah disetujui oleh Rezka juga Neira yang paham Rendra juga pasti cape karena menemani Renza yang rewel semalaman.

"Abang masuk, Nak," pinta Neira menyapa indra pendengarannya.

Setelah memutuskan untuk pulang tadi pagi disiang ini Rendra kembali kerumah sakit yang ternyata diruangan Renza tidak hanya ada kedua orang tuanya melainkan ada Farraz dan Via yang sepertinya sedang menjenguk Renza. Mereka masing-masing sendiri tanpa di temani oleh istri dan suami mereka, detik ini juga Rendra kembali takut.

Karena nyatanya menjadi perbandingan dengan adiknya kini terasa lebih menyakitkan dari biasanya.

"Salim dulu sama Tante Om, Bang," ujar Rezka selalu mengingatkan hal-hal baik kepada anaknya. Diangguki kecilan oleh Rendra, langkah Rendra pun mendekat dan menyalimi kedua Tante dan Om nya.

"Udah makan, Bang?"

"Udah, Mah. Tante Lala tadi nganterin makanan," balas Rendra.

"Syukurlah."

"Kamu gak sekolah, Ndra?" Farraz yang memakai baju kantoran itu pun bertanya.

"Ngambil izin, adiknya sakit suka rewel nanyain Abangnya gak papa gak masuk sekali," balas Rezka menjawab pertanyaan Farraz.

"Loh kalau gak masuk nanti tambah bodoh, Rez. Jangan dibiasain ngeiyain anak bolos-bolos kayak gini, gak baik," sambung Farraz lagi.

"Gua denger Renza baru dapat juara pertama di olimpiade Matematika, kan?" Rezka menganggukan kepalanya.

Rendra semakin gusar, apakah Farraz akan menjadi orang yang kesekian yang membandingannya dengan sang adik.

Seakan paham, Neira mendekat ke arah Rendra dan merangkul Rendra. "Ada Mamah, gak papa," lirih Neira mengusap lengan Rendra.

"Makasih, Mah. Tapi aku gak papa."

"Kegeniusan lo cuma lo turunin ke Renza doang, Rez?" tanya Farraz melirik ke arah Rendra yang dibawa duduk oleh Neira.

"Neira yang genius bukan gua," balas Rezka seadanya.

"Ndra gak panas adiknya juara terus? Kamu kapan?"

"Bang jangan gitu ah kita kesini kan buat jenguk Ade Renza bukan mau ngomongin yang enggak-enggak," tegur Via mulai tidak enak dengan hawa yang ia rasakan.

"Loh emang salah? Abang cuma mau memberi motivasi biar Rendra ada keinginan buat nyusul kayak Ade nya, kayaknya dari dulu Rendra gak pernah ngasih juara buat orang tua nya."

"Kalau lo mau kesini cuma buat nyakitin perasaan anak gua mending gak usah, Bang. Gua sangat teramat menjaga perasaan anak gua dan gua gak sudi orang yang gak paham tentang anak gua ngejudge anak gua dengan seenaknya, cukup gua yang mati rasa karena perbandingan, tekanan dari ekspetasi dari beberapa orang. Anak gua jangan ada yang ngerasain lagi," tukas Rezka dengan tegas.

"Pah udah gak papa kata Om Farraz emang bener, gak masalah karena yang dia omongin emang kebenarannya," balas Rendra.

"Anak lo aja gak keberatan, Rez. Kalem aja."

Karena suara bisik itu membuat Renza yang sedang berada dalam tidurnya terbangun. "Berisik, Ade ke ganggu," lirih Renza berdecak kesal.

Neira bangkit dan mendekat ke arah brankar dan mengambil air untuk Renza minum pakai sedotan. "Minum dulu, De. Maaf udah berisik ya."

Narendra | Versi II EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang