45

3.8K 366 65
                                    

Astar
|bro maen lah ke luar, coffe gitu. Sombong banget lu ah susah di ajak keluar.|

Narendra
|W org sbk wkw.|

Astar
|pengen banget gua anjing-anjingin emang nih anak.|

Ceklek

"Bang.." Rendra yang semulanya sedang berada di posisi tengkurap menoleh dan merubah posisinya menjadi duduk saat menyadari bahwa Rezka masuk ke dalam kamarnya.

"Lagi apa?" sambung Rezka duduk di samping Rendra.

"Lagi rebahan aja, Pah. Main hp," balas Rendra seadanya. Sepulangnya dari jadwal pemotretan Rendra memang langsung masuk kamar untuk bersih-bersih dan bersantai ria di atas kasurnya. Sedangkan Renza alih-alih seperti orang yang kerja juga terlihat kecapean dan tertidur di sopa ruang keluarga yang ada di bawah.

"Seru gak?" tanya Rezka.

"Apanya?"

"Pemotretannya."

"Masih adaptasi aja soalnya udah lama enggak, rada kakuk juga." Rezka menganggukan kepalanya paham.

"Alasan kamu buat ngambil kerjaan di agensi Mamah apa?" Rendra terdiam.

"Hanya untuk melupakan semua hal yang kamu denger ya, Bang? Sakit banget ya jadi kamu, harus ngedengerin cibiran orang yang sebenarnya gak semua hal tentang kamu mereka ngerti."

"Papah udah ngobrol sama Om Sa---

"Papah gak berantem, kan?" potong Rendra sebelum Rezka memotong ucapannya.

Sekali lagi Rendra hanya takut kedua orang yang sudah lama bersahabat itu berantem dan menjalin hubungan yang buruk.

"Kamu pikir Papah harus diam saja saat Papah tahu bahwa selama ini Om Sapi nyakitin kamu tanpa di sentuh? Bang, luka hati itu lebih susah di sembuhkan dari pada sakit fisik," tukas Rezka.

"Papah menjaga perasaan kamu sama Ade dengan sangat hati-hati, Papah gak pernah tega nyentak kamu, marahin kamu apalagi mengeluarkan kata-kata yang menyakiti hati kamu. Dan sekarang Papah tahu bahwa anak yang selama ini Papah jaga mati-matian menahan semua sakit karena mendengar perkataan orang lain tentang diri kamu," ujar Rezka dengan sangat serius.

Kecewa karena yang melakukan hal tersebut adalah sahabatnya sendiri. Rezka merasa gagal memahami anaknya yang ternyata diam-diam menerima perkataan-perkataan yang tidak baik untuk di dengarkan.

"Kamu akan paham jika suatu saat nanti kamu juga punya anak, Bang. Anak yang kamu jaga dengan di sepenuh hati penuh kasih sayang tiba-tiba saja di sakiti orang lain. Mau sesakit apa yang nanti kamu rasain, itu lah yang Papah rasain sekarang."

"Pah ini bukan masalah yang besar kok gak perlu cemas," kata Rendra.

"Bukan masalah besar yang gimana, Bang. Jelas-jelas kamu.. Papah gak ngerti kenapa kamu bilang ini bukan masalah yang besar," decak Rezka.

Rendra menghela nafas. "Apa karena kamu takut Papah minta kamu untuk mutusin hubungan kamu dengan Velly, kamu bersikap tenang seperti ini, Bang? Sudah sangat jelas bahwa kamu itu keberatan dengan semua yang di katakan Om Sapi, kamu terluka, Bang."

"Pah aku cuma takut hubungan Papah sama Om Sapi memburuk karena aku."

"Persetan dengan itu. Kamu pikir Papah memilih Om Sapi dari pada anak Papah sendiri?" Rendra terdiam.

"Pah tenang aja aku gak bakalan merasa terbebani dengan apa yang Om Sapi bilang, bukannya perubahan terjadi karena atas kemauan sendiri? Begitu juga aku, aku gak bakal terpengaruhi dengan apa yang di minta Om Sapi secara kasar sama aku," tukas Rendra.

Narendra | Versi II EndWhere stories live. Discover now